Kedai Cinta “Ceria”


Beberapa tahun lalu aku suka jalan-jalan lewat jalan Gandekan lor dan suatu ketika diajak sama mantan pacar yang pingin minum di salah satu warung minum yang terletak di dekat perempatan jalan. Itulah pertemuan jalan antara jalan Kemetiran Lor dengan Sosrowijayan dan Jalan Gandekan Lor Yogyakarta.

“Kenapa mesti minum disini?”, kataku

“Banyak temanku yang suka minum disini, yuk kita coba cita rasanya”, jawab mantan pacarku.

Ternyata para pengunjung kedai minum itu kebanyakan adalah pasangan muda mudi yang kelihatannya sedang melakukan pendekatan. Terlihat wajah-wajah yang penuh keceriaan dan juga wajah malu-malu dari sebagian pengunjung. Pantas saja ada yang memberi nama kedai ini sebagai Warung Cinta.

Minuman segar di kedai itu membuat mereka kerasan ngobrol panjang lebar di kedai ini. Kulihat sebagian besar pengunjung memang datang berpasangan. Kalaupun ada empat orang atau lebih, pasti di antara mereka ada yang terlihat punya hubungan khusus. Pandangan mata mereka dan sikap mereka dalam berbicara mengisyaratkan hal itu.

Itulah kejadian beberapa tahun lalu dan hari ini aku ingin mengulanginya bersama anak nomor duaku, Haslitha Nisa.

“Bapak suka ke warung ini?”

“Dulu pernah sama ibumu nak”

“Memang enak minumannya?”

“Kalau cuaca sepanas ini minuman apapun pasti menjadi enak, apalagi memang minuman disini asli enaknya”

Kami berdua langsung menuju kasir dan membayar pesanan minuman. Kami hanya menunjuk gambar minuman yang tertera di dinding dan kemudian duduk di depan gambar minuman itu.

Minum di Ceria

Baru meletakkan pantat di kursi ternyata Luluk, anak pertamaku, sudah mengirim SMS untuk dijemput di sekolahnya. Terpaksa acara ngobrol di kedai minum ini harus segera diakhiri.

Begitu pesanan datang, maka hanya dalam sekejab saja minuman itu berpindah ke perut kami dan kamipun meluncur ke sekolah Luluk untuk menjemputnya.

Kedai itu terlihat masih seperti dulu. Tidak banyak yang berubah. Tata letaknya maupun cita rasanya masih belum berubah.

Pengunjungnya juga sebagian besar masih datang secara berpasangan. Bedanya, kalau dulu isinya kebanyakan anak muda, saat ini yang kulihat adalah anak-anak muda dan anak-anak tua juga.

Beberapa pasutri terlihat mesra bergoncengan motor dan saling bergandengan tangan memasuki kedai minum ini. Akupun jadi senyum-senyum sendirian, jadi kangen dengan istriku yang saat ini ada di Jakarta menemani Lilo, si Bungsu yang sendirian di Jakarta.

Kedai kenangan ini sekarang namanya adalah Rumah Makan Ceria, terletak di Jl Gandekan Lor 42 dan di Jalan LetJen Suprapto 119 Yogyakarta. Aku sedikit lupa, apakah dulunya nama kedai ini adalah Ceria juga. Seingatku bukan itu namanya, tapi aku juga lupa namanya.

Untuk dua buah gelas minuman, aku menghabiskan uang sebanyak 11.000 (sebelas ribu rupiah) dan mendapatkan dua gelas minuman yang begitu cepat masuk ke perut.

Rasanya saat diminum memang kurang manis, tetapi ternyata setelah airnya diaduk rasanya menjadi pas.

Silahkan coba sendiri kalau penasaran. Di kedai ini tersedia juga makanan murah meriah yang mengundang selera, terutama mienya yang terlihat “nglendhi” (berminyak kental). Jadi silahkan coba dan berikan penilaian anda untuk rasa dan suasana di kedai ini.

Mari kita berbagi untuk teman-teman pembaca blog ini.

8 komentar

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.