Nyanyian Kardus mas Puntung di SMA “Seven” Yogyakarta


Nyanyian Kardus

Menonton pentas teater di tahun 2011 ini seperti mengembalikan suasana Yogya di tahun 80an. Setting panggung yang terkesan apa adanya memperkuat kesan itu. Rasanya seperti sedang nonton pertunjukan teater di Senisono, sebuah Gedung Kesenian yang tinggal namanya saja.

Bedanya, para penonton teater saat ini sebagian besar adalah remaja yang -mungkin- tidak gemar menonton teater, sehingga suasana yang terbangun memang bukan suasana pertunjukan teater tapi lebih ke pertunjukan 17-an. Suasana sangat cair dan renyah, penuh dengan celetukan khas remaja masa kini.

Nyanyian Kardus di SMA Negeri 7 Yogyakarta

Nyanyian Kardus di SMA Negeri 7 Yogyakarta

Inilah pertunjukan yang sangat menghibur, meskipun disana-sini masih terlihat kelemahan para aktor maupun para pendukung di belakang layar. Apapun kekurangan itu, tetap harus dua jempol di acungkan pada semua pihak yang membuat pentas ini terselenggara dengan baik.

Cerita yang berkisar kehidupan para penghuni rumah kardus di tepi sungai (Girli) in menjadi menarik karena jadi kontras dengan kehidupan sehari-hari para penonton. Mimpi-mimpi dunia sinetron tidak terlihat di panggung, yang terlihat adalah mimpi memilukan seorang “simbok” yang mendambakan kekayaan materi sementara kekayaan itu tidak juga kunjung datang.

Naskah tahun 80an ini masih enak dinikmati walau sudah disesuaikan dengan kondisi para pemain saat ini. Meskipun dalam dunia nyata mungkin kasus kecintaan masyarakat pada rumah kardus ini tidak se”ekstrem” yang dituangkan mas Puntung dalam naskah ini, tapi tetap saja para penonton bisa membayangkannya.

Peran sentral seorang Satpam dalam naskah ini dimainkan dengan cukup baik oleh Dewan Riyang Sambodo. Permainannya cukup total dan kalau ada kelemahannya adalah kelemahan standard dari semua pemain, yaitu olah vokal yang belum sempurna. Masih ada kesan berteriak-teriak ketika memaksakan diri untuk bersuara keras padahal naskah tidak meminta pemain untuk berteriak-teriak.

Satpam dan Istri Sopir dalam Nyanyian Kardus

Satpam dan Istri Sopir dalam Nyanyian Kardus

Adegan percintaan sang Satpam dengan Marni akan lebih mengena kalau disampaikan dengan penjiwaan yang lebih dalam dan tidak jatuh dalam pembicaraan yang terkesan berteriak-teriak. Kedekatan emosi penonton dengan pemain yang membuat adegan ini tetap terasa hidup dan segar. Bila ingin bermain di luar penonton yang sudah mengenal mereka, maka adegan ini perlu diolah dengan lebih detil.

Permainan Thole (Naufal Diaz Aditia) sangat memukau meskipun tetap ada juga yang harus dibenahi. Sikap Thole sebelum sadar dan setelah sadar masih terkesan mirip. Akan lebih baik kalau dibuat lebih kontras. Thole bisa dibuat lebih dewasa ketika sudah bekerja dan sudah bisa menghasilkan uang sendiri.

Thole yang sudah berani menantang hidup dalam Nyanyian Kardus

Thole yang sudah berani menantang hidup dalam Nyanyian Kardus

Sebagai pemain yang sering membuat tertawa penonton, Thole juga kadang terjebak dalam sikap over akting dan mencoba mencari perhatian dengan perbuatan yang mengundang tertawa penonton. Tentu akibatnya fokus penonton terpecah antara mendengarkan dialog pemain lain dan memperhatikan tingkah laku Thole yang lucu.

Satu lagi pemain yang mampu membuat penonton jengkel adalah sang simbok (Lailia Tantri Zulaeha) yang hidupnya penuh mimpi. Ada kegetiran di situ dan Simbok memainkannya dengan cukup apik. Kalau ada yang kurang adalah make up Simbok yang masih perlu dibenahi. Wajah cantik simbok masih terlihat jelas, sehingga untuk yang akan datang bisa dipermak lagi sehingga lebih banyak kerutan di dahi maupun di pipi.

Simbok yang masih cantik dan kurang tua dalam Nyanyian Kardus

Simbok yang masih cantik dan kurang tua dalam Nyanyian Kardus

Peran para guru SMA Negeri VII (7) dalam membina kesenian teater ini tentu sangat menggembirakan masyarakat teater Yogya. Mungkin akan lebih baik lagi kalau lomba teater kembali di galakkan di tingkat nasional. Banyak nilai-nilai yang amat dalam pada kehidupan teater dan rasanya Indonesia saat ini sangat butuh semangat kebersamaan, mendahulukan hati daripada emosi.

Saatnya berpikir dengan hati dan merasakan dengan otak kanan kita untuk Indonesia yang lebih baik.

Dua pemain kunci Nyanyian Kardus

Dua pemain kunci Nyanyian Kardus

Foto-foto diambil dari Facebook Haslita Nisa

Adu akting di Nyanyian Kardus

Adu akting di Nyanyian Kardus

11 komentar

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.