Gowes Beras Kencur

Gowes ke Borobudur kali ini kuberi label “Gowes Beras Kencur”, sebabnya sejak awal gowes kita sudah diberi aroma beras kencur di beberapa pos regrouping. Beda banget dengan suasana survey lokasi yang hanya bertiga dan kebingungan mencari minuman di jalan yang panas tanpa atap dan tanpa tim penopang.
Rute awal sebenarnya sangat sederhana, berangkat lewat Nanggulan, belok kanan ke arah Kalibawang dan sampai di Borobudur. Pulangnya lewat jalan raya Magelang Jogja dan sesampai di jembatan Krasak, belok ke arah Pulowatu Pakem dan kemudian belok lagi ke arah Palagan. Rute yang sederhana dan standard untuk goweser pemula.

Sebagian peserta Gowes Borobudur narsis di Jembatan
Rute menjadi berkembang karena ada request untuk menghindari jalan umum Magelang Jogja dan dilewatkan jalan yang lebih sepi. Bertiga dengan mas Indul dan Zulfan ponakanku, kita telusuri jalan sesuai request. Hasilnya adalah rute yang cukup menantang, terutama saat melalui jalan sepi menuju Jembatan Krasak. Jalanan menanjak sangat panjang dengan perbedaan elevasi yang tidak banyak, tetapi dalam cuaca yang sangat ekstrem panasnya. Beberapa truk pasir yang menyalip rombongan saat kita melewati jalan itu terlihat merayap dengan gigi satu dan suara mesin yang bising pertanda memakai tenaga maksimal. Bila truk dengan BBM bensin memakai tenaga maksimal, maka tiga pesepeda ini memakai BBM nasi teh dengan tenaga maksimal juga.
Zulfan sebagai anak muda perkasa, langsung ngacir di atas Specialized, sementara aku dan mas Indul terseok-seok dalam cuaca yang begitu panas menyengat. Sampai di Jogja, kulaporkan bahwa rute yang kusurvey ini cukup menantang dari sisi cuaca, tapi tidak disarankan untuk goweser pemula. Kalau mas Indul yang pernah keliling Merapi harus memasang gigi sepeda paling ringan, maka goweser pemula yang belum pernah jarak jauh dengan rute seperti ini pasti akan menyerah sebelum sampai finish.

Wakil Pekanbaru melaju kencang di acara Gowes Borobudur
Rute yang disetujui akhirnya memang rute simpel, berangkat dari hotel Sahid Rich jalan Magelang, mengarah ke RR (Ring Road) utara dan berbelok ke kiri menuju simpang empat Godean. Lanjut belok ke kanan ke arah Nanggulan dan belok ke kanan lagi langsung tembus Borobudur.
Rute pulang juga dibuat sederhana, melalui jalan raya Magelang Jogja dan belok ke kiri di Jembatan Krasak menuju Pulowatu dan belok kanan menuju ke arah Tugu Jogja. Regrouping di Jamu Godhog, kuliner khas Jogja di jalan Palagan. Setelah kenyang bersantai ria, tinggal selangkah lagi menuju ke lokasi finish.

Jamu Godhog Palagan
Rute ini dipilih karena beberapa pertimbangan sebagai berikut :
1. Dimulai dari jalan datar sekitar 22 km dan baru mulai variasi naik turun sepanjang 23 km.
2. Bila arah rute dimulai dari Palagan ke utara dan kembali lewat jalan Godean, maka jalan Godean sudah sangat ramai di siang hari, sehingga dipilih jalan yang masih sepi di pagi hari untuk berangkatnya.
3. Tempat pemberhentian di rute balik cukup banyak alternatifnya, mulai dari Bronkos Krasak, Pring Sewu, Gudeg Bu Citro maupun Jamu Godhog Palagan.

Jamu Godhog Palagan
Ternyata pada kenyataannya, rute ini mempunyai kelemahan mendasar. Saat bertemu jalan datar sepanjang 22 km, para peserta sudah mulai unjuk gigi, saling mengayuh sepeda dengan kecepatan maksimal mereka. Akibatnya begitu km 22 terlewati, mereka mulai kehilangan power. Beberapa tanjakan sudah harus dilewati dengan berbaris menuntun sepeda masing-masing.
Beberapa pesepeda yang kusalip, kuberi nasihat ringan saat menanjak dan terpaksa menuntun sepeda mereka.
“Jalan menanjak itu, bila kita tidak sanggup menempuhnya, sebaiknya berhenti dulu sampai nafas dan nutrisi oksigen ke sel-sel kembali normal. Setelah itu naik lagi dan kayuh sepeda dengan santai. Sesungguhnya menuntun sepeda itu lebih berat dari menaiki sepeda dengan santai”
Nasehat ini sebenarnya nasehat temanku ketika melihatku melakukan berbagai upaya untuk mencoba naik tanjakan di Pajangan yang cukup curam dan panjang. Waktu itu aku gagal melewati tanjakan Pajangan karena melihat Forerunner 910xt sudah menunjukkan angka di atas 150 BPM (beat per minutes). Daripada tergeletak dan tidak bangun-bangun aku memilih berhenti dan menuntun sepeda.
Nasehat itu kupraktekkan pada beberapa tanjakan di kemudian hari dan aku sempat menyalip penasehatku dengan nasehatnya. Kupasang gigi paling ringan untuk nanjak, kuatur nafas setenang mungkin dan pelan-pelan naik tanjakan menyalipnya.
Pada pos regrouping ke dua di Pasar Petronalan, akhir tanjakan ke tiga terberat di arah Nanggulan Borobudur, kita dimanjakan dengan banyaknya botol Beras Kencur yang disediakan sejumlah peserta dengan beberapa botol cadangan. Ternyata botol beras kencur ini ludes diperebutkan oleh para peserta.
Di regrouping terakhir jalan Palagan, kita kembali disuguhi Jamu Godhogan, baik dengan es maupun yang tanpa es. Akupun habis beberapa gelas jamu, mulai dari beras kencur, kunir asem sampai campuran beras kencur dan kunir asem. Hari itu adalah hari jamunya para goweser, selain berbagai macam makanan yang dibawa dari luar warung Jamu Godhog.
Inilah yang akhirnya membuatku menulis acara gowes kali ini dengan sebutan “Gowes Beras Kencur”.

46 peserta Gowes Borobudur
salam kenal 🙂
SukaSuka
Salam kenal kembali @Dewitya
Salam sehati
SukaSuka
kereeenn..!! top markotop..
SukaSuka
Terima kasih apresiasinya.
Salam sehati
SukaSuka