Sekolah buat Anak Dhuafa

Minggu lalu, dalam acara master Mind Cikarang, ada salah satu kawan yang cerita tentang susahnya mendirikan TK dan akhirnya memilih mendirikan BimBel.
Ada diskusi menarik soal perlunya anak kecil belajar menulis. Pada usia balita, sebaiknya anak-anak itu dibiarkan bermain dan jangan pernah dibebani untuk menjadi seorang anak yang pintar menulis.
Anak-anak akan berkembang lebih optimal jika dibiarkan berkreasi dengan otak kanannya. Jadi isilah hari-hari sang anak dengan kegiatan yang menumbuhkan semangat hidupnya dan perkembangan otaknya.
Sayangnya tuntutan masyarakat dan tuntutan pendidikan tingkat SD adalah anak yang lulus TK dengan kemampuan baca tulis yang memadai, bukan NOL kosong.
Inilah yang kemudian menjadi dilema bagi pihak sekolah TK. Meluluskan anak dengan kemampuan baca tulis yang rendah akan menurunkan citra sekolah, kalau memaksa anak-anak untuk pandai baca tulis juga kurang bijaksana.
Untungnya, ada saja ide untuk membuat anak-anak betah bermain tetapi sebenarnya mereka sedang belajar baca tulis.
Itu yang kemudian menjadi salah satu ide di TK Nurul Azizi, “Belajar Sambil Bermain dan Bermain sambil belajar”. Sebuah ide umum yang pasti juga diterapkan di sekolah-sekolah lain, agar anak-anak tetap gembira bersekolah dan mempunyai kemampuan baca tulis yang memadai.
Aku salut dengan guru-guru TK yan begitu ramah dan sabra dalam melayani para anak-anak itu. Tidak mudah melatih kesabaran melayani anak-anak. Mengurusi anak sendiri saja banyak yang kesusahan, apalagi mengurusi anak orang lain.
Yang lebih mengherankan lagi, ada saja sekolah yang mampu menggratiskan anak didiknya, sementara sekolah yang dikelola istriku masih kesusahan dalam mengatur cash flownya.
Salut buat sekolah gratis buat anak Dhuafa yang bisa dilihat di http://www.rumahbelajarbintangkecil.com/
Semoga kita dapat mengikuti langkah besar sekolah itu.
Insya Allah
Amin.
Ping-balik: Indonesia Book Fair 2009 « PoJoK YoGyA (lagi)
Betapa mulianya hatimu. . . Moga Tuhan selalu memberkatimu. . .Amin
SukaDisukai oleh 1 orang
alhamdulillah
amin
terima kasih mas Agoes
salam
SukaSuka
sukses terus deh buat masnya…….:D
SukaDisukai oleh 1 orang
insya Allah
Tuhan merestui semua langkah kita
amin
SukaSuka
Imvssreipe brain power at work! Great answer!
SukaSuka
Memang jadi dilema tersendiri, masyarakat kita dibentuk IQ minded, IQ oriented….. sedangkan IQ bukan satu2nya ukuran kesuksesan.
Tapi kalau ‘berbeda’ dengan pola pikir orang disekitar kita, yang kasihan anak2 juga.
Seandainya kita tidak terlalu menekankan pada sisi IQ, dan nilainya biasa2 aja… (tapi EQ nya bagus, SQ nya bagus, AQnya bagus).. bisa jadi anak akan minder ketika ditanya teman2 orangtuanya tentang nilainya disekolah…
bisa jadi pula dia minder dengan teman2nya yg les ini itu utk mendongkrak nilai rapornya, sedangkan dia tidak ikut les ini itu padahal orang tuanya mampu
wes… jan… pusing 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Mari kita ciptakan generasi baru yang lengkap
Kita jadikan Indonesia Emas 2020
Sebarkan EPOS ini kepada siapa saja yang kita bisa sampaikan
Insya Allah
AMin
SukaSuka
ternyata tahun 2020 Inonesia dan seluruh dunia kedatangan Corona 🙂
SukaSuka
Sip tenan, mudah2an semakin banyak org yang mampu ber ZIS (Zakat Infaq & Sodaqoh) yg nantinya akan banyak mengangkat kaum dhuafa menjadi org yg mampu berderma baik dg ilmu, fikiran, jiwanya maupun dg hartanya
SukaDisukai oleh 1 orang
@Tri Joko Margono
Semoga makin banyak kawan-kawan kita yang makin kaya dan makin baik hatinya
Insya Allah
Amin
Salam
SukaSuka