Menulis buku sepeda

S3GAMA di Gelanggang Mahasiswa UGM

Baru kemarin aku bercerita tentang permintaan beberapa teman untuk menulis buku sepeda, pagi ini aku dikejutkan dengan lalu lintas di blogku yang melonjak tajam. Akupun jadi makin antusias untuk segera menulis buku sepeda. Ini momen yang tepat untuk menulis tentang kegiatanku bersepeda. Beberapa tahun ini memang aku sukses mengadakan gowes guyub di Jogja dan di Jakarta. Yang tadinya hanya angan-angan akhirnya menjadi kenyataan.

Lonjakan pengunjung blog

Lonjakan pengunjung blog (177 hourly views)

Pagi tadi aku juga mention kawan pesepeda dari S3GAMA Civeng dan mengajaknya untuk bersama-sama menulis tentang kegiatan sepeda. Namanya mas Pambuka Adi, seorang goweser yang juga suka menulis. Sementara itu mas Joko Suniyanto, seorang aktifis goweser dari S3 Gama juga, sudah menyediakan diri untuk membantu menyiapkan dokumentasinya.

“Apa fokus tulisan pada buku tentang sepeda itu mas Eko? Apa tentang spesifikasi sepeda, seri-seri sepeda atau tentang cara membuat komunitas sepeda?”, tanya kawanku

“Hahahaha…. fokus tulisan pada buku tentang sepeda itu adalah pengalaman bersepeda bagi para pemula. Misalnya bagaimana seorang yang divonis harus berolahraga tetapi sekaligus dilarang olah raga jalan kaki, atau cerita tentang seorang pesepeda pemula yang ikut rombongan goweser menaklukan gowes pertamanya. Jadi lebih fokus ke masalah yang biasa muncul pada goweser pemula atau mereka yang belum lama ikut komunitas sepeda”

“Itu cerita tentang mas Eko atau tentang goweser lainnya?”

“Tentu cerita tentang goweser pemula mas, cerita di buku ini tentang apa saja yang dialami oleh goweser pemula. Jadi bisa siapa saja. Bisa aku dan bisa tentang temanku mas”

“Itu sebabnya mas Eko ngajak mas Pambuka Adi ya?”

“Aku juga mengajak semua goweser yang ingin berbagi cerita. Akan lebih baik kalau mereka berbagi cerita plus mengirimkan fotonya”

“Wah di Cikarang banyak tuh mas yang punya cerita tentang goweser sejati dan goweser pemula”

“Hahahaha…. benar. Ada penulis hebat juga di Cikarang yang juga hobi gowes. Mas Amril namanya. Dia tidak hanya blogger nusantara seperti aku, tapi sudah mendunia. Mas Amril sudah kelasnya blogger internasional

“Yang jelas mas Amril memang blogger kelas berat, sama dengan Om Jay dan mbak Ajeng

Komunitas Gowes UGM (foto : Djoko Luknanto)

Komunitas Gowes UGM (foto : Djoko Luknanto)

Dalam berbagai kesempatan aku memang sudah dihubungi oleh penerbit buku maupun teman-teman alumni yang ingin Indonesia bertambah khasanah bukunya tentang sepeda, tapi dari sudut pandang yang lain. Mungkin memang sudah banyak buku tentang sepeda, majalah juga ada, tapi mereka beranggapan tulisan tentang sepeda dari seorang blogger mungkin akan berbeda ceritanya.

“Mas Eko pernah naik sepeda bambu?”

“Wah itu pasti sangat menyenangkan. Kapan ya bisa naik sepeda bambu?”

“Kabarnya mas Singgih Susilo Kartono yang membuat sepeda pagi-pagi (Spedagi) jadi terkenal sudah punya banyak sepeda bambu”

“Aku sudah daftar tuh acara SPEDAGI tahun 2014, tapi belum resmi”

“Maksudnya?”

“Baru daftar di FB, belum daftar ke Mas Singgih atau panitia”

Sepeda bambu memang salah satu jenis sepeda yang menarik hatiku. Beberapa foto tentang sepeda bambu dan cerita tentang sepeda bambu membuatku ingin meluncur ke Krajan Kandangan Temanggung Jawa Tengah, daerah dimana mas Singgih tinggal. Mungkin aku memang tidak akan beli sepeda bambu, karena rumahku yang sudah sesak oleh sepeda keluarga, tapi mencoba menaiki sepeda bambu pasti akan membuat sebuah pengalaman yang menarik.

Mas Singgih, alumni ITB, memang ingin mengembalikan desa pada fitrahnya. Jangan sampai kita dibutakan dengan kehidupan kota yang melenakan, tapi mas Singgih ingin mengajak kita untuk melihat desa dengan kearifan yang lebih. Melihat bahwa sumber kehidupan yang indah itu sebenarnya ada di desa. Keindahan pagi akan makin nyaman ketika dinikmati sambil naik sepeda. SPEDAGI, sepeda pagi-pagi, ditemani sebuah camera, apapun jenisnya, pasti akan membuat berkah pagi semakin lancar mengalir. Abadikan keindahan alam dan pajang dia di tempat kita bisa menikmatinya.

Sabtu, 1 Pebruari 2014, sehari setelah imlek, aku juga punya gawe untuk bersama-sama naik sepeda ke PARIS (Parang Tritis), pantai indah yang ada di Jogja. Tidak semua temanku mengikuti acara ini pada awalnya. Menurut mereka rute ke PARIS sangat menantang tapi bagi Goweser pemula atau mereka yang punya acara lain di pagi itu merasa akan pulang sampai sore, sehingga mereka berniat untuk melewatkan acara ini.

Setelah tahu bahwa akan ada angkutan balik dari PARIS ke Jogja, ternyata peserta jadi berlipat. Alhamdulillah. Gowes kali ini akan meriah, menyenangkan dan sesuai dengan falsafah gowes ceria.

“Berangkat barengan, sepeda barengan dan sampai barengan!”

Kalau dalam versi AUDAX, semangatnya adalah “Start Together, Ride Together, Finish Together!”

Audax Surabaya Jogja 325 km

Audax Surabaya Jogja 325 km

7 komentar

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.