Yeni Rumiyaningtyas

Sosok ketua KSPI (Komunitas Seni Pertunjukan Islam), Yeni Rumiyaningtyas, seperti mengalami metamorfosa, setelah lama vakum dari dunia seni teater. Dua puluh tahun lampau, sosok ini aktif di berbagai kegiatan seni, utamanya seni panggung. Darah seni yang kuat dari ayahnya membuat Yeni kecil sudah dekat dengan dunia panggung melalui kegiatan seni tari. Maklum ayahnya memang pengisi acara tetap di TVRI maupun kegiatan seni lainnya di luar TVRI. Yeni kecilpun aktif di sanggar tari sampai akhirnya dia harus meningglkan bangku SMP ketika masuk ke MAN I Jogja.

Yeni Rumiyaningtyas
Memasuki MAN artinya adalah saat Yeni muda mulai mengenal jilbab. Kegiatan tari menari, yang mempertontonkan aurat, mulai ditinggalkan dan Yeni mudapun mulai terjun di dunia teater. Di tahun-tahun itu, salah satu pentasnya yang cukup berkesan baginya adalah pentas “Lautan Jilbab” pada tahun 80an. Saat mengenakan jilbab itulah dia ikut ambil bagian dalam pentas “Jahiliyah” karya Edy S Kandar di Teater Masa dan itulah yang kemudian membuat Yeni jadi tergerak untuk mementaskan naskah “Jahiliyah” versi tahun 2013.

Yeni Rumiyaningtyas
Perjalanan panjang, mulai dari Aceh, Medan, Surabaya dan Jakarta selama dua puluh tahun telah menempa Yeni menjadi sosok yang lebih humanis dan dengan jiwa seni yang makin bergolak karena sempitnya waktu untuk mengeluarkan gejolak jiwa seninya. Naluri keibuan Yeni yang sangat memuja keindahan ibundanya, membuat waktunya tersita untuk melakukan pekerjaan pokoknya merawat anak-anak. Saat buah hatinya mulai mandiri, maka gejolak seninya sudah tidak tertahan lagi.

Yeni Rumiyaningtyas
Kepulangannya kembali ke kota Jogja membuat teman-teman lamanya dari dunia teater bermunculan dalam kehidupannya. Fajar Suharno, Emha Ainun Najib, Jemek Supardi dan berbagai tokoh seniman Jogja yang dulu ikut aktif di teater Dinasti membuat Yeni seperti terlahir kembali.
Gati dan Jujuk, dua seniman kondang Jogja, membuat Yeni makin dalam memasuki dunia teater dan lahirlah teater We eN alias teater Wanito Ngunandiko (Wanita berbicara). Merekapun sukses mementaskan naskah “Kolase dan 7 (tujuh) jendela kaca” di Taman Budaya Jogjakarta. Inilah naskah dari Labibah Zain, seniman sekaligus blogger Makassar, yang juga ikut memerankan salah satu tokoh dalam pementasan itu.
Selepas dari pementasan perdana itu, keinginan untuk memperkaya pementasan teater makiin membuncah dan satu hal yang membuat obsesinya makin memuncak adalah ketika makin banyak teman-teman teaternya yang memenuhi lingkungan hidupnya sehari-hari.

Yeni Rumiyaningtyas
Mementaskan naskah yang spektakular dan mempunyai roh Islam, itulah obsesi baru Yeni yang ingin segera dituangkan dalam kegiatan nyata. Sosok Bagus Jeha, event planner Jogja, membuat Yeni makin dekat dengan mimpinya. Sedikit demi sedikit sosok-sosok seniman Jogja makin banyak bermunculan di lingkungan sehari-hari Yeni.
Pressiden Y Kubro, sutradara pentas kolosal tertantang untuk menjawab tawaran Yeni mementaskan naskah Jahiliyah versi 2013. Sebuah pentas kolosal yang akan melibatkan banyak seniman, baik dari seni teater, seni musik, seni tari, seni lukis dan berbagai macam seni yang bisa diramu menjadi sebuah pertunjukkan kolosal bernuansa Islam.

Yeni Rumiyaningtyas
Gati kembali ditarik oleh Yeni untuk menata pementasan ini dari sisi artisitiknya. Sedangkan dari sisi aransemen musiknya dipercayakan pada sosok Ahmed Sinar, arranger yang sudah malang melintang di Jakarta. Pendiri Deaf Art Community (DAC) Broto Wijayanto ikut juga memberi andil untuk memperkuat peran sutradara sebagai asisten sutradara.
Bagus Bacep Sumartono, pelukis handal, diserahi tugas khusus untuk membuat kostum agar pesan “Jahiliyah” dari penulis naskah dapat disampaikan sutradara ke audiens. Penulisan naskah “Jahiliyah versi 2013” sendiri diserahkan pada Hamdy Salad yang sangat dipercaya oleh Pressiden Y Kubro. Pada perjalanannya naskah ini banyak dirombak disana-sini untuk memenuhi keinginan dari sisi artistik maupun roh Islamnya.
Naskah ini dituntut bisa menterjemahkan bahasa Jahiliyah di abad modern dalam 3 babak, mulai babak kegelapan, babak kedatangan sang pencerah dan babak jahiliyah modern. Penyair Emha Ainun diminta pula untuk mengisi salah satu slot dialog sebagai penggambaran lagu yang akan dibawakan oleh Charly Vanhoten (Mantan Vokalis Band ST12).
Yenipun bisa tersenyum lega melihat banyaknya seniman yang ikut terlibat dalam pentas kolosal ini. Apalagi ada sosok Giana Sudaryono, pemusik sekaligus pemilik Omah Panggung Jogja, yang ikut terlibat dalam pemilihan casting para pendukung acara.

Yeni Rumiyaningtyas dan Eko Eshape
Sebagai ketua KSPI yang berdiri tanggal 11 Mei 2013, tugas Yeni hanya merangkai puzzel penuh nilai itu dalam sebuah pementasan kolosal Jahiliyah. Pentas yang akan dikenang sebagai awal kebangkitan seni pertunjukan Islam di Jogja. Tanggal 5-6 Oktober adalah hari yang akan dicatat dalam setiap kalbu insan seni Jogja.

Yeni Rumiyaningtyas