Bersepeda blusukan

Penggemar sepeda MTB (Mountain Bike) pasti kenal dengan istilah Bersepeda Blusukan atau Gowes Blusukan. Medan apapun ditempuh demi memuaskan dahaga mereka terhadap rute jalan yang berbeda dari rute biasanya dan memberikan tantangan baru dalam memilih rute. Harus diawali dengan niat bulat untuk tidak mengeluh apapun selama jalan bisa dilewati.

Gowes di sawah tanpa jalan sepeda
Pagi habis subuh aku langsung mengeluarkan sepeda MTB, memastikan semua lampu berfungsi dengan baik sebelum kakiku mulai mengayuh pedal. Bagaimanapun aku harus yakin bahwa bersepeda di kegelapan pagi memerlukan cahaya petunjuk bagi pengendara sepeda atau sepeda motor yang lain, agar mereka minimal bisa melihat keberadaanku.
Aku memilih lampu depan dan belakang merk “KNOG”, harganya memang sedikit lebih mahal dibanding merk lainnya, misalnya Cat Eye atau sejenisnya. Cahaya yang terang membuatku memilih model lampu merk “KNOG”, disamping awet dan bisa diisi ulang, lampu ini juga membuat pemakainya menjadi percaya diri (PD). Lampu depan kupilih yang memakai batere biasa, tidak bisa diisi ulang dan lampu belakang kupilih yang bisa diisi ulang.

Gowes sepanjang Sungai
Sekitar satu jam di jalan aspal, akupun sampai di depan Stadion Maguwoharjo, stadionnya PSS Sleman. Di situ sudah menunggu dua orang kawanku, mas Joko Sumiyanto dan Rama Condro. Mereka berdua juga sudah siap dengan sepeda masing-masing. Tentu tidak ada jenis RB (Road Bike) di sesi sepeda pagi ini, judul gowes hari ini adalah “Bersepeda blusukan” alias gowes blusukan, jadi diharapkan para goweser tidak memakai sepeda model RB.
Belum puas kita bercengkerama, tepat jam 06:00 sebuah sepeda motor dengan kencang meluncur menuju kita bertiga. Sang pengendara sepeda motor itu terus saja meluncur ke arah kita dan akhirnya menabrak ban sepedaku. Tentu sepedaku berpindah tempat alias bergeser mengalami benturan itu, sedangkan sang pengendara sepeda motor tetap saja melaju dengan sepedanya, meskipun beberapa orang meneriaki agar sepeda motor itu berhenti.

Ruji Sepeda Specialized MTB yang lepas
Kuperhatikan selintas, ternyata kondisi sepedaku tidak terlihat ada perbedaan. Akupun kembali menaiki sepeda itu menuju Stadion Maguwoharjo dan saat itulah baru kurasakan bahwa roda sepedaku bermasalah, setelah tertabrak sepeda motor tadi. Meskipun kelihatannya wujud sepedaku masih normal, tetapi ternyata salah satu ruji sepeda terlepas dan sepedaku kalau dinaiki seperti bergoyang ke kanan dan ke kiri sendiri.
Kita akhirnya tetap bersepeda blusukan, meskipun kondisi sepedaku sudah tidak normal lagi. Inilah pertama kalinya aku ikut blusukan dengan pak Djoko Luknanto yang barusan ikut bergabung bersama dua kawanku yang terdahulu.
Tidak ada tujuan yang dituju, yang penting hindari jalan beraspal dan perbanyak jalan tanah atau jalan tanpa jalan. Kitapun muter-muter ke segala arah yang telah mereka survey sebelumnya. Aku tahu itu karena mereka sering berkata kalau rute yang sedang kita lalui ini adalah rute tanggal sekian, ketika pindah ke jalan lain, mereka kembali berkata bahwa ini rute tanggal sekian.
“Pak Djoko Luknanto ini rute tanggal sekian ya …”
“Pak Joko Sumiyanto, ini kalau ke kiri rute yang tanggal sekian lho..”
Kalimat semacam itu terjadi di beberapa rute, sehingga akhirnya aku tertantang untuk mencoba rute baru. Aku turun ke sungai dan melihat kondisi sungai yang masih perawan. Kulihat ada bekas jalan yang dilalui orang di ke dua sisi sungai, akupun memutuskan untuk melalui jalan itu. Ternyata teman-teman sependapat dengan usulku, bahkan mereka terlihat sangat antusias.

Gowes blusukan di Sungai
Kitapun bersepeda di sepanjang sungai itu dan naik di sisi sungai yang lain. Alhamdulillah, benar yang kami duga. Ada bekas jejak orang di jalan yang kita tuju dan itulah yang ada yaitu sebuah jalan untuk jalan kaki. Tidak ada jalan untuk jalan sepeda, sehingga kitapun berjalan di sawah yang kering tanpa ada jalan sepedanya. Semua sawah adalah jalan kita, karena sawah itu baru saja di panen.

Gowes blusukan di Sungai
Setelah selesai menapak di sawah, maka selanjutnya kita harus menyeberangi parit untuk menuju jalan yang ada jalan sepedanya. Dengan penuh canda tawa akhirnya kita sampai juga di warung Pecel Madiun. Itulah titik finish kita hari ini. Perjalanan ini ternyata memakan waktu 4 (empat) jam, dengan beberapa pemberhentian dan kecepatan yang sangat rendah.
Puas ?
Ya aku puas dengan rute yang dipilih oleh pak Djoko Luknanto atau pak Joko Sumiyanto. Merekapun terlihat senang, tapi kalau bicara soal puas, kayaknya mereka masih belum puas. Pak Djoko Luknanto sudah membuat rute baru yang belum banyak dikenal oleh orang umum. Mengelilingi Gunung Merapi !!!

Gowes keliling Merapi dari pak Djoko Luknanto
Edyan tenan …
Ping-balik: Test Drive HIMO C20 | Walker dan Goweser Jogja
Ping-balik: Tertabrak Sepeda Motor | Blogger Goweser Jogja
Ping-balik: Gowes Jakarta | Es Ha Pe Blogger Jogja