Menulis Blog

Pagi ini aku dapat tugas menulis blog. Isinya nanti akan menjadi materi utama “Cara Menulis Blog” yang akan dihadiri oleh banyak Remaja Dewasa yang sangat heterogen pemahamannya tentang menulis blog. Ada yang sudah keren dalam menulis di blog dan ada juga yang mungkin datang karena diajak teman, bukan karena dia seorang yang ingin menulis di blog.
Kalau kita search kalimat “Memulai menulis Blog” di mesin pencari, akan sangat banyak petunjuk yang bagus-bagus tentang bagaimana cara memulai menulis di blog, tapi rasanya selalu saja topik ini menjadi topik yang menarik untuk diangkat dalam ajang berbagi pada sebuah komunitas. Aku ingat juga ketika pertama kali ikut Komunitas Tangan Di Atas (TDA). Saat itu mereka (TDA Cikarang) butuh seorang penulis blog yang bisa berbagi tentang berbagai hal seputar blog. Dari hasil berbagi itu, aku menuliskannya dalam sebuah artikel “Master Mind = Magic Meeting“. Sejak hati itu, resmilah aku menjadi anggota TDA Cikarang.

Yuk Menulis Blog
Menulis blog, bagi sebagian orang tidak ada bedanya dengan melakukan kegiatan rutin lainnya, seperti makan, minum, berjalan ataupun kegiatan harian lainnya. Tidak ada kesulitan dalam menulis di blog. Namun pada beberapa orang lainnya, kegiatan menulis bisa jadi merupakan salah satu momok yang sejauh mungkin dihindarinya. Menulis menjadi sebuah beban, padahal mungkin dia sudah melakukan kegiatan yang jauh lebih berat dari menulis tetapi justru dapat diselesaikan dengan lebih baik.
Seorang penulis sering terkagum-kagum melihat atau mendengar kehebatan seseorang dalam bidang atletik, panjat tebing, sepak bola, atau kegiatan lain yang spektakular, tapi giliran diminta menuliskan kegiatan hebatnya itu, justru mereka jadi terdiam. Kegiatan menulis menjadi hantu bagi mereka yang tidak terbiasa menulis. Mereka tidak tahu harus memulai darimana dan bagaimana mengakhirinya.
Padahal rumus menulis, apapun jenis tulisannya, biasanya sangat sederhana. Cukup gunakan 5W+1H saja. Pilih sebuah topik dan uji topik itu dengan beberapa pertanyaan, What, Where, Why, When, Who dan How. Jawaban dari semua pertanyaan itu dijamin akan berupa sebuah jalinan tulisan yang lengkap dan runtut.
Yang perlu dilakukan dalam menjawab pertanyaan itu adalah sebuah jawaban yang spontan. Makin cepat dijawab, akan makin bernyawa jawaban itu. Jawaban yang terlalu lama akan membuat nilai jawaban itu jadi kurang bernyawa. Jawaban yang cepat adalah jawaban yang keluar dari dalam hati dan belum banyak terkontaminasi oleh pikiran, jawaban yang terlalu lama akan membuat jawaban itu banyak terkontaminasi oleh pikiran.
Mana yang lebih bagus, jawaban cepat atau jawaban lambat?
Dua-duanya mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun untuk menulis, sebaiknya gunakan jawaban cepat, karena setelah jawaban cepat didapat, kita masih bisa berpikir untuk merubah jawaban cepat itu. Bila kita menjawab dengan lambat, maka artinya kita hanya mempunyai satu pilihan jawaban saja, yaitu jawaban lambat. Tidak ada pilihan jawaban cepat.
Sebenarnya jawaban cepat adalah refleksi dari otak kanan kita, sedang jawaban lambat adalah refleksi dari otak kiri kita. Otak kanan akan langsung bereaksi dengan cepat dan mengeluarkan jawaban yang berciri khas kreatif, imajiner, artistik dan tidak terstruktur. Sedangkan ciri jawaban otak kiri adalah terstruktur, rapi, logis dan berdasar fakta. Ciri-ciri berpikir dengan otak kanan dan otak kiri silahkan dicari di mesin pencari, pasti akan diketahui kelebihan dan kekurangan masing-masing cara berpikir itu. Memang Tuhan kita sangat hebat dalam menciptakan makhlukNya. Namanya saja Tuhan Maha Besar, Allahu akbar.
Mari kita coba praktekkan ilmu 5W+1H ini. Sebagai contoh kita pilih saja topik “KAMPUS Bulak Sumur” dan kita uji dengan beberapa pertanyaan di bawah ini.
Mengapa namanya “KAMPUS Bulak Sumur”?
Sebelum menjadi KAMPUS, lokasi tersebut berupa tanah lapang dan ada sebuah sumur pada tanah lapang itu.
Apa sih “KAMPUS Bulak Sumur” itu?
Inilah kampus yang dulu pernah menjadi kampus terbesar di Indonesia. Mahasiswanya berasal dari berbagai penjuru Nusantara.
Dimana sih lokasi “KAMPUS Bulak Sumur” itu tepatnya?
Kampus ini terletak di sebelah utara RS Panti Rapih dan di sebelah selatan selokan mataram.
Kapan ya “KAMPUS Bulak sumur” didirikan?
