Cinta Ceria
Artikel Cinta Ceria ini kutulis karena beberapa hal yang menunjukkan beberapa peristiwa cinta di keluargaku dan keceriaan yang ada di seputaran hari ini.
Anak-anakku baru saja cerita tentang hal-hal yang membahagiakan mereka. Ada yang cerita tentang hasil test IQ-nya yang di atas rata-rata. Kemudian ada juga cerita sopir angkot yang baik hati, sehingga bayar “no ceng” gak diminta nambah.
Ada yang nunjukin kemampuannya memukul “kok” bulu tangkis, setelah bertahun-tahun gak bisa memukul dengan bener.
Paginya aku dibuat bingung, gara-gara istri pergi ke Padang dan semua anak-anak masuk pada jam yang sama dengan angkutan yang hanya punya satu supir, yaitu diriku sendiri.
Yang paling tua biasanya diantar ibunya, yang nomor dua biasanya dijemput pakai jemputan (langganan) dan paling kecil biasanya diantar bareng sama kakak mbarepnya.
Akhirnya kuputuskan yang paling jauh tak anter dulu memakai sepeda motor, pulangnya tangan terasa kesemutan, pasti hal ini terjadi karena aku tidak pakai sarung tangan sementara jalannya sepeda motor dijamin ngebut.
Ada yang nunjukin kemampuannya memukul “kok” bulu tangkis, setelah bertahun-tahun gak bisa memukul dengan bener.
Paginya aku dibuat bingung, gara-gara istri pergi ke Padang dan semua anak-anak masuk pada jam yang sama dengan angkutan yang hanya punya satu supir, yaitu diriku sendiri.
Yang paling tua biasanya diantar ibunya, yang nomor dua biasanya dijemput pakai jemputan (langganan) dan paling kecil biasanya diantar bareng sama kakak mbarepnya.
Akhirnya kuputuskan yang paling jauh tak anter dulu memakai sepeda motor, pulangnya tangan terasa kesemutan, pasti hal ini terjadi karena aku tidak pakai sarung tangan sementara jalannya sepeda motor dijamin ngebut.
Sampai di rumah, alhmadulillah, yang mbarep sudah dijemput temennya (alhamdulillah) dan yang paling kecil sudah tidak di rumah lagi (katanya dianter ojek, mbayarnya entar sore kali, atau mungkin sudah langganan sama istriku).
Jadi masalah sudah “clear” dengan sendirinya, dan rumah tetep bersih, karena hari ini ada bibi yang mbersihin rumah.
Sorenya pas adzan Asar, dateng tamu yang tidak diundang, pak direktur baru yang sebentar lagi mau ngadain pesta syukuran sekaligus aqiqah. Namanya kang Hasan.
Yah, akhirnya kesampaian juga upload gambar di flikr ugm, sesuai aturan main di Kampung UGM.
Jadi, sekarang tidak hanya mas Iqbal saja yang tahu ujud blegerku, tapi ada juga Kang Hasan yang sudah lihat blegerku dan bleger anak-anakku. Tinggal Bank Al yang masih belum, tapi pasti tidak lama lagi banyak yang akan melihat ujud blegerku.
Sekarang tinggal nunggu undangan aqiqah dari Kang Hasan, mungkin nanti bisa berangkat bareng jeng Eni atau mbak Ruri ya…..
Piss deh.
Jadi masalah sudah “clear” dengan sendirinya, dan rumah tetep bersih, karena hari ini ada bibi yang mbersihin rumah.
Sorenya pas adzan Asar, dateng tamu yang tidak diundang, pak direktur baru yang sebentar lagi mau ngadain pesta syukuran sekaligus aqiqah. Namanya kang Hasan.
Yah, akhirnya kesampaian juga upload gambar di flikr ugm, sesuai aturan main di Kampung UGM.
Jadi, sekarang tidak hanya mas Iqbal saja yang tahu ujud blegerku, tapi ada juga Kang Hasan yang sudah lihat blegerku dan bleger anak-anakku. Tinggal Bank Al yang masih belum, tapi pasti tidak lama lagi banyak yang akan melihat ujud blegerku.
Sekarang tinggal nunggu undangan aqiqah dari Kang Hasan, mungkin nanti bisa berangkat bareng jeng Eni atau mbak Ruri ya…..
Piss deh.