Gowes Kaliurang

Sebagian peserta yang sampai FINISH

Tidak lengkap anggota komunitas gowes Jogja kalau tidak pernah sampai ke Kaliurang. Hukun Gowes Kaliurang itu wajib jadinya. Masalah dengan tenaga sendiri atau didorong teman atau bahkan campur nuntun, itu bukan suatu yang memalukan.

Kali ini WSKT, komunitas gowes Waskita mengunjungi kota Jogja dan memilih jalur gowes Kaliurang dibanding Gowes arah Borobudur. Padahal kebanyakan dari anggota komunitas WSKT adalah biker dengan sepeda road bike (RB). Mas Bagus Abdurrahman yang sering dipanggil Bagus Gowes kebetulan punya waktu luang dan ikut dalam rombongan gowes WSKT sebagai “cucuk lampah”, pemimpin rombongan.

Kang Tri Lakone yang diberi kepercayaan untuk mencari rute yang teduh, sekaligus tim mekanik plus tim penjaring berada di barisan paling belakang, kadang-kadang maju ke depan dan menanti goweser paling belakang di persimpangan yang dilalui. Mas Rofi, mekanik asli juga ikut dalam rombongan, tapi ternyata ketemunya sudah di sekitar patung Udang Kaliurang.

Sehabis subuh aku langsung menuju hotel Novotel untuk menjemput salah satu peserta gowes, namun karena suasana masih sepi di lobi hotel, aku meninggalkan pesan pada salah satu mobil penjaring bahwa aku langsung meluncur ke Hotel Jogja Plaza. Ternyata di hotel ini peserta sudah mulai berkumpul di lobby hotel dan memecah kesunyian lobby hotel dengan candaan khas para goweser.

Seorang turis nampak terpesona dengan sepeda yang diparkir di lobby hotel dan memegangnya beberapa kali, entah apa maksudnya. Mungkin dia pikir sepeda itu terbuat dari sesuatu yang berbeda, karena dipajang di lobby hotel, padahal sepeda itu dipasang di situ, mungkin karena tidak ada tempat sepeda yang aman di hotel.

Hotel Aston Belitung

Hotel Aston Belitung

Ini mirip dengan kejadian parkir di Hotel Aston saat acara gowes belitung. Semua sepeda parkir di kamar masing-masing dan tidur bersama para goweser, karena pihak hotel tidak menjamin keamanan sepeda yang tidak dikunci.

Setelah mas Bagus dan Kang Tri Lakone datang, maka rombongan bergerak menuju Stadion Maguwoharjo untuk regrouping dengan rombongan yang berangkat dari hotel Hyatt. Acara pertama tidak lain dan tidak bukan adalah makan arem-arem yang sudah menjadi trade mark Bu Yeni, sejak gowes Bali beberapa bulan yang lalu.

Ada atau tidak ada bu Yeni, maka setiap gowes dengan komunitas S3Gama Jogja, harus ada snack berujud arem-arem. Bahkan di Belitung yang jauh dari Jogja, para goweser yang pernah merasakan arem-arem bu Yeni meminta ada snack itu dalam rangkaian acara gowesnya.

Kang Tri Lakone dan Eshape di Warung Ijo

Kang Tri Lakone dan Eshape di Warung Ijo

Usai menyantap arem-arem perjalanan dilanjutkan ke Warung Ijo Pakem. Inilah warung persinggahan para goweser bila memilih rute ke arah Kaliurang atau sekitar Kaliurang. Di warung ijo ini para goweser dari berbagai komunitas yang saling tidak mengenal akhirnya berkenalan dan bersahabat karena sama-sama menyantap berbagai jenis makanan kecil dan minuman di warung ini.

Mas Bagus Gowes menawarkan Kopyor Kelapa Muda, yang isinya santan + parutan kelapa muda + roti tawar yang dihidangkan hangat, sebagai makanan khas para goweser yang mampir di warung ijo. Aku menyantapnya dengan menuangkan seluruh isi bungkusan Kopyor Kelapa Muda dalam sebuah gelas besar dan menikmatinya sambil melepaskan penat di kaki.

Rasanya memang luar biasa segarnya. Kita serombongan orang, makan sekenyangnya dan minum sepuasnya tidak sampai habis 300 ribu. Aku benar-benar kerasan di warung ijo, tapi peserta lain sudah meluncur ke Kaliurang, sehingga aku harus menyelesaikan makanan kecil yang kupilih dan menyusul ke Kaliurang.

Perjalanan yang tinggal beberapa kilo meter ini ternyata memang sangat berat, apalagi kalau kita memakai sepeda balap (RB). Ergonomi sepeda balap yang harus membungkuk dan kekuatan kaki yang belum memadai membuat perjalanan ini terasa benar-benar berat, tapi disitulah asyiknya gowes kali ini. Berbeda dengan model gowes Belitung yang naik turun, maka gowes kali ini adanya cuma jalan naik saja.

Mosso sampai juga ke Warung Ijo

Mosso sampai juga ke Warung Ijo

Kalau di Belitung dengan jarak sekali jalan sekitar 87 km kita bisa sambil bercanda ria, maka kali ini kita hanya bisa bercanda saat capek sudah hilang. Yang bikin kecut adalah ternyata ada pesepeda cewek yang ikut dalam rombongan ini dan dengan gayanya beberapa kali menyalip rombongan.

Aku sendiri akhirnya bisa menyalip cewek itu ketika pulang dari Kaliurang, alias saat jalan menurun. Dengan kecepatan sekitar 30-40 km aku berhasil menyalip pembalap cewek itu, karena sang pembalap cewek memang memberi kesempatan menyalip dengan berhenti di persimpangan jalan. Sementara itu ternyata ada pak Herwi, raja tanjakan Waskita, yang dendam karena disalip pembalap cewek dan membalasnya ketika dia pulang dari Kaliurang.

Dengan kecepatan sekitar 60 km, pak Herwi membuat aku tidak berani mendampinginya lagi. Padahal dimanapun kita gowes bersama, aku selalu mendampingi pak Herwi. Terus terang aku menyerah kalau harus mendampingi pak Herwi turun dari Kaliurang dengan sepeda balap pada kecepatan 60 km per jam.

Mungkin karena memakai sepeda gunung (MTB), maka pak Herwi berani mengandalkan rem cakramnya, sementara itu aku yang memakai sepeda balap yang tidak memakai rem cakram harus bersabar untuk tidak menyusul pak Herwi. Risikonya terlalu besar bagiku.

Di Tlogo Putri kita akhirnya menyantap berbagai makanan khas kaliurang. Mulai dari jadah tempe, sate kelinci, salak pondoh maupun wajik manis. Kelompok ini terbagi menjadi dua karena ternyata satu restoran di ujung parkir Tlogo Putri tidak sanggup menampung orang yang ikut dalam rombongan goweser ini. Maklum selain para goweser, ada juga driver mobil pick-up, mobil minibus, atau beberapa pengemudi sepeda motor yang ikut mengawal rombongan ini.

Hari inipun berlalu dengan penuh keriangan hati. Semoga peserta goweser yang lain juga merasakan perasaan yang sama. Sampai ketemu di lain acara, yang penting selalu semangat dalam menempuh rute yang ditetapkan panitia. Kalau sanggup ya digowes terus, kalau terasa berat ya berhenti dahulu. Tidak semua anggota kita adalah atlit, sehingga yang merasa bukan atlit sebaiknya tidak usah terlalu memaksakan diri melahap semua rute.

Sebagian peserta yang sampai FINISH

Sebagian peserta yang sampai FINISH

 

 

 

12 komentar

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.