Sahur bersama

“Pak Dhe sekarang ini kan fenomena sahur bersama sudah ramai, tapi katanya dulu sudah pernah ada di rumah pak Dhe ya?”
Pak Dhe tersenyum mendengar pertanyaan dari Khalid. Dipandanginya semua orang yang sedang menyelesaikan nasi terakhir di piring masing-masing, saat berbuka puasa di rumah pak Dhe.
“Pasti acara ini ide Udin ya? Agar aku cerita peristiwa yang sama di beberapa tahun lalu?”
“Hahaha.. iya pak Dhe. Kata mas Udin, nanti pak Dhe akan cerita ketika jaman dulu pak Dhe pernah memperingati acara ulang tahun dengan sahur bersama”, jawab Khalid sambil melirik pada Udin yang sedang menyeruput teh hangatnya.
“Acara sahur bersama itu sebenarnya terjadi tanpa sengaja. Waktu itu kita mengadakan acara buka bersama di rumah. Nah ceritanya kita sudah menyediakan makanan untuk teman-teman, tapi ternyata beberapa teman juga membawa makanan sebagai pelengkap acara buka bersama itu”
“Mereka tahu tidak bahwa hari itu adalah hari ulang tahun pak Dhe?”
“Pacarku tentu tahu, tapi yang lainnya tidak”
“Pacar pak Dhe itu bu Dhe yang sekarang?”
“Aku bukan pacar pak Dhe yang hadir di acara buka bersama itu lho mas Khalid”, tiba-tiba Bu Dhe ikut menimpali, sehingga semua jadi ikut tertawa mendengarnya.
“Iya benar. Waktu itu bu Dhe belum masuk dalam kehidupanku. Dia masih pacaran dengan pemuda lain..”, pak Dhe mencoba menjelaskan
“Eit..siapa bilang aku pernah pacaran?”, sahut bu Dhe yang tidak terima dibilang pernah pacaran.
“Iya iya, maksudku ketika Bu Dhe masih dekat dengan lelaki lain”, pak Dhe tersenyum sambil meralat ucapannya
“Jangan salah ya, aku tidak dekat sama dia lho, dia yang mendekatiku”, rupanya bu Dhe masih belum mau terima dengan ralat dari pak Dhe
“Ya benar, waktu itu bu Dhe sedang didekati lelaki lain”, bu Dhe akhirnya puas dengan ralat terakhir dari pak Dhe.
Para pendengar cerita pak Dhe jadi tersenyum-senyum melihat dialog antara pak Dhe dan Bu Dhe ketika membahas saat mereka masih belum menikah dulu.
Pak Dhepun mulai mengembara ke masa beberapa tahun silam. Itulah peristiwa di rumah pak Dhe yang sangat berkesan.
Seperti biasa, kalau kumpul di rumah pak Dhe, selalui ada saja yang tetap tinggal di rumah sepulang dari sholat tarwikh untuk melanjutkan buka puasa mereka. Saat itu rupanya makanan yang ada terlalu banyak, sehingga meskipun sudah dimakan lagi sehabis tarwikh, tetap saja masih tersisa makanan di beberapa panci.
Akhirnya muncul ide dari salah seorang teman pak Dhe.
“Bagaimana kalau besok kita ajak teman-teman untuk datang ke sini lagi dan makan bersama-sama disini?”
“Apa mau mereka?”
“Piye carane waelah, sing penting podho teko (bagaimana caranya yang penting mereka bisa datang)”
Rupanya ide ini masuk akal mereka, sehingga merekapun meluncur ke beberapa tempat kumpul anak-anak muda dan mengabarkan acara sahur bersama ini. Ternyata menjelang sahur benar-benar mereka sukses mengumpulkan orang untuk sahur bersama.
“Jadi begitulah ceritanya. Sederhana kan?”, kata pak Dhe mengakhiri ceritanya.
“Pak Dhe, kata Udin ada yang istimewa di malam hari itu, saat muncul ide sahur bersama”
“Hahaha… tidak istimewa sih, tapi menyesakkan. Hahaha… waktu itu rumah kita kan kecil dan teman-teman sehabis tarwikh tiduran di kamar kita. Paling banyak di tempat tidur adikku, bayangkan saja satu ranjang kecil bisa muat 7 atau 8 orang”
“Terus..?”
“Ya ranjang itu langsung ambyar !”
“Hahaha….”
“Semua yang tidur di ranjang itu jatuh, bertebaran di lantai dan ranjang itu dinyatakan rusak total”
“Total?”
“Sebenarnya tidak juga, soalnya papan ranjang masih bisa dipakai, tinggal nyari dudukan papan itu saja”
“Jadi saat itulah muncul ide sahur bersama ya pak Dhe?”
“Ya benar. Sayang kawan pak Dhe itu sekarang sudah meninggal. Padahal dia masih muda, enerjik dan selalu penuh semangat membantu sesama”
“Kenapa ya pak Dhe, orang baik itu selalu dipangil duluan?”
“Ah gak ada itu. Berarti orang yang belum mati ini jelek semua?”
“Hahahaha……”
“Sebenarnya yang istimewa di malam itu adalah pertemuan perdana antara adikku dan calon istrinya”
“Woow… gimana ceritanya..?”
“Wah ndak ada ceritanya itu. Hanya adikku dan istrinya yang tahu. Yuk tarwikh aja dulu”
Terdengar suara adzan Isya dan pertemuan buka bersama itupun berpindah ke mushola di dekat rumah pak Dhe. Melihat masih banyaknya lauk di tikar yang ada di ruang tamu, kelihatannya akan ada acara sahur bersama di rumah pak Dhe.
Ruangan tamu dan ruangan keluarga pak Dhe menjadi sepi karena pak Dhe memang mengajak semua peserta buka bersama untuk sholat tarwikh di mushola tanpa kecuali.
“Jangan sampai buka bersama ini menjadi sesat karena semuanya asyik ngobrol tanpa kenal Isya dan tarwikh. Meski sholat tarwikh itu sunat, tapi sebisanya kita ikuti, kecuali bagi mereka yang berhalangan”
“Gitu ya pak Dhe?”
“Ya ini sebenarnya nasehat juga untuk diriku sendiri, karena kadang aku masih juga meninggalkan sholat tarwikh sehabis buka bersama karena alasan yang tidak bisa ditolak. Persis dengan apa yang terjadi ketika Udin sampai lupa tidak sholat subuh gara-gara kekenyangan ikut acara buka bersama”

BB Z10 dan tandemnya iPhone 5
Ping-balik: Marhaban ya Ramadhan | Blogger Goweser Jogja