Film Test Pack : Cinta memang sumber energi yang dahsyat

Test Pack

Kalau kita sudah cinta akan sesuatu, maka tidak ada yang tidak mungkin untuk dilakukan. Atas nama Cinta, semua bisa dilakukan. Film Test Pack menunjukkan betapa agungnya cinta itu, betapa Cinta adalah sumber energi yang maha dahsyat yang tak pernah kehabisan energi.

Aku hanya nonton filmnya dan tidak membaca novelnya, disitulah letak keuntunganku. Aku yakin bahwa bukunya pasti lebih dahsyat dibanding filmnya dan kalau filmnya saja sudah seperti ini, maka bisa dibayangkan seperti apa kedahsyatan bukunya.

Ini benar-benar film bertema remaja yang sangat cerdas memotret kehidupan pasangan suami istri muda. Beberapa pasangan ditampilkan dalam film ini. Mulai dari yang muda sampai yang sudah “sepuh”. Mereka semua mempunyai problim masing-masing yang rumit dan semuanya ditampilkan satu demi satu dengan sabar oleh sutradara.

30 tahun menikah dan pertanyaan tentang makanan kesukaan pasangannya ternyata tidak bisa dijawab dengan betul. Bagaimana sebuah keluarga seperti itu harus dinasehati oleh seorang anak muda yang rumah tangganya juga kocar kacir ?

Ini potret yang sangat sederhana. Begitu jelas hitam putihnya dan itulah yang terjadi saat ini dalam masyarakat. Banyak orang yang ahli pidato dan mereka sering memberikan semangat dalam hidup ini yang berkaitan dengan sesuatu hal, padahal mereka sendiri belum tentu bisa menjalankan suatu hal tersebut dengan baik dan benar. Ini jadi mirip sosok Kiyai Dzarkoni, iso ujar ora biso ngelakoni (bisa bicara tetapi tidak bisa menjalankannya).

Di ujung film ini air mata yang tadinya sempat tertahan-tahan akhirnya membanjir keluar. Adegan yang sangat menyentuh, meskipun tadinya film ini terasa sudah mulai melambat, tetapi sangat tertolong dengan adegan akhir yang begitu pas diperankan oleh kedua tokoh utamanya.

Layaknya film Indonesia, maka adegan-adegan kebetulan banyak juga terjadi dalam film ini, tapi lupakan saja hal itu dan nikmati tontonan ini dengan santai. Banyak sekali kelebihan dari film ini yang patut dilihat oleh para remaja.

Rugi kalau sampai tidak sempat menonton film ini. Catat ya Film Test Pack telah menunjukkan Cinta memang sumber energi yang maha dahsyat.

Test Pack

 

+++

Foto diambil dari situs FB film ini.

Sinopsis film Test Pack dari Cinema 21 tertulis di bawah ini.

Rahmat (Reza Rahadian) dan Tata (Acha Septriasa) pasangan suami istri kelas menengah. Mereka sudah 7 tahun menikah namun belum dikaruniai anak. Secara personal keinginan Tata untuk memiliki anak, lebih besar dari Rahmat karena Rahmat beranggapan bahwa jika mereka berdua (to have each other), itu cukup bagi Rahmat.

Shinta (Renata Kusmanto) adalah seorang super model Indonesia yang mendunia. Reputasi, citra dan profesionalismenya sangat baik dan tinggi. Tidak banyak yang tahu bahwa Shinta baru bercerai dari suaminya, Heru (Dwi Sasono) karena Shinta didiagnosa tidak dapat memberikan anak. Patah hati dan kesepian, Shinta berusaha memendamnya dengan kesibukan modeling dan nesting rumah baru. Di saat yang sama dia teringat akan mantan pacar terdahulu yang Shinta pernah tinggalkan, Rahmat.

Rahmat dan Tata berobat ke dokter Peni (Oon Project Pop), dan mereka mulai melakukan proses invitro. Tata mulai tidak stabil akibat hormon yang disuntik untuk kesuburan. Tapi obsesi Tata akan anak tetap membuatnya tegar. Tata bahkan menolak tawaran pekerjaan ke luar negeri demi proses memiliki anak ini. Di saat yang sama, Shinta bertemu dengan Rahmat karena mereka pergi ke klinik yang sama. Rahmat menyembunyikan pertemuan ini dari Tata karena tidak ingin Tata semakin tidak stabil emosinya. Invitro pertama gagal dan mereka akan memulai invitro kedua.

Ketidaksengajaan membuat Rahmat bertemu dengan Shinta dan hal ini diketahui Tata. Tata marah tidak terkendali. Mereka rebut besar hingga Tata memutuskan untuk bercerai. Tata memutuskan untuk mengambil job offer di luar negeri. Shinta melihat Rahmat yang hancur, berusaha masuk ke dalam kehidupan Rahmat. Shinta berusaha meyakinkan Rahmat bahwa mereka pasangan yang cocok. Rahmat yang pelan-pelan mulai masuk ke dalam hidup Shinta, sebenarnya masih bimbang antara menerima keputusan Tata dengan pasrah atau mengejar Tata.

Apakah Rahmat bisa menjadi seseorang yang sempurna untuk Tata? Atau Shinta?

10 komentar

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.