Mengurai kemacetan Jakarta


Mengurai kemacetan Jakarta sudah acap kali didiskusikan dan ujung-ujungnya tetap sama saja. Penyelesaian yang “nggantung”, tidak tuntas atau malah berakhir dalam kesepakatan untuk tidak sepakat. Bus Trans Jakarta, model plat nomor ganjil genap atau 3 in 1, semuanya bertujuan untuk Jakarta yang (terasa) lebih lega, lebih lapang.

Mengurai kemacetan Jakarta : optimalkan angkutan umum

Mengurai kemacetan Jakarta : optimalkan angkutan umum

Mas Nukman Luthfie saat memberikan presentasi dalam acara Sarasehan Alumni UGM bercerita tentang nyamannya naik angkutan umum dan nikmatnya kehidupan sopirnya sejak dia terapkan kebiasaan baru itu.

“Saya bisa miting lebih dari sekali karena naik angkutan umum dan sopir saya bisa pulang lebih cepat, bertemu anak istri lebih cepat dan itu dengan solusi yang sangat mudah, naik angkutan umum dan mulai meninggalkan kebiasaan naik mobil pribadi sendirian di Jakarta”

Sebuah nasehat sederhana yang (sebenarnya) sangat mudah dilaksanakan, tapi (ternyata) sangat berat untuk kalangan tertentu. Sebagian masyarakat kita masih lebih suka naik mobil pribadi ke Jakarta. Mereka merasa tersiksa dalam himpitan aroma angkutan umum dengan segala merk parfumnya. Mereka masih melihat status naik mobil bagus adalah nilai tersendiri bagi kehidupan mereka.

“Klient saya tidak peduli saya naik apa, mereka hanya peduli dengan kinerja saya dan itu sudah cukup”, ucap Nukman dengan senyum khasnya. Senyum khas “cah bagus”, kata orang.

Aku sendiri pernah merasa tersiksa selama bertahun-tahun ketika harus naik mobil sendirian dari rumah menuju Jakarta dengan memakan waktu bisa 3-4 jam pulang pergi. Berapa BBM yang kuhabiskan dan berapa luasan jalan yang kupakai untuk diriku sendiri. Puncaknya ketika aku memutuskan untuk naik angkot 59 dan meninggalkan mobil pribadi untuk urusan ke kantor.

Pertama kali rasanya aneh  naik angkot dan berkomunikasi via BB yang waktu itu masih sangat langka, tapi akhirnya aku berpendapat bahwa sebenarnya orang-orang yang ada di sampingku tidak peduli dengan apa yang kupegang. Bahkan mungkin mereka malah berpikiran bahwa aku tidak memegang BB tetapi BB looklike saja.

Akhirnya aku punya keputusan yang radikal “JUAL MOBIL!”

Mas Nukman tertawa ketika aku bercerita tentang acara jual mobil itu.

“Wah itu mlarat namanya !”

Kitapun tersenyum bersama. Memang perlu kebijakan yang radikal untuk mengatasi masalah yang gampang tapi menjadi rumit ini. Gampang karena memang gampang, rumit karena akan sangat mengurangi kenyamanan kita.

Seberapa tahan kita mengatasi masalah hilangnya kenikmatan ini akan menjadi tantangan sendiri bagi mereka yang berniat untuk meninggalkan mobil pribadi dan mulai mencintai angkutan umum.

Masalah lain yang akan muncul dan pasti muncul adalah masalah kecukupan armada angkutan umum kita, baik dari sisi jumlah maupun kelayakannya. Untuk yang satu ini mungkin sudah menjadi tanggung jawab mas Djoko Wi dan Koh Ahok untuk menyelesaikannya. Bila didukung semua lapisan masyarakat, maka penyelesaian masalah angkutan umum ini akan mudah dilaksanakan.

seputar mudik

Kendala akan muncul kalau kita memberi ruang untuk mereka yang kontra tanpa memberikan solusi, tapi buat mereka yang kontra tapi memberikan solusi tentu sangat diharapkan masukannya untuk jakarta yang lebih baik. Mengurai kemacetan Jakarta akan tetap menjadi masalah bila pihak-pihak yang berdiskusi saling mempertahankan ego masing-masing.

Dari diskusi pinggir jalan, aku hanya tersenyum ketika seorang yang merasa bodoh bercerita tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengurai kemacetan Jakarta.

1. Beri pajak tinggi untuk mobil pribadi beroda empat, makin mahal makin tinggi pajaknya.

2. Kita mulai dari diri sendiri untuk mulai memanfaatkan angkutan umum dibanding mobil pribadi.

3. Mendoakan para pemimpin bangsa agar mulai berpikir untuk memperbaiki kenyamanan angkutan umum termasuk jumlahnya.

“Itu 3 in 1 yang cespleng untuk mengurai kemacetan Jakarta mas Eko!”

Fun Bike UGM di Ancol

Fun Bike UGM di Ancol

7 komentar

  • Ping-balik: Gowes Lampung WSKT | Blogger Goweser Jogja

  • Ping-balik: Hati-hati Gowes di Jakarta | Eshape Blogger Jogja

  • Ping-balik: Parkir di Jalan Tol | Kupoto Dunia

  • Memang benar Kang, untuk mengatasi permasalahan yang ada di Kota Jakarta tentu dibutuhkan keberanian dalam mengambil keputusan dari setiap warga masyarakatnya. Dan hal terpenting yang mudah dilakukan adalah dari tindakan keberanian yang diambil dari dri sediri

    Dengan begitu maka permasalahan yang ada di Kota Jakarta akan mengurai dengan sendirinya, dan akan terlihat lebih jelas perubahan situasi keadaan yang selalu membuat orang selalu pusing kepala.

    Sukses selalu
    Salam Wisata

    Suka

  • Kok saya malah menganggap ‘kemacetan’ bukan masalah yg sangat krusial ya!?
    Selama negara ini masih di pimpin atau dikendalikan oleh para orang2 serakah (entah itu koruptor, boss bejat, pejabat edan, dll), maka bangsa kita ini ya akan tetap carut marut.

    Logika sederhana saya:
    Udah tahu Jakarta dan kota2 besar lainnya sudah penuh sesak dgn kendaraan, kenapa para produsen kendaraan masih diijinkan utk impor barangnya.
    Dahsyatnya lagi, sekarang orang udah semakin dimanja dgn sistem kredit yg menggiurkan.

    Salam,

    Suka

    • Salam,

      Memang macet bukan masalah paling krusial di negara kita, tapi di Jakarta sudah sangat menjengkelkan dan sangat memboroskan pemakaian BBM,
      Seperti biasa, tidak ada penyelesaian yang jelas untuk mengatasi masalah ini.

      Salam sehati

      Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.