Akhirnya Aku merokok

“Akhirnya aku merokok mas”, kataku pada beberapa orang yang duduk berkeliling di depan api unggun.
“Kok semudah itu langsung memutuskan merokok mas?”
Ini memang cerita ketika aku masih remaja dulu. Gara-gara aku naksir pada seorang cewek yang sangat terpesona melihat laki-laki yang merokok, maka akupun akhirnya memutuskan untuk menjadi perokok.
Rasanya tidak enak pada rokok yang pertama, begitu juga pada rokok selanjutnya yang kubakar, tetapi aku tetap saja merokok. Tidak banyak rokok yang kubakar tiap hari, hanya setiap bertemu dengan teman-teman perokok aku baru merokok. Setelah tidak ada dalam komunitas mereka, maka aku kembali tidak merokok.
Aku hanya ingin dikenal sebagai seorang perokok di kalangan teman-temanku. Aku hanya berharap berita aku merokok ini sampai ke cewek yang kutaksir. Nampaknya berita aku merokok ini bukan sesuatu berita yang perlu disampaikan pada orang lain, sehingga cewek yang kutaksir tetap tidak tahu bahwa aku sudah merokok.
Saat main ke rumah sang cewek, aku juga malah tidak berani merokok. Soalnya aku tahu kalau orang tua cewek yang kutaksir tidak suka melihat laki-laki merokok di rumahnya. Akupun jadi serba salah dan salah tingkah setiap main ke rumahnya. Aku bahkan tidak berani menunjukkan bungkus rokok yang kubawa, karena aku takut ketahuan orang tuanya.
Akupun akhirnya jadi pecandu rokok yang tidak jelas tujuannya. Aku masih belum bisa menikmati nikmatnya merokok, tapi terlanjur tidak bisa berhenti merokok. Rasanya aneh kalau aku berkumpul dengan komunitasku yang perokok semua, tapi aku tidak merokok.
Saat ini aku bersyukur, meski masih menjadi perokok, tetapi aku sudah banyak disadarkan oleh kisah-kisah para perokok yang hidupnya sengsara. Adikku sendiri perokok berat yang sempat berhenti merokok, tetapi akhirnya meninggal karena jantungnya tidak sanggup menerima racun lebih banyak lagi.
Siapapun di dunia ini menyadari bahwa rokok itu sebagian besar isinya adalah zat beracun yang berbahaya bagi kesehatan, tapi banyak kalangan yang tetap merokok untuk menikmati hidup mereka.
“Jangan larang aku merokok atau aku akan mati pelan-pelan”, kata seorang kawanku dulu.
“Kenapa tidak merokok kok malah mati?”
“Iya, aku akan sakit hati karena dilarang merokok, aku akan makan hati dan akhirnya aku bisa mati karena terlalu sedih menjalani hidup”, kata kawanku menyeringai sinis
Terbukti kemudian kawanku itu akhirnya memang berumur panjang karena dia menyetop kegiatan merokoknya. Aku tidak tahu apakah dia secara tiba-tiba berhenti atau perlu proses, yang jelas dia jarang kulihat merokok lagi dan wajahnya terlihat lebih muda dibanding usianya.

Cigarette (sumber gambar : Wikipedia)
Orang tuaku juga pernah berhenti merokok. Tanpa melalui proses yang lama, bapakku langsung berhenti merokok.
“Pak, kok sekarang tidak merokok lagi?”
“Iya. Tidak ada faedahnya”
“Kok bisa mendadak berhenti?”
“Kalau kita punya niat berhenti, ya pasti bisa berhenti”
Rupanya hanya diperlukan niat yang kuat untuk berhenti merokok. Tanpa niat yang kuat, maka usaha berhenti merokok rasanya akan sia-sia saja. Bapakku telah membuktikannya, demikian juga cerita dari teman-temanku yang perokok tidak jauh berbeda isinya. Ada yang berhenti secara tiba-tiba dan ada juga yang perlu proses yang sedikit demi sedikit untuk akhirnya bisa berhenti.
Meski begitu ada juga kawanku yang sudah dipasangi ring ternyata merokoknya malah menjadi-jadi, padahal waktu pertama kali dipasang ring dia tobat betulan.
“Mas Eko, kalau melihat proses pemasangan ring, pasti akan takut dan langsung berhenti merokok”, kata kawanku seusai dipasangi ring. Namun apa yang terjadi beberapa bulan kemudian?
Kulihat kawanku kembali merokok dengan derasnya. Persis asap kereta api. Saat ini dia kembali dipasangi ring tambahan dan aku melihat dia mulai ragu untuk melanjutkan kebiasaan merokoknya. Semoga dia makin ragu-ragu dan akhirnya berhenti merokok.
Aku sendiri sampai sekarang masih menjadi perokok. Sayang memang, masih banyak perokok di lingkunganku, sehingga aku menjadi perokok PASIP ! Dulu aku memang aktip merokok, kemudian berhenti merokok, tapi ternyata aku tidak bisa berhenti merokok dengan sempurna, aku tetap menjadi perokok (pasip).

Purplesmoke (sumber gambar : Wikipedia)
Ping-balik: Zone aerobik | Runner dan Goweser Jogja
Ping-balik: Rani tetangga Pak Dhe | Blogger Goweser Jogja
Ping-balik: Daftar Hotel pilihan di Dekat Masjid Baiturrahman Banda Aceh | Blogger Goweser Jogja
Ping-balik: Gowes dan Rokok | Blogger Goweser Jogja
aq dulu juga perokok ….tp alhamdulillah bisa mandeg-deg pasca umroh ….. do’a ternyata tidak sia2 …
SukaDisukai oleh 1 orang
Luar biasa kekuatan doa ya mas @Zimbah
Makasih sudah sharing pengalaman pribadi
Salam sehati
SukaSuka
Saya dulu perokok berat mas, sehari 3 bungkus. Merokok mulai SMP. Pingin kelihatan jantan saja. Berhenti karena niat. ALhamdulillah saya selalu dapat menghindari diri jadi perokok pasif.
SukaDisukai oleh 1 orang
Salam mas @Bambang Lare Solo
Wah kangen sama tehnya nih mas, sangat ketagihan begitu sudah merasakannya.
Mas Bambang rupanya lebih dulu merokoknya, kalau aku merokok ketika SMA mas, dan sayangnya masih jadi perokok pasip sampai saat ini.
Gimana caranya bisa jauh dari perokok aktip ya mas?
Salam sehati
SukaSuka
saya mas, merokok juga landasannya berawal dari (penolakan) wanita. heuheuheuu… aneh rasanya sok sok-an gentle di depan orang lain. -_- nice share Mas, jadi inget dulu. salam kenal 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Salam mas @Ridwan
Wah cerita kita mirip ya mas. Merokok karena wanita.
Cerita aslinya tidak seperti itu sih, tapi garis besarnya ya memang begitu.
Salam kenal, salam sehati
SukaSuka