Napak tilas Kagama Goes Green menghijaukan Merapi

Lokasi di Lapangan Instiper, Dusun Kalitengah Kidul, Desa Glagaharjo, Kce. Cangkringan, Sleman. Koordinat : 110° 27.329' E ; 7° 35.248' S

Acara Napak tilas Kagama Goes Green menghijaukan Merapi tidak sengaja kulakukan, meskipun keinginan ini sudah lama kupendam. Yang kuinginkan adalah melihat hasil tanaman yang kutanam bersama puluhan (ratusan?) alumni UGM bersama teman-teman yang ikut menanam pohon di lokasi penghijauan Merapi tersebut. Yang terjadi aku malah bersama teman-teman non alumni UGM melakukan napak tilas Kagama Goes Green menghijaukan Merapi.

Akupun akhirnya bercerita pada mereka tentang apa yang pernah dilakukan teman-teman alumni UGM untuk menghijaukan Merapi.

Kuceritakan pada mereka bahwa pada tanggal 9 Desember 2012 kita mengadakan acara naik lereng Merapi ini dalam rangka Dies UGM dengan tajuk acara “Kagama Goes Green”.

Peresmian Hutan Pendidikan Konservasi Koesnadi Hardjasoemantri – HPKKH merupakan puncak acara kegiatan “KAGAMA Goes Green”. Bertempat di lapangan Cangkringan dan Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi, HPKKH diresmikan langsung oleh Menteri Kehutanan H. Zulkifli Hasan, SE., MM didampingi oleh banyak sekali pejabat negara maupun pemuka masyarakat.

Dari lokasi lapangan Cangkringan, tempat pak Menteri kehutanan melakukan penanaman pohon secara simbolis, menuju ke hutan Pendidikan Konservasi Koesnadi Hardjasoemantri, kondisi jalan dan lingkungan tidak banyak berubah, tetapi jalan menuju ke lapangan Cangkringan ini sudah banyak berubah.

Antrian truk di lokasi penambangan pasir Merapi

Antrian truk di lokasi penambangan pasir Merapi di dekat proyek Waskita Karya

Penambangan pasir yang terus dilakukan siang malam, membuat jalan menjadi rusak dan penuh oleh konvoi truk pengangkut material pasir maupun batu. Untuk memacu mobil menjadi tidak leluasa lagi, bahkan untuk menyalip mobil truk saja perlu kesabaran tersendiri. Puluhan Eksavator ada di beberapa titik sepanjang sungai diseputaran Merapi, artinya ratusan truk juga ada di seputaran Merapi.

Untungnya jalur truk ini berbeda dengan jalur para pesepeda yang setiap hari memenuhi lokasi Merapi, utamanya bila hari Sabtu dan Minggu. Para penggemar sepeda jalanan (Road Bike=RB) memilih jalan aspal yang biasa dilalui oleh angkutan umum Jogja Kaliurang, sedangkan para penggemar sepeda gunung (Mountain Bike = MTB) memilih jalur blusukan yang bisa melintas hutan atau sungai.

Goweser Djoko Luknanto dengan MTB (foto : Indul Mataram)

Goweser Djoko Luknanto dengan MTB (foto : Indul Mataram)

Temanku dengan gaya masing-masing mendengarkan ceramahku sambil menikmati sejuknya udara di seputaran lereng Merapi. Aku selalu senang menikmati wajah teman-temanku yang sedang menghirup udara lereng Merapi.

Minggu lalu temanku dari Pekanbaru ikut gowes di Jogja denganku. Kita berdua blusukan di lokasi yang sangat berbeda dibanding suasana gowes yang sering kita temui di Jakarta maupun Pekanbaru.

Rasane mak nyes yo pak Eko, seger banget udarane (Rasanya mak nyes ya pak Eko, segar sekali udaranya)”

Di Jakarta, hanya di seputaran Bandara Halim kita masih bisa mendapatkan udara yang segar, tapi itupun tetap jauh lebih segar udara di lereng Merapi. Di Mushola kecil dekat lokasi penanaman pohon aku mengambil gambar gardu pandang Merapi. Dari lokasi ini masih harus berjalan sekitar 15 menit menuju ke tempat penanaman pohon.

Gardu Pandang Merapi

Gardu Pandang Merapi

Langit cukup cerah seperti saat kita menanam pohon. Bedanya suasana hari ini sepi banget, sementara suasana dua tahun lalu penuh dengan kemeriahan, baik oleh penampilan jathilan, riuh rendahnya alumni bersenda gurau maupun masyarakat sekitar yang haus hiburan.

Masih terbayang betapa riuh rendahnya mereka memadati seputaran lapangan tempat Jathilan dipentaskan. Pertunjukan Jathilan yang biasa ini ternyata sangat menyedot minat masyarakat maupun minat para alumni yang sudah lama meninggalkan kota Jogja.

Masyarakat Cangkringan nonton Jathilan di lereng Merapi

Masyarakat Cangkringan nonton Jathilan di lereng Merapi

Perjalanan Napak tilas ini berakhir ketika aku sampai lapangan Cangkringan. Lokasi ini sekarang sangat lengang. Hanya ada satu warung yang terlihat masih bertahan di pintu masuk lapangan, sementara itu lokasi pertunjukan kesenian model arena dengan tempat duduk dari susunan batu terlihat sudah tidak pernah dipakai lagi.

Disini, di pinggir jurang Kali Gendol, kita pernah narsis bersama dan difoto oleh anakku yang saat itu masih SD. Sebuah foto kenangan yang sebenarnya akan lebih baik kalau puncak Merapinya kelihatan. Namun meski puncak Merapi tidak kelihatan, bagiku ini adalah foto yang akan selalu mengingatkanku pada kegiatan Kagama Goes Green menghijaukan Merapi.

Sebagian alumni UGM narsis di pinggir lapangan Cangkringan

Sebagian alumni UGM narsis di pinggir lapangan Cangkringan

Poto terakhir di atas, diambil di Lapangan Instiper, Dusun Kalitengah Kidul, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Koordinat : 110° 27.329′ E ; 7° 35.248′ S
+++
Foto-foto sebagian diambil dari FB ini

9 komentar

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.