Berantemlah wahai PASUTRI [biar meriah rumahmu]
“Pak Eko, beginilah kami makan malam. Ada demarkasi di meja ini, di sisi ini adalah pasukan manis-manis dari Yogya dan di sisi itu adalah model makanan sumatera yang penuh rempah-rempah”, begitulah penjelasan bosku yang sudah 10 tahun menikah dengan seorang wanita dari pulau seberang.
“Meski kami selalu seia sekata dalam berbagai hal, tetapi menyatukan dua pribadi dari dua dunia yang berbeda memang perlu banyak waktu, sehingga masih saja ada yang berbeda di antara kami”, kata bosku melanjutkan.
Aku hanya mangggut-manggut saja. “Kok susah amat berumah tangga ya”, pikirku kala itu.
Dalam perjalanan waktu kemudian, setelah aku menjadi pasutri, baru aku menyadari betapa benarnya ucapan bosku itu.
Pernikahan memang menyatukan dua pribadi dari lingkungan yang sangat berbeda menjadi satu model keluarga yang harus mau saling menerima dan memberi.
Saat aku memarahi istriku karena suatu hal yang kuanggap salah, saat itu kusadari bahwa aku belum belajar untuk menerima perbedaan dari istriku.
Demikian juga ketika istriku memarahiku untuk suatu hal yang kuanggap benar, kusadari bahwa aku belum tuntas menjelaskan kebenaran versiku ini padanya.
Laki-laki memang sering sok kuasa, padahal jika ditinggal istri sehari saja sudah kelabakan ngurus anak yang bermacam-macam maunya.
Perjalanan waktu juga makin membuat aku sadar bahwa memimpin diri sendiri ternyata lebih sulit dibanding memimpin keluarga. Begitu mudahnya menyuruh anak istri untuk melakukan suatu hal yang sebenarnya dengan berat hati mereka laksanakan, tetapi menjadi begitu sulit ketika menyuruh diri sendiri untuk melakukan hal-hal yang semestinya dengan mudah dapat dilakukan.
Aku jadi inget ketika pak Parlindungan Marpaung bercerita tentang seorang bapak yang menyuruh anaknya agar jangan merokok, sementara bapaknya dengan tenang melakukan perintah itu sambil memegang sebatang rokok yang terus menyala. Bagaimana mungkin seorang anak akan melakukan perintah yang dilanggar oleh bapaknya secara terang-terangan. Segeralah minta maaf pada anakmu kalau sempat melakukan hal ini.
Seperti juga ketika seorang bos memarahi anak buahnya sambil menunjuk-nunjuk dengan jari telunjuknya, sementara 4 jari sisanya justru menunjuk pada dirinya sendiri. Itu perlambang bahwa apa yang kita sampaikan ke orang lain, akan kembali ke diri kita sendiri dengan intensitas yang berlipat-lipat. Ini bukan contoh dari seorang bos yang memimpin dengan hati, tetapi ini adalah contoh bos yang suka memimpin dengan “power”
Ini juga mirip denga ustadz “kun fa yakun”, Yusuf Mansur, saat kita memberi, maka saat itu sebenarnya adalah saat kita menerima dengan jumlah yang jauh lebih banyak.
Jadi saat pasangan suami istri beradu pendapat, maka saat itu adalah saat mereka saling menyesuaikan diri, saat mencoba mencari tahu apa sebenarnya yang dimaui oleh pasangan masing-masing.
Pasutri kok nggak pernah bertengkar, enggaklah yauw…!:-)
Bagaimana pendapat anda?
