Sinetron KPK vs Polri : Episode Gayus di Bali
“Din, hebat ya wartawan Kompas, bisa menangkap gambar Gayus di Bali”
“Emang mas Khalid yakin itu Gayus?”
“Iya donk. Semua orang juga yakin. Pasti mas Din gak bisa mengelak deh. Ini memang Gayus yang seharusnya ada di tahanan polisi”
“Oooo… jadi itu Gayus asli ya?”
“Polisi kita kok gitu ya mas? Masak tahanan bisa berjkeliaran kemana-mana, ke Bali lagi, nonton tenis lagi. Ya ampun… gimana jadinya negeri ini mas?”
“Bukannya mas Khalid yang bilang kalau polisi kita sangat profesional?”
“Wah itu dulu mas. Waktu mereka menangkap pejabat tanpa pandang bulu. Sekarang lain lagi kondisinya deh”
“Mas Khalid sebaiknya kalau menangkap informasi jangan sepotong-sepotong. Kita tangkap dulu gambar utuhnya baru kemudian kita ambil kesimpulannya. Bukankah itu nasehat Pak Dhe ke kita?”
“Iya sih mas, tapi yang ini bener-bener keterlaluan mas. Masak bsia begini jadinya negara kita?”
“Kalau gak gitu, koran tidak laris mas. Hahaha…..”, tiba-tiba Anto muncul langsung masuk dalam pembicaraan Udin dan Khalid.
“Nih baca koran hari ini..”
Anton meletakkan beberapa koran nasional di depan Udin dan Khalid yang langsung memilih koran kesukaannya.
“Kamu gak baca koran Din?”, kata Anton.
“Enggak mas. Aku sudah dapet cerita dari pak Dhe waktu subuhan di Masjid kampung tadi pagi”
“Apa itu Din?”
“Kata pak Dhe. Kita harus arif memahami berita di media masa. Baca boleh dan disarankan malah, tapi harus yakin dulu baru boleh menyebarkannya. Kalau tidak nanti jadi HOAX”
“Pak Dhe bilang HOAX?”
“Yang itu tambahanku mas”
“Terus apa lagi kata pak Dhe..?”
“Kata Pak Dhe, kembalikan dulu semua masalah atau apapaun dalam porsinya dulu baru kita lihat baik-baik wujud utuhnya. Jangan mencoba menganalisa berita yang cuma sepotong saja. Apalagi menganalisa berita hasil sambungan beberapa potongh berita yang tidak nyambung tapi terlihat nyambung. Bisa jauh maknanya”
“Terus apa kata Pak Dhe tentang Gayus?”
“Pak Dhe gak cerita, tetapi dia bilang begini, jangan hanya melihat kenapa sesuatu terjadi saat ini, tapi selalu mencari akar kenapa terjadi sesuatu itu sampai tuntas”
“Hubungannya dengan kasus Gayus?”
“Ya jangan melihat kenapa Gayus bisa sampai di Bali, tapi lihatlah kenapa Gayus sampai masuk penjara”
“Maksudnya lihat masalah besarnya dan jangan lihat masalah kecilnya?”
“Ya kurang lebih begitu mas”
“Jadi itu nasehat pak Dhe ya Din?”
“Yang terakhir dari tafsiranku sendiri mas. Eh..mas Khalid mau kemana?”
Ternyata Khalid yangtadinya asyik membaca sudah ngeloyor naik motor. Beberapa saat kemudian Udin menerima SMS dari Khalid.
“Mas aku membantu membeli hewan ternak milik pengungsi yang diborong tengkulak dengan harga sangat murah”
Mata Udin terpaku pada judul berita utama di beberapa koran hari ini. Merapi telah menunjukkan kuasanya dan kita ditantang untuk menyikapinya secara arif.
Lalu apa yang sudah kita lakukan buat korban Merapi?
We have similarly wenodrful cinemas here, but with the added bonus that they show all the latest international films, with only slightly annoying Thai subtitles.This is probably because the Thai film industry is too weak to support the cinemas. Lame comedies or brutal ghost stories is the standard fare. Someone reported taking their kids to see Harry Potter last weekend, and the cinema helpfully showed a trailer for a Thai film which included a realistic decapitation scene. Serves them right for going to see the Harry Potter nonsense.
SukaSuka
wah gimana lanjut ceritanya nih…
SukaSuka
Hehehehe…
harus sabar mas
salam sehati
SukaSuka
sepakat!
kalo ada masalah yg lebih besar, kenapa kita mesti lihat yg kecil… 😀
semoga ke depannya kepolisian kita lebih baik dan berkalitas!
Salam BURUNG HANTU
SukaSuka
Makasih komentarnya mas Burung Hantu.
Ini lambang kebijaksanaan deh…
Salam Sehati
SukaSuka
terima kasih banyak sudah berbagi,.
moga sukses selalu.
jika ingin tau profil saya silahkan kunjungi..
click this
SukaSuka