Menulis, Bercerita dan Bergaul

Ternyata kehidupanku tidak jauh dari tiga hal ini : Menulis, Bercerita dan Bergaul. Tidak lebih dan tidak kurang. Semuanya itu terasa menyatu dan sangat menunjukkan bahwa semua itu adalah aku banget. Akupun ingat ketika masih suka menulis cerpen di kertas HVS dan kujilid sendiri. Ternyata tulisanku itu dibaca oleh saudaraku yang datang berkunjung dari kota lain dan menginap di rumahku.
“Dik, kok berhenti nulisnya?”, katanya suatu hari.
“Nulis apa mas?” aku balas bertanya dengan penuh keheranan.
“Cerita ini Dik”, katanya sambil menunjukkan lembaran kertas HVS lusuh yang kujilid sendiri.
“Waduh…nanti kutulis lagi mas”, jawabku kaget dan sekenanya.
Aku juga jadi ingat ketika kehabisan bekal saat kost di Malang tahun 80-an. Yang kulakukan waktu itu adalah mengirim tulisanku ke Koran (Harian) Kedaulatan Rakyat (KR) dan aku mendapat sebuah wesel sebagai imbalan tulisanku. Jumlah rupiahnya tidak banyak memang, tapi sangat berarti bagi seorang mahasiswa yang sedang tidak punya uang sama sekali dan jauh dari kampung halaman.
Saat aktif di dunia teater, aku juga lebih sering mempraktekkan kemampuan aktingku dengan menggelar cerita bersambung sebulan penuh saat datang bulan Ramadhan. Dimulai dari puasa pertama dan diakhiri menjelang Lebaran. Dengan setianya para pendengar dan penontonku selalu menungguiku di depan rumahku.
Pada hari Minggu, biasanya aku meliburkan ceritaku dan jalan-jalan seperti anak muda sebayaku. Orang bilang waktu itu dengan sebutan “Asmara Subuh” di bulan Puasa, tapi yang terjadi adalah aku jalan-jalan dan dikuntit oleh puluhan penggemar kecilku. Jadi bagaimana bisa berasmara subuh kalau aku dikawal oleh sepasukan penggemar ceritaku.
Mungkin itu adalah pertolongan Tuhan agar aku bisa tetap rajin bercerita dan menjauhkan diri dari Asmara Subuh. Baru sekarang aku merasakan hikmah kejadian itu. Seandainya tidak ada para pengemarku, mungkin aku telah melakukan hal-hal yang lebih buruk. Sungguh masa mudaku memang penuh dengan kekurang tahuan.
Alhamdulillah, tahun berganti tahun dan para penggemarku sekarang sudah menjadi orang yang jauh lebih besar dari aku. Baik ukuran badannya maupun ukuran kesuksesannya. Yang membanggakanku adalah sikap mereka yang masih sama seperti beberapa puluh tahun lalu.
Pergaulanku di Medan telah mempertemukan aku dengan sebuah Lembaga Perguruan Bela Diri yang sangat terkenal. Disini aku menemukan seorang mantan muridku yang sangat dihormati oleh Lembaga Perguruan Bela Diri tersebut. Dia menyebutku dengan sebutan “Guru” dan disampaikan dengan amat sopan. Wah aku jadi sangat tersanjung dan tersipu malu.
Mereka yang tadinya (mungkin) memandang sebelah mata padaku (karena tubuhku yang kecil dan tidak atletis) langsung menaruh hormat (yang berlebihan) padaku. Rupanya inilah bibit yang kutanam dulu dan sekarang aku menuai hasilnya. Waktu aku menjadi guru silatnya, aku tidak pernah berpikiran bahwa dia akan menjadi segagah ini dan terus mengenangku sebagai gurunya yang sangat dihormatinya.