Ping-balik: Mencari Istri Setia | Eshape Blogger Jogja
Ping-balik: Jam 12.12 tanggal 12 bulan 12 tahun 12 | Dari "Kaca Mata"-ku
dalam pertengkaran masing mempersiapkan fisiknya, apakah perkembangan tubuh itu buktinya ya 🙂 pertanda kemakmuran
SukaDisukai oleh 1 orang
hahaha…
salam sehati
SukaSuka
bener
kuncinya cuma satu saja
IKHLAS !:-)
salam sehati
SukaSuka
wah wah wah…Intinya.. 1 ya pak.. Ikhlas. heheh …
SukaDisukai oleh 1 orang
wah luar biasa pak eko, bisa jadi inspirasi bagi saya untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Makasih untuk masukannya pak…… 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
wah lama nggak ketemu nih Dheva
senang deh kalau tulisan ini membuat Dheva punya tambahan inspirasi
salam sehati
SukaSuka
That’s an inelilegtnt answer to a difficult question xxx
SukaSuka
kalo berantem tiap hari malah runyam pak Eko……
SukaDisukai oleh 1 orang
mas…
yang penting, habis berantem terus baikan dan setelah baikan maka akan ada suasana baru yang luar biasa “mantep”-nya
kuncinya, berantem harus sudah berakhir sebelum tidur malam
SukaSuka
Ping-balik: Gosip [20] « Kisah Hikmah
Mas Din
kalau pas berantem sekali-kali direkam, nanti waktu disetel, kita bis aketawa kepingkel-pingkel deh
[tapi ati-ati janagn-jangan malah buka frongt pertempuran baru]
he..he..he…
salam buat keluarga ya..
SukaSuka
bertengkarlah, maka kau ada! hehehe…saya sejak masa penjajagan sampai menikah dan punya 3 bocah selalu eyel-eyelan kalau ngomongin sesuatu sama istri. tapi justru disitu romansanya. udah bawaan orok kali ya sejak dulu, saya anak pertama, istri anak bungsu, kloplah..
SukaDisukai oleh 1 orang
Mas Wiwid,
makasih sudah mau nengok.
Salam kompak selalu ya.
SukaSuka
Pak eshape numpang baca artikelnya, bagus nich…..!
salam
SukaDisukai oleh 1 orang
Mas Ghufron, berantem itu gak papa kalau diakhiri dengan kesadaran kedua belah pihak yang berantem untuk lebih mempererat ikatan perkawinaan karena kecintaan mereka pada TuhanNya.
Model berantem juga macem2 lho.
Ada kawanku yang kalau berantem dengan model diem2an dan saling menulis surat untuk saling dibaca.
Berantem itu unik dan harus dihadapai karena dia adalah bagian dari mempererat tali di antara kita.
Salam
SukaSuka
Inilah yg paling saya takuti kelak setelah menikah. Mudah2an gak pake berantem segala, amin!
SukaDisukai oleh 1 orang
bener mas Ridu
yang penting adalah ahir dari perselisihan itu
kalau dibawa dendam ya gagal deh upaya penyamaan persepsi itu
salam
SukaSuka
saya setuju, karena setiap perbedaan pasti akan menimbulkan perselisihan, namun perselisihan itu akan menjadi sebuah pelajaran jika disikapi secara dewasa
SukaDisukai oleh 1 orang
hi…hi…hi… mas Hamka ini lho..!:-)
so sweet juga deh
salam
SukaSuka
hihi so sweet…
SukaSuka
biasanya malam hari setelah selesai berantemnya, ada yang bikin kita berdua menjadi semakin dekat [sampai nempel gitu, he…he..he…]
makasih komentarnya mas Suryaden
SukaSuka
memang berantem adalah salah satu gaya dialog yang hot….
SukaDisukai oleh 1 orang
ha..ha..ha…
berantem dan dikeploki
kayak tinju pro aja ya…
SukaSuka
hore berantem.. plok plok..
SukaDisukai oleh 1 orang
Lihat aja kehidupan keluarga mas Alam
paling2 kurang lebih sama
kadang masih ada juga saat beradu argumen dengan sengit
kadang sudah paham untuk masalah2 yang sudah sering diperdebatkan
saat beradu argumen ini adalah ujian
makin seru makin bagus nilai kelulusannya
he..he..he…
SukaSuka
Hihihi,,,,,, pertengkaran memang harus ada biar seru yah.. heuheuehueu……. Tapi, setelah punya anak lebih jarang bertengkar kan?
SukaDisukai oleh 1 orang