Sebenarnya Keadilan ada dimana-mana

Solidarity for ZAHRA 1

“Mas Eko sudah dengar kabar putrinya pak Sanusi?”

“Kenapa pak? Saya sempat melihat pak Sanusi left chat, tapi tidak tahu kenapa left chat, Biasa sih, teman-teman di chat Cikarang rajin kirim tulisan sehingga agak sudah diikuti kalau tidak dipantengin satu-satu”

“Putrinya meninggal”

“Inalilahi wa inailaihi rojiun. Kenapa pak?”

“Ketabrak mobil di kompleks”

“Kok di kompleks bisa nabrak sampai meninggal?”

“Pengemudinya habis nabrak orang masih juga nabrak yang lainnya. Kayaknya pengemudinya panik”

“Wah baru dengar pak. Terus kabar si penabrak gimana? Biasanya dihakimi massa kalau sudah begitu kejadiannya”

“Penabraknya lari”

“Kalau di kompleks mau lari kemana ?”

“Oya mas, teman-teman di Cikarang masih sabar dan menyerahkan kasus ini ke para penegak hukum agar tuntas secara hukum yang baik dan benar bukan hukum jalanan”

Pembicaraan di atas terjadi ketika mas Amril TG mampir ke rumah Mie Sehati di Jogjakarta saat liburan lebaran beberapa hari lalu.

Ternyata proses penegakan hukum ini masih juga belum tuntas sampai hari ini. Akupun jadi ingat orang-orang yang dekat denganku. Ada yang harus mendekam di penjara karena menabrak orang sampai meninggal dan ada juga yang harus meninggal karena ditabrak oleh pengendara mobil besar.

Aku bisa merasakan kondisi rumah saat orang terdekatku menabrak dan kondisi rumah ketika orang terdekatku harus meninggal karena ditabrak.

Pasti ada rasa tidak puas ketika hukum tidak juga ditegakkan meskipun kita sudah menyerahkannya ke jalan hukum yang benar. Kita juga harus ikhlas kalau akhirnya orang terdekat kita masuk penjara untuk menjalankan keputusan hakim.

Sesungguhnya itu adalah tipuan semata. Di dunia ini hukum tidak bisa adil, hanya hukum setelah kehidupan inilah yang benar-benar adil.

Hanya doa yang bisa kupanjatkan, semoga sang penabrak segera menyerahkan diri dan semoga teman-teman di Cikarang masih sanggup menahan diri. Sangat berat melepas keluarga kita untuk masuk penjara, tapi itulah kewajiban sang penabrak untuk mepertanggung- jawabkan keputusannya untuk naik mobil secara tidak benar.

Semoga Allah mengabulkan doa ini. Amin,

+++

Tulisan mas Faisal tentang adik Zahra ku”copas” di bawah ini.

Solidarity for ZAHRA 1

Solidarity for ZAHRA 1

+++

Zahra, begitulah ia disapa.  Anak ke-2 dari tiga bersaudara dan putri satu-satunya sahabat kami, Bpk Sanusi Reza, yang kami kenal sangat ramah, baik pergaulannya sesama teman dan tetangga di lingkungan kami.  Zahra adalah bunga melati kecil di rumah Bpk Sanusi.  Bulan Mei nanti ia genap berusia 8 tahun.  Ia membawa keceriaan, sebagaimana anak wanita ia senang bergaya, tertarik dengan fashion, bernyanyi dan menari, ia benar-benar bunga melati kecil.

Kami mempunyai perkumpulan sepeda, dan sekali waktu kami melihat Pak Sanusi mengajak Zahra bersepeda.  Kayuhan-kayuhan kecilnya dan senyum bahagia masih tergambar jelas dalam ingatan kami.  Begitu akrabnya mereka.  Mungkin benar apa yang sering dikatakan orang, anak perempuan lebih dekat dan merasa nyaman dengan ayahnya.  Saya pribadi merasakan hal seperti itu juga.

Hingga peristiwa itu tiba…..

