Blogger jangan didikte !:-)

“Dalam sebuah tulisan yang kubaca, ada seorang blogger yang menolak didikte ketika menulis sebuah review. Apa pendapat anda mbak?”, kutanya seorang murid sekolah menulis yang merasa belum lulus.
“Salah itu. Sebagai seorang penulis profesional harus bisa mengikuti selera pasar. Jangan kaku!”
“Lha kalau saat itu dia sedang tidak ada mood menulis dan dipaksa menulis apakah tulisannya malah tidak menjadi lebih jelek?”
“Seorang penulis sejati, pasti bisa mengatasi hal itu. Ada mood maupun tidak ada mood, dia tetap bis amenulis dengan baik. Harus disadari oleh sang penulis, bahwa dia menulis bukan untuk diri sendiri tapi untuk dibaca oleh umum, untuk supaya tulisannya bermanfaat bagi umum”
“Terus?”
“Kalau dia tidak bisa mengikuti selera pasar, bukankah sia-sia dia menulis?”
“Tapi kalau mengikuti selera pasar bukannya tulisannya nanti akan jadi pasaran?”
“Nah, seorang penulis sejati akan bisa mengikuti selera pasar tanpa kehilangan jati dirinya!”
“Lalu soal mood, bagaimana mengatasinya?”
“Tidak bisa dipungkiri kalau mood bisa pergi bisa datang tanpa permisi, tapi seorang penulis sejati akan bisa membuat dirinya selalu ada dalam kondisi mood. Dia bisa merangsang dirinya sendiri agar menjadi punya mood untuk menulis”
Dialog itu sudah lama berlalu tapi gara-gara tulisan mas Dendy Darin, aku jadi ingat kembali. Seorang penulis yang masih ikut kursus menulis dan belum menghasilkan tulisan yang banyak tetapi sudah bisa beradu pendapat tentang perlunya selalu punya mood menulis kapanpun dibutuhkan.
Lalu bagaimana meningkatkan mood atau merubah mood jelek menjadi mood baik?
Silahkan search di google, pasti banyak cara yang bisa diikuti. Salah satu cara sederhana adalah tidur sesaat pada saat kita merasa bad mood, tapi jangan keterusan. Bisa juga dengan memakan makanan yang mengandung coklat.
Masalahnya aku menolak merubah review yang sudah kutulis bukan karena aku tidak punya mood, tapi karena setelah kuperiksa review yang disarankan padaku, kok malah tulisanku jadi terasa jelek. Jadi kutolak masukan untuk reviewku, karena aku tidak ingin tampil berbeda. Aku ingin menjadi diriku sendiri, walaupun mungkin diriku terlihat jadi tidak menarik.
Aku cinta diriku apa adanya. Ini adalah pemberian terindah dari Sang Maha Pencipta dan aku akan bangga dengan apa yang kupunyai.
Gambar diedit dari sini
kalau di dikte bukan blogger dong kalau begitu 🙂 memang sich blogger juga menulis tapi tidak semua blogger menulis untuk dipasarkan. Setahu saya blogger itu menulis untuk berbagi pengalaman. Mungkin ada yang belum saya tahu?
SukaSuka
bloger punya aturan tak tertulis didunia online. dikte, jauhhh
salam umaee 😀
SukaSuka
hehehehe…
Yes!
Yes!
Yes!
Salam sehati
SukaSuka
memang benar….
salam kenal mas.
SukaSuka
setelah aku membaca artikel dalam baris terahir.,betul sekali bahwa kelebihan yang ada dalam diri kita harus bisa mempertahankannya
“salam kenal”
SukaSuka
hmmm, saya sendiri masih sering menemukan writing block. saya suka menulis bebas. misalnya buntu menulis suatu topik, biasanya saya refreshing dengan mencoba topik lain.
jadi penasaran googling tentang cara mengatasi kebuntuan menulis 🙂
SukaSuka
dikte itu sejenis pelajaran dulu di sekolah, tapi kemudian diartikan lain.. 🙂
SukaSuka
Hahahaha….
Bener dab, dulu ada pelajaran dikte.
Memang sekarang sudah gak ada ya?
Jangan-jangan yang meniadakan didikte dari atasannya?
Salam sehati
SukaSuka
Aku suka pada bagian ini
“Masalahnya aku menolak merubah review yang sudah kutulis bukan karena aku tidak punya mood, tapi karena setelah kuperiksa review yang disarankan padaku, kok malah tulisanku jadi terasa jelek. Jadi kutolak masukan untuk reviewku, karena aku tidak ingin tampil berbeda. Aku ingin menjadi diriku sendiri, walaupun mungkin diriku terlihat jadi tidak menarik.”
SukaSuka
Salam mbak @Melly
Makasih supportnya mbak
Salam sehati
SukaSuka