Jahiliyah versi Pressiden Y Kubro

Jahiliyah versi Pressiden Y Kubro disampaikan beberapa waktu lalu saat tumpengan di Gallery Amri Yahya Jogja yang digagas oleh Komunitas Seni Pertunjukan Islami (KSPI) Jogja. Saat itu mereka berkumpul dan membahas naskah Jahiliyah yang pernah tenar di tahun 80an. Naskah adaptasi dari kisah Umar bin Khattab itu mengusik beberapa pemerhati dan pekerja seni Jogja untuk ditampilkan lagi di tahun 2013 ini.
“Roh yang ada dalam naskah itu masih hidup sampai sekarang, tinggal bagaimana kita mengemasnya menjadi sebuah tontonan yang modern dan tetap Islami, sesuai tuntutan jaman”
Pressiden Y Kubro yang didapuk sebagai sutradara pertunjukan kolosal Drama Musikal ini tentu harus mengemas acara ini menjadi sebuah tontonan kolosal sesuai kompetensinya, tetapi yang tetap harus mengedepankan roh Islami sebagai fokus pertunjukan. Kalau hanya spektakular yang dikejar, tentu akan mudah bagis seorang Pressiden Y Kubro untuk menggelarnya, demikianpun kalau hanya nafas Islami yang dikejar, maka tentu bukan hal yang sulit.
Bila yang dikejar adalah tontonan kolosal Drama Musikal yang berjiwa Islami, maka Pressiden Y Kubro harus mengernyitkan dahi sebelum menjawab tantangan ini.
“Ini tantangan yang sangat menarik, karena sebenarnya ruh JAHILIYAH ini masih hidup di jaman ini dan menjadi sangat menarik untuk ditayangkan dalam sebuah pertunjukan kolosal berupa DRAMA MUSIKAL”
Pengalaman Pressiden Y Kubro menangani pertunjukan kolosal di beberapa event sudah mencukupi untuk membuat pagelaran kolosal berupa Drama Musikal, tinggal bagaimana membuat sebuah pentas yang tidak hanya bersifat kolosal tetapi juga mempunyai jiwa ISLAMI dan tetap artistik. Hal ini membuat KSPI selaku penyelenggara pentas JAHILIYAH versi Pressiden Y Kubro ini mengajak Mbah Gati, sutradara kawakan dari Teater Gadjah Mada Jogja untuk menggarap Drama Musikal dari sisi artistiknya.
Sebagai teaterawan kawakan dan pemusik andal, tantangan menggarap sebuah Drama Musikal tentu sangat menarik minat mbah Gati. Apalagi dalam pentas kolosal kali ini muncul juga nama penulis naskah yang sudah akrab di kalangan pemerhati seni pertunjukan Hamdy Salad. Kolaborasi dari pembuat naskah, sutradara pentas kolosal dan penata artistik kawakan diyakini akan menjadi sebuah tontonan yang menghibur, megah dan tetap dalam nuansa Islami.
“Ini adalah hari yang sudah ditunggu-tunggu dunia. Hari dimana sebuah karya besar akan lahir dari tangan kita bersama. Hari ini akan kita kenang sebagai hari yang bersejarah untuk pertunjukan seni Islam yang tetap menarik dan menghibur”, tandas Pressiden Y Kubro saat tumpengan dalam rangka syukuran terbentuknya KSPI.

Tumpengan Drama Musikal Jahiliyah
Tentang Jahiliyah, pressiden Y Kubro berkata :
“Jahiliyah adalah tema yang berasal dari konsep Islam tentang “kebodohan” (ignorance or stupid), yaitu kebodohan yang diakibatkan karena abai terhadap petunjuk Ilahi yang terbuncahkan dalam hukum-hukum Nya. Secara historis, jahiliyah adalah sebutan untuk masa Arab pra-Islam dimana masyarakatnya hidup dalam kebodohan karena jauh dari tuntunan wahyu Allah”
“Jahiliyah dengan demikian bukanlah sekedar tema teoritis dan out of date. Dia ada dalam kehidupan setiap era anak manusia. Pun kehidupan kontemporer saat ini dimana kebodohan dalam artinya yang sangat luas selalu saja menghantui setiap labirin dunia kita”
“Jahiliyah sudah masuk menjadi nyawa dari komodifikasi perdagangan dalam dunia kapitalisme pasar. Jahiliyah sudah menjadi motor penggerak dari rutinitas manusia kosmopolitan. Jahiliyah sudah menjadi rumus penggerak pasar, apa saja bisa dijual, termasuk agama dan Tuhan pun menjadi barang dagangan”
Tentang pertunjukan Kolosal Drama Musikal “JAHILIYAH”, Pressiden Y Kubro berkata :
“Spirit musik yang akan menjadi rancangan konsep drama musikal Jahiliyah adalah “Moderen & Tradisioanl Instrument” yaitu sebuah garapan antara instrumen musik bedug, tiup/brass orchestrasi, paduan suara, band dan electronic voice system. Sedangkan yang menjadi bingkai pergelaran dari pola dialog, gerak, bahasa, instalasi dan pemaknaanya, akan disuguhkan Video Art sebagai penghubung drama musikal antara beberapa ikon tampilan, sehingga dari pergelaran ini akan menghasilkan peristiwa pertunjukan yang sakral, agung, eksotik dan khas. Diharapkan dari suguhan ini akan menghasilkan citra bahwa Indonesia adalah betul-betul menjadi tauladan kebudayaan yang humanity, independen, dan siap menjaga keharmonisan kebudayaan di tengah kemajuan zaman”
Lalu seperti apa lakon kolosal Drama Musikal Jahiliyah versi Pressiden Y Kubro?
Kita masih harus menunggu sampai kalender menunjukkan tanggal 5-6 Oktober di Taman Budaya Jogjakarta.

Pressiden Y Kubro
Ping-balik: Lensa Canon EF 70-200mm f4L IS USM
amin2
SukaSuka
Amiiiin
SukaSuka
Merinding n haru baca blog ini, bismillah…. Kita akan sama2 mengukir sejarah perteater an negri tercinta ini sebagaimana angan n harapan umat dg sgl kesungguhan hati. Insya Allah
SukaSuka
Amin.
Semoga doa kita dikabulkan Allah swt
Salam sehati
SukaSuka