17 Agustus 2012.  Siang itu Zahra ikut menemani ayah dan ibunya pergi ke sebuah bengkel di lingkungan perumahan kami, tepatnya di Jl. Rusa Raya Cikarang Baru.  Sebuah perjalanan terakhir bagi Zahra menemani ayah dan ibunya tercinta.  Sebuah perjalanan yang dikuti banyak para malaikat.  Sebuah perjalanan dimana Tuhan akan menggenapkan Takdir bagi makhlukNYA.

Pak Sanusi, menepikan mobilnya.  Tanpa merasakan apa-apa dia turun dari mobil dan memeriksa masalah mobilnya seperti yang dilakukan orang kalau pergi ke bengkel.  Di seberang bengkel ada toko yang menjual asesoris anak-anak, dan Zahra berpikir tentang ikat rambut.  Zahra ingin terlihat cantik di depan ayah dan ibunya, ia menginginkan ikat rambut.  Maka, ia pun meminta ijin untuk membeli ikat rambut.  Jalanan memang sepi dan Zahra pun menyeberang jalan…….

Dari arah yang berlawanan, seorang pengendara mobil  Avanza silver dengan kecepatan tinggi melaju, menerjang  undukan jalan (poldur) yang tak jauh dari situ, tak ayal lagi……. dan brruukkkk…. Zahra terpental tertabrak mobil itu, bukan…. Bukan tertabrak, Zahra ditabrak mobil itu karena mobil itu tidak menghentikan lajunya, ia terus melaju, ia tahu telah menabrak seorang anak kecil, tapi sopir itu tidak peduli, ia terus melaju…. Zahra pun terseret….

Si penabrak berhati binatang itu mencoba kabur, tetapi seseorang berhati mulia mencoba menghalangi laju mobil itu, tetapi sudah bisa diduga orang ini pun berniat ditabraknya pula.  Begitulah perilaku pengecut, sekali dia berbuat salah maka sebisa mungkin dengan segala cara bersembunyi di dalam got jika perlu.  Bapak-bapak penolong itu luput dari bahaya, ia bisa menghindar dari mobil maut  itu.  Dan si sopir pengecut itu lolos menghilang, meninggalkan kegeraman bagi siapapun yang melihat.

Zahra tergeletak di atas aspal panas.  Matanya terpejam hanya merasakan ayah dan ibunya memungutnya.  Saat itu ia masih bernafas tetapi darah sudah bercucuran dimana-mana.  Zahra tidak merasakan sakit karena sayap-sayap malaikat sudah menaunginya, hanya saja ia tak bisa berucap untuk mengatakan “Papa.. Mama… ma’afkan aku”.

Secepatnya, Pak Sanusi membawa Zahra ke rumah sakit terdekat, berusaha sekuat tenaga untuk menyelematkan putri buah hatinya itu.  Manusia bisa berusaha, tetapi tak ada yang bisa mencegah takdir Tuhan.  Zahra menghembuskan nafas terakhirnya, hari Jum’at, bulan ramadhan, waktu kematian yang didamba-damba orang.

Kini Zahra sudah tiada di dunia.  Ia sudah berada dimana seharusnya ia berada.  Ia sudah mengenakan ikat rambutnya yang terindah di Taman Surga.  Tetapi, sopir maniak itu masih berlenggang sampai saat ini.  Sopir itu tidak peduli nyawa seorang anak kecil.  Sopir itu tak mempedulikan hukum.  Apa yang ada di dalam otak sopir itu ?  Masihkah kita berharap kesadaran dari orang seperti ini ?

Jika kami sekarang berharap keadilan agar kasus ini diselesaikan secara hukum, itu karena kami menginginkan agar perilaku ugal-ugalan hingga memakan korban jiwa cukup sampai di sini saja.  Zahra menjadi martir bagi kita, untuk kesadaran kita, untuk kebaikan kita bersama.  Zahra tidak meninggal dengan sia-sia, ia membukakan mata kita bahwa keadilan tetap harus diperjuangkan.  Sesama manusia harus saling menghargai, tolong menolong, dimana saja ia berada, di lingkungan rumah, kantor ataupun di jalan raya terlebih lagi.

Sampai detik ini, kami harus menunggu waktu dan sampai kapanpun akan terus berusaha agar kasus ini bisa diselesaikan secara tuntas.

SOLIDARITAS UNTUK ZAHRA

Cikarang, 3 September 2012

Salam,

FM

5 komentar

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.