Jumat Yang Sibuk

Seperti film “mendadak dangdut”, akupun “mendadak terbang ke Surabaya”. Semuanya serba mendadak dan akupun pagi-pagi di kantor sudah mendadak sibuk.
Kawan-kawan staf di depanku pada “gojeg”, ketawa-ketawa memasalahkan sesuatu hal, tetapi aku tidak konsens mendengarnya, yang kudengar hanya suara ketawa mereka. Aku sendiri larut dalam acara pemahaman traveller form Jembatan Suramadu.
Asyik bener mereka bekerja sambil bergurau. Tangan mengetik, tetapi mulut tak mau berhenti ngomong. Saling bersahutan dalam keceriaan.
Lama-lama aku terganggu juga, dan aku mulai mendengar apa yang mereka bahas.
“Iya tuh, ada yang hidup lagi. Padahal jelas sudah meninggal” [..wah ini cerita misteri ya? tapi kok pada ketawa-ketawa mbahasnya]
“Di tempatku ada bayi yang langsung punya KTP” [loh bayi ajaib nih, udah bisa dapet SIM donk..]
“Ada yang sakti tuh, mempunyai dua nyawa” [kembali cerita misteri nih]
Aku mengernyitkan kening mencoba memahami topik yang mereka bicarakan, sampai aku akhirnya ikut tertawa setelah tahu bahwa yang mereka bahas adalah DPT.
Dasar kurang kerjaan mereka itu. Sambil kerja masih saja sempat mbahas pemilu yang super rumit dan dengan sosialisasi yang super sederhana.
Siangnya, aku rapat sampai sore dan seusai rapat langsung meluncur ke Cengkareng. Jalanan ke bandara macet, seperti Jumat-jumat yang lain juga. Inilah Jumat yang sibuk.
Alhamdulillah, masih bisa bernafas sebelum boarding. Masuk ke LOUNGE dan nanya sama Mbak-mbak yang njaga.
“Kartu apa yang bisa dipakai disini mbak?”
Mbaknyapun menunjukkan beberapa kartu yang tidak kupunyai atau kupunyai tapi harus potong bonus.
Masak aku nanya kartu kredit dijawab kartu debit. Wah, nggaklah yauw…
Aku sering ke LOUNGE ini, jadi aku pasti punya kartu yang cocok, Terpaksa mbuka dompet untuk ngambil kartu dan milih kartu yang cocok.
Sepintas tadi kulihat ada logo BCA, jadi pasti bisa pakai BCA.
Eh, baru sibuk bongkar-bongkar kartu, tiba-tiba orang yang ada di sampingku nanya ke mbaknya,”Kartuku ini bisa untuk berapa orang?”
Mbaknyapun menjawab,”Bisa dua pak”
Langsung orang di sampingku itu bilang,”Ya sudah dipakai bersama mas ini saja. Boleh kan?”
Wah, surprise banget nih. Aku sama sekali tidak kenal orang itu dan dia juga gak kenal aku [emang aku seleb?].
Dia mempersilahkan aku duduk sedangkan dia melanjutkan proses penggesekan kartunya.
Akupun pergi ke toilet dan ternyata dia juga ikut ke toilet. Wah, cocok banget nih orang ini sama aku. Hobinya sama-sama ke toilet.
Kami ngobrol sebentar di toilet dan akhirnya berpisah tanpa saling berkenalan. Makasih deh buat dia, semoga amalnya dibalas oleh Tuhan.
AMin.
Di pesawat, aku bersebelahan dengan pasutri dari Madura. Hmm ini pasutri yang ramah juga, belum semenit sudah ngobrol ngalor ngidul nggak keruan juntrungannya.
Ujung-ujungnya mbahas pemilu juga. Baru jadi topik sih, jadi apa saja bisa dilarikan ke masalah pemilu.
“Di Indonesia ini memang banyak hari liburnya ya”, begitu pembicaraan kami.
“Iya tuh, minggu depan pada liburan lagi. Long wik en dan persetan dengan pemilu”
“Ha..ha..ha.. capek-capek nggak ada manfaatnya. Enakan liburan, manfaatnya jelas”
“He..he..he.. banyak ya orang yang berpikiran begitu”
Kamipun tertawa bersama dan akhirnya pembicaraan berhenti sendiri ketika pesawat mulai tinggal landas. Kuraih koran dan kubaca lembar demi lembar, sementara pasutri di sebelahku mulai pasang jurus mata terpejam hati mengantuk [halah … jurus apa ini]
Di koran yang kubaca, aku kembali terhenyak. Ternyata berita yang kudengar selama ini benar adanya. Perhitungan kursi, nanti akan memakai sistem UNDIAN.
Benar-benar hil yang nustahal, tapi telah diputuskan oleh yang berwenang.
Kita bisa buat apa sih?
Akupun jadi paham kalau akhirnya angka golput tahun ini akan meningkat tajam. Prediksinya di kota besar sekitar 40 persen dan di desa-desa sekitar 20-30 %, tetapi surat suara tidak syah di desa bisa mencapai 10 – 20 %.
Nah angka itu darimana kudapat?
Jawabnya gampang,”….. dari UNDIAN !:-)”