Runner dan Goweser kota

Minggu sore aku bersama anak-anak meluncur ke kedai teh lare solo untuk bergabung dengan teman-teman mengikuti acara “The magic of tea“. Wow…. acaranya pasti seru seperti yang pernah kuikuti di Bogor beberapa tahun lalu. Kalau dulu di Bogor mendengarkan bersama acara kopdar KV Jabodetabek, maka kali ini aku bergabung bersama KV Jogja.

Seperti biasa mas Bambang langsung ke inti acara, acara bertajuk “The magic of tes” inipun mengalir dengan sangat lancar, tahu-tahu sudah maghrib dan akupun harus meninggalkan acara ini. Suasana masih ramai dengan wawancara antara para peserta acara dengan mas Bambang lare Solo sang pendongeng teh, tapi aku harus sudah meluncur meninggalkan arena sharing “The magic of tea”.

Suasana kedai teh lare solo Jogja ini berbeda konsepnya dengan suasana di kedai teh Bogor. Di Jogja nuansanya mirip cafe yang berAC, sementara di Bogor lebih green karena memanfaatkan udara pegunungan dan suasana alam yang asri. Kedua tempat itu mempunyai nilai yang berbeda dari sisi konsep, tapi dari sisi teh, rasanya tetap sama.

“Teh yang khusus dibuat dari pucuk daun sangat mahal harganya karena memang sangat sulit memproduksinya. Contoh teh mahal ini adalah teh putih”

“……………”

“Dari lahan teh yang ada, maka produksi panen pucuk daun teh hanya sekitar 2% yang bisa dibuat. Belum lagi kalau pengolahannya model manual, pasti teh itu akan menjadi semakin mahal”

Segala macam teh ditampilkan di layar dan satu demi satu dengan detil, mas Bambang lare Solo menjelaskannya. Kandungan teh yang sangat bermanfaat bagi tubuh adalah anti oksidan berupa polifenol. Adanya unsur polifenol ini akan memberikan khasiat antara lain :

1. Mencegah pembentukan radikal bebas dalam tubuh, melindungi lemak dalam plasma darah, melindungi kerusakan minyak dan lemak makan, dan bisa juga digunakan sebagai pewarna mkanan yang alami.

2. Anti mutasi gen, anti tumor, anti peningkatan kolesterol, anti peningkatan tekanan darah

3. dan berbagai khasiat lainnya

Kelemahan yang sering terjadi pada masyarakat penggemar teh yang tidak tahu ilmunya adalah menyeduh teh dengan gula, hal ini tentu akan sedikit mengurangi khasiat teh. Sebaiknya bila kita minum teh, maka cukup diminum hangat tanpa gula.

Selain memakai gula, kadang untuk mendapat teh yang kental kita terbiasa untuk merendam teh dalam air panas selama waktu yang cukup lama. Padahal setiap teh mempunyai waktu “rendam” atau waktu seduh yang sangat sebentar. Semakin lama diseduh, maka khasiat teh akan semakin hilang. Yang terjadi adalah kita minum teh berkhasiat yang sudah kehilangan khasiatnya, yang diminum tinggal rasa dan warnanya saja yang mirip teh.

Lama seduh beberapa jenis teh yang cukup populer adalah sebagai berikut :

1. Teh Hitam
Masa seduh : 3 – 5 menit, 100 ‘C
2. Teh Hijau
Masa seduh : 1 – 3 menit, 70 ‘C
3. Teh Putih
Masa seduh : 5 – 7 menit, 60 ‘C
4. Teh Oolong
Masa seduh : 5 – 7 menit 60 ‘C

Jadi hanya teh hitam yang boleh diseduh sampai angka 100 derajad, meskipun suhu normal seduh biasanya ada di angka 60 derajad C saja.

Saat ini teh putih adalah teh yang paling populer. Teh yang dibuat dari pucuk daun teh ini sangat mahal dan sangat digemari. Beberapa manfaat dari teh putih ini antara lain adalah untuk menekan sel kanker, mencegah obesitas, menangkal radikal bebas lebih baik dari jenis teh lain, mencegah penuaan, mencegah masalah kulit, dan melangsingkan tubuh.

Dari deretan manfaat ini, teh putih pasti sangat diminati karena bisa mencegah kegemukan dan mencegah penuaan.

Selain teh putih, teh yang cukup terkenal adalah teh Oolong. Inilah teh tradisional Cina yang mengalami sebagian proses oksidasi atau fermentasi. Beda dengan teh hitam yang mengalami proses oksidasi total. Teh Oolong, karena hanya setengah difermentasi, maka bagian tepi daunnya berwarna kemerahan sedang bagian tengah daunnya tetap hijau. Rasa seduhan teh oolong lebih mirip dengan teh hijau, namun warna dan aromanya kurang kuat dibandingkan teh hitam.

Tertarik dengan kisah “The magic of tea”? Silahkan meluncur ke kedai teh lare solo, dimanapun dia berada. Salam sehati.