TDA Jogja
Kegemaranku bercerita dan berbagi membuat aku sering dijadikan sebagai eMCe dalam sebuah acara, baik komersiil maupun non komersiil. Jamaah Masjid Kampus pernah memintaku untuk menjadi eMCe dan itulah poengalamanku satu-satunya, karena mereka rupanya tidak cocok dengan gaya ceplas ceplosku yang (sekarang kuakui) memang terlalu kasar dan kurang santun.
Aparat Hukum juga rupanya kurang suka dengan gaya ceplas ceplosku dan beberapa kali aku harus tersenyum (getir) karena dilarang tampil dalam sebuah pentas panggung atau kalaupun tampil harus dengan pengawasan khusus. Kasihan panitia yang mengundangku. Mereka harus meyakinkan sang pemberi ijin bahwa aku akan tampil penuh sopan santun.
Aku juga harus mengakui bahwa aku bukanlah calon menantu yang menarik bagi mereka yang tidak suka melihat anak gadisnya dinikahi oleh manusia Jogja yang suka ceplas ceplos ini. Alhamdulillah, Allah swt menutupi kejelekanku dan mempertemukan aku dengan gadis manis yang sekarang telah memberiku tiga orang anak yang cantik dan ganteng serta penuh toleransi dalam bergaul.
Setiap malam sebelum tidur dan kadang-kadang tidak mengenal waktu, aku tumpahkan keahlianku bercerita pada anak-anakku. Segala improvisasi kulakukan dan hasilnya aku jadi geli sendiri ketika anak-anakku bercerita tentang ceritaku pada teman-teman mereka.
Tokoh Cinderela kuceritakan bersaudara dengan Cindel Cilik dan Cindel Amoh, sangat berbeda dengan versi aslinya. Semua itu kulakukan karena aku lupa dengan saudara tiri Cinde Rela, jadi kuambil saja nama saudaranya ada Cindel Cilik dan Cindel Amoh. Tentu teman-teman anakku heran, darimana Cinderela bisa bersaudara dengan Cindel Cilik dan Cindel Amoh?
Selain kejadian di atas ada hal lain yang tidak pernah kuperhitungkan saat aku bercerita pada anak-anakku. Saat mereka ikut pelatihan, maka hampir semua cerita dari instruktur pernah mereka dengar, sehingga mereka selalu tidak puas seusai acara tersebut.
“Pelatihannya kurang menarik pak, sok gaje tuh pelatihnya. Dikiranya kita tidak tahu apa?”
Aku pernah mengikuti salah satu acara pelatihan mereka dan kulihat memang mereka jadi tidak bisa bersikap seperti teman-temannya yang terkagum-kagum dengan cerita instrukturnya. Mereka juga tidak mudah ditipu dengan cerita jebakan dari instruktur. Padahal seharusnya mereka ikut terjebak sehingga suasana pelatihan menjadi lebih hidup.
Agustus 2007, ahirmya aku mengenal dunia blog di wordpress dan keinginan untuk menulis timbul kembali. Akupun mulai rajin mebaca blog para sesepuh blogger dan aku tiba-tiba merasa sudah jauh ketinggalan dalam dunia tulis menulis. Untung aku segera kenal dengan mas Amril yang membuatku makin mengenal dunia blogger dan kemudian merembet ke dunia Social Media lainnya. Tahun-tahun terakhir inipun aku tidak hanya menjadi eMCe di acara non Blogger, tapi sudah mulai merambah dunia blogger dan aku sungguh menikmatinya.
Semua yang kulakukan ternyata kalau diperas menjadi satu akan muncul kata GAUL, begitu ucap pak KK mantan Menristek yang sangat jago dalam soal berGAUL.
So…mari kita galakkan lagi kebiasaan menulis, bercerita dan bergaul!

Tersenyumlah dan Dunia Akan ikut tersenyum padamu
Wah hihi…
saya gak mau kalah 🙂
SukaSuka
Yuk berlomba dalam kebaikan
salam sehati
SukaSuka
tumpahkan semua pengalaman ke blog ya 😀
SukaSuka
Yes 🙂
SukaSuka
Ping-balik: Menulis Blog | Eshape Blogger Jogja
Salam kenal..
Mampir juga ya, kalau ada waktu, http://www.medinaayasha.com/
Nice to meet you!
SukaSuka
Makasih kunjungannya.
Langsung ke TKP
Salam sehati.
SukaSuka
Foto di tengah itu lgi apaan ya.. silat pak??? xixixi
SukaSuka
Ya benar.
Itu adalah salam pembuka sebuah perguruan seni bela diri
gerakan tangan kanan dan kiri dibaca “amal makruf nahi munkar”
Salam sehati
SukaSuka
diuka kapan pak bazarnya?
SukaSuka
Bazar?
Maksudnya Bazar di Festiwal Wirausaha Bekasi 2011 ya?
23 dan 24 Juli 2011 mas.
Salam sehati
SukaSuka
Ping-balik: Menulis, Bercerita dan Bergaul « Dari "Kaca Mata"-ku - Website Kumpulan Dongeng, Cerpen, Cerita, Legenda, Asal-Usul, Sejarah, Komik, Sinopsis, Kisah dll
Wah..posting yang inspiratif mas Eko. Saya juga banyak belajar dari Mas Eko yang sudah saya anggap sebagai kakak sendiri dalam mengelola blog terutama dalam soal konsistensi, optimisme dan keuletan. Mari kita terus menulis, bercerita dan bergaul 🙂
SukaSuka
Makasih sudah mampir dan berkomentar mas Amril.
Salam sehati
SukaSuka
ternyata… jebule hehehe
SukaSuka
Xixixixixi…konangan juragane iki
Wis tinggal glanggang wae…
Sori dab tak tinggal “daladh bin”
Salam sehati
SukaSuka