Berdasar dies yang dilakukan setiap tanggal 19 Desember, maka kampus ini berdiri pada tanggal 19 Desember, tahunnya adalah 1949.
Siapa pemilik “KAMPUS Bulak Sumur” ?
Inilah kampus negeri milik pemerintah RI.
Bagaimana caranya menjadi mahasiswa “KAMPUS Bulak Sumur”?
Sama seperti perguruan tinggi negeri lainnya. Ada yang lewat penjaringan semasa SMU dan ada juga yang melalui test tertulis.
Setelah menjawab semua pertanyaan model 5W+1H, maka mulailah kita lengkapi jawaban itu dengan memakai otak kiri kita. Bisa jadi jawaban dengan otak kanan itu salah atau kurang tepat. Disinilah perlunya kita memperkaya diri dengan membaca dan mencari tahu segala sesuatu tentang topik yang akan dibahas. Bisa saja jawaban yang salah itu justru menjadi nilai unik dari tulisan kita.
Misalnya jawaban ini : “Sebelum menjadi KAMPUS, lokasi tersebut berupa tanah lapang dan ada sebuah sumur pada tanah lapang itu”. Mari kita cari jawaban yang benar di mesin pencari. Misalnya kita ambil salah satu hasil pencarian sebagai berikut :
“Dalam sebuah pertemuan Pers Mahasiswa se-Indonesia, para pengurus Bulaksumur Pos (waktu itu masih Tabloid Bulaksumur) pernah mendapat pertanyaan, apakah arti kata Bulaksumur. Meski warga UGM, yang seharusnya sangat akrab dengan kata Bulaksumur, ternyata kami tidak bisa menjawabnya. Akhirnya, setelah kami tahu, kami akan membaginya dengan warga Bulaksumur lainnya.
Bulaksumur terdiri dari dua kata, “Bulak” dan “Sumur”. Bulak adalah istilah bahasa Jawa, yang artinya jalan panjang yang terapit persawahan. Sedangkan sumur, arti harfiahnya adalah sumber mata air. Jadi sederhananya, kata Bulaksumur berarti jalan panjang terapit sawah yang di dalamnya terdapat sumur.
Pada jaman sebelum kemerdekaan, waktu itu Indonesia masih dijajah Belanda, sekitar tahun 1915, Bulak yang sekarang menjadi jalan Kaliurang penuh dengan tanaman tebu. Kebun-kebun tebu ini dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pabrik gula di sebuah kampung (sekarang Muja-muju). Karena kebun itu luas, maka Belanda tidak ingin jika kebun tersebut sampai kekurangan air. Untuk itu, maka mereka membuat sumur.
Guna keperluan pembangunan sumur ini, Pak Kartoredjo -seseorang sesepuh yang pernah menjaga sumur itu, beserta tiga orang temannya mendapat kepercayaan untuk membuat sumur yang bergaris tengah 7,5 meter dengan kedalaman 11 meter. Sumur dilengkapi dengan pompa bertenaga motor bensin berkuatan sama dengan mesin mobil. Selesai dibuat, mantri Klongsir (mantri agraria) mengumpulkan lurah beserta penduduknya untuk meresmikan tempat tersebutnya. Penduduk yang diundang adalah penduduk kampung Ngaglik dan Tegalrejo. Ketika mantri klongsir meminta persetujuan tentang nama, Pak Hardjo Sentono, mengusulkan, “Ndoro, niki saene dinamaken mBulaksumur!” Semua pun setuju dengan usul Pak Hardjosentono. Dan nama itu digunakan sampai sekarang” (sumber Bulaksumur Online)
Maka kita bisa menulis menjadi sebagai berikut.
Kampus Bulak Sumur tadinya kupikir berasal dari sebuah tanah lapang yang ada sumurnya, ternyata bulak ini artinya jalan yang diapit sawah dan ada sumur di sawah itu. Sekarang jalan itu dikenal sebagai jalan kaliurang yang membelah kampus bulak sumur dan sampai sekarang masih menjadi masalah karena mengganggu proses belajar mengajar di kampus. Ada pemikiran untuk memindahkan jalan itu menjadi jalan yang melingkari kampus atau membuat jalan alternatif lain, sehingga di dalam lingkungan kampus tidak ada lagi jalan umum yang membelah kampus.
Jadi jawaban dari otak kanan akan merangsang otak kiri untuk mencari kebenarannya dan kemudian memadukannya menjadi sebuah tulisan yang khas dari sudut pandang kita. Semoga tulisan singkat ini bermanfaat bagi mereka yang sedang belajar menulis.
Salam sehati.

write-us (dari Microsoft)
+++
Artikel terkait (mirip) :
Cara menulis artikel di Blogger
Ping-balik: Sinau Nulis | Es Ha Pe Blogger Jogja
Menyimak, 😀
SukaSuka
Habis menyimak lanjut menulis mas @Achmad Syafa Ramdhani
Salam sehati
SukaSuka
Saya dulu, sudah lama sekali, pun pernah memiliki sebuah blog, dan sampai hari ini pun blog saya itu masih ada walau sudah tidak update lagi. Membaca artikel mas Eko ini sungguh menimbulkan sebuah kerinduan untuk kembali menulis. Terima kasih mas Eko.
SukaSuka
Salam.
Ayuk nulis lagi mas.
Salam sehati.
SukaSuka