Kenangan Malam di Kota Malang


“Malam mingu ini enaknya nonton aja yuk”, kata temanku

“Hehehehe…gak cukup duit mas, jauh lagi”, kataku

“Punya uang 25 rupiah enggak?”

“Punya donk. Dapet honor dari tulisanku di koran KR Jogja, dua ribu lima ratus tuh”

“Oke ayuk berangkat saja, cukup patungan per orang 25 rupiah”

Temanku langsung mengeluarkan sepeda motornya, tanpa menggubrisku lagi.

“Hehehe..mau ditraktir ya?”, kataku sambil mengikuti temanku keluar kamar kost.

Dua temanku yang lain, ikutan juga keluar dari kamar kostnya, rupanya mereka sudah lebih dulu diajak untuk ikut acara ini.

Arema

Arema

Dari jalan Bendungan Sigura-gura 1c,  kami melangkah menuju arah Unibraw dan nongkrong disana. Akupun punya tugas untuk mengantar satu demi satu temanku yang mau nonton di malam minggu ini.

“Isilop disini galak-galak, jangan sekalipun berani goncengan tiga ya”, kata temanku

“Halah cah Bantul aja sok ngomong Ngalam”

Kamipun tertawa berderai kalau sudah bicara mengenai bahasa khas Ngalam,  nama kami jadi aneh-aneh dengan bahasa Ngalam ini.

Istilah Isilop untuk polisi, Ngalam untuk Malang, ojob untuk istri begitu lekat sejak kami tinggal di bumi Malang ini.

Ramahnya penduduk Malang membuat kami langsung menyatu dengan masyarakat kota Malang. Jajanan yang super murah, bahkan dibanding Jogja, yang saat itu dikenal sebagai kota dengan biaya hidup termurah, masih lebih murah jajanan di Malang.

Setiap pagi, aku sarapan dengan menu nasi ayam kari. Lauk ayamnya tidak kumakan dan nasinya kumakan dengan kuah kari saja. Lauk ayam ini kumasukkan plastik dan kupakai sebagai lauk nanti makan siang. Jadi saat siang aku hanya perlu beli nasi satu piring saja.

Sorenya, aku kadang makan dan kadang tidak. Soalnya sering dapet kiriman dari mbok yang masak di rumah pemilik kost ini. Kalau dapat kiriman, ya makan, kalau tidak ya makan angin saja ambil gitaran di depan kamar kost [untuk bukti bahwa masih belum tidur dan masih menerima kiriman makanan dari siapapun].

Aku juga rajin puasa Senin Kamis, meskipun niatnya masih diragukan oleh teman-temanku, karena ajaran Agama atau karena kekurangan uang.

Tak terasa sepeda motor sudah sampai di depan kerumunan orang, mulai terlihat poster-poster film di beberapa tempat.

“Disini ya bioskopnya?”, kataku

“Ya inilah bioskop Kelud dengan tiket hanya 25 rupiah”

“……….?????”

Gedung bioskop Kelud ini rupanya adalah gedung bioskop termurah yang ada di Nusantara. Dengan harga tiket hanya 25 rupiah, kita bisa duduk di bawah naungan langit lepas dan di atas kursi beton sambil nonton film yang sudah “second run” atau malah mungkin “third round”.

Saat film diputar, kitapun bisa beli makanan dan minuman sambil menonton. Di pinggir ruangan ini berjejer para penjual makanan minuman, sayangnya aku sendiri gak pernah beli makanan dan minuman ini. Untuk tiket saja masih mikir apalagi mau beli-beli.

Jangan tanya kalau hujan turun. Bisa dipastikan para penonton harus pindah tempat duduk atau bisa jadi film terpaksa dihentikan. Kebetulan aku belum pernah kena hujan saat nonton di Kelud.

Malam makin larut dan film akhirnya berhenti. Kami berempat keluar dari gedung bioskop, kembali menuju jalan Bendungan Sigura-gura.

“Aku naik angkot saja pulangnya. Sudah ngantuk nih”, kata temanku. Akupun mengiyakan sambil menghidupkan sepeda motor dan menyusuri jalan lengang di Malam Minggu yang sudah larut ini.

Sepanjang jalan dari Kelud ke Unibraw, terlihat rombongan pejalan kaki yang saling bergerombol dengan canda mereka masing-masing. Angkot sudah tidak banyak dan mungkin para penumpang angkot lebih suka memilih jalan kaki menuju ke rumah mereka masing-masing.

Akhirnya aku balik lagi untuk menjemput teman-temanku yang mungkin kehabisan angkot. Sayang karena tidak janjian, maka akhirnya teman-temanku pulang dengan naik angkot yang mereka dapatkan setelah berjalan beberapa kilometer.

Malam pertama nonton di bioskop Kelud selalu masih menjadi kenangan indah bagiku dan bagi teman-temanku. Itulah Kenangan Malam di Kota Malang.

Warna warni dan pernak pernik acara malam pertama di Kelud sering menjadi topik pembicaraanku dengan teman-teman saat kami melakukan reuni.

Topik itu makin lama makin hilang dari pembicaraan seiring berita bahwa bioskop Kelud sudah lama digusur.

Akupun makin jauh dari berita Aremania karena alamat imilku juga sudah berubah. Dulu aku punya alamat eko@medan.wasantara.net.id tapi alamat itu akhirnya harus kurelakan untuk tidak kupakai lagi karena aku harus meninggalkan kota Medan. Padahal warung Aremania di Jalan Gatsu Medan sangat lekat di hati maupun di lidah. Murah meriah dan penuh kehangatan persaudaraan ala Aremania.

Alhamdulillah lebih dari dua puluh tahun kemudian aku bisa berhubungan lagi dengan Aremania meskipun hanya melalui blog ini.

Aku yakin ada di antara pembaca blog ini yang pernah sama-sama tinggal di rumah Kost Jalan Benduangn Sigura-gura 1C. Sama-sama menikmati siaran radio Saur Sepuh dan sama-sama suka bergurau dengan mbok sepuh yang ahli masak dan suka nganterin masakannya tanpa diketahui mas Syamsul sang pemilik kost.

Bravo Aremania.

Kami Blogger Bekasi mengucapkan selamat ulang tahun buat teman-teman BloggerNgalaM. Jangan lupa kita juga punya kegiatan menyambut hari Aids di bulan Desember ini. Kontes SEO Bekasi Peduli Aids !

Semoga Festival Blogger Ngalam lebih seru beritanya dibanding berita Pengumpulan Koin buat Prita.

Mari kita tingkatkan kehangatan persaudaraan para Blogger di Nusantara ini.

Salam FUNtastic

+++

Kompak dan seru

Kompak dan seru

source gambar diambil dari sini dan dari sini

tulisan ini berdasar ingatan akan kejadian yang berlangsung lebih dari 20 tahun lalu, jadi terpaksa dimodifikasi agar ceritanya nyambung dengan semangat persaudaran Aremania yang begitu hangat, mohon maaf kalau tidak persis sama dengan cerita aslinya

+++

 

BlogFestAremania

 

42 komentar

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.