Sedumuk bathuk senyari bumi, toh pati dilakoni
Aku bertanya pada pak Darmanto tentang apa artinya “Sedumuk bathuk senyari bumi, toh pati dilakoni”
Inilah jawaban dari pak Darmanto.
“Sedumuk bathuk senyari bumi, toh pati dilakoni”, (bukti suku Jawa agraris).
Orang Jawa itu kalau urusan tanah sangat sensitif. Hal ini karena umumnya sebagai petani (agraris) mata pencaharian/pendapatannya terkait dengan produksi lahan.
Semakin luas lahannya, maka semakin tinggi pendapatannya, dan pada urusan ganti rugi tanah untuk pembuatan jalan, saluran dlsb, sering jadi sumber masalah yang rumit, karena menurut pikirannya akan mengancam pendapatannya.
Kesimpulannya bagi orang Jawa, lahan/bumi menjadi faktor income utamanya, atau kata lainnya kalau didramatisir “hidup matinya”.
Beda halnya bagi masyarakat pedagang, mereka justru dengan senang hati menyerahkan lahannya untuk pelebaran jalan, asalkan itu dibagian yang menguntungkannya usaha dagangnya.
Berdasar pengalaman saya bicara ganti rugi tanah dengan orang berbudaya agraris lebih sukar dibanding dengan orang berbudaya niaga.
Makanya bagi Indonesia untuk bisa maju harus mampu mensinergikan budaya maritim, agraris dan niaga (singkatannya MAN).
Sekarang ini kita sedang salah kaprah mengira Indonesia sebagai negara & bangsa agraris, yang semestinya negara dan bangsa MAN.
Kalau berminat untuk mengupas lebih lanjut, datanglah pada acara Sarasehan KATGAMA bulan April 2010 di Jakarta, akan ada diskusi tentang MAN.
Siapa tahu dapat sebagai sumbangan pikiran untuk bangsa dan negara.
+++

Calon Gedung Tinggi
Ping-balik: Tweets that mention Sedumuk bathuk senyari bumi, toh pati dilakoni « Kehangatan Blog Eshape -- Topsy.com
itu juga yang bikin gara gara tanah warisan semua berantem
sesama saudara kayak dengan musuh
SukaSuka
salam mas Suwung,
gitu ya?
gara-gara tanah se…… lupa kalau mereka bersaudara ya..???
SukaSuka