Jalan kaki itu olah raga bagus, murah dan sehat

Ketika temanku (yang lebih tua dari aku) diskusi dengan seorang dokter tentang kesehatannya, maka munculah beberapa alternatif olah raga yang cocok untuk kesehatannya. Ada tiga pilihan olah raga yang disarankan oleh dokter buat temanku.
“Jalan kaki itu olah raga bagus, murah dan sehat, begitu juga renang dan bersepeda. Kita tidak bisa berkata bahwa olah raga yang satu lebih bagus dari olah raga yang satunya, yang bisa saya sampaikan adalah olah raga yang paling cocok untuk sebuah kondisi kesehatan”, kata dokter tersebut.
Untuk kondisi kawanku itu, ternyata olah raga yang dilarang adalah olah raga jalan kaki. Meskipun olah raga jalan kaki itu olah raga bagus, murah dan sehat, tetapi tidak cocok dengan kondisi kakinya yang belum dianggap mampu untuk menahan berat badannya saat melakukan jalan kaki.
Pilihan jatuh pada olah raga renang. Jenis olah raga renang memang jenis olah raga yang bagus untuk menggerakkan seluruh bagian tubuh, sehingga pilihan olah raga renang sangat masuk akal. Akan tetapi setelah dipikir-pikir, kawanku ahirnya memilih olah raga bersepeda. Untuk kasus temanku ini, ada beberapa alasan yang dipakainya, antara lain :
1. Di komunitasnya, lebih banyak yang sudah rajin berolah raga non renang.
2. Teman-teman dekatnya lebih banyak yang aktif bersepeda secara rutin setiap minggu.
3. Tidak bisa ngobrol santai sambil berolah raga renang. Setelah renang baru bisa ngobrol santai dengan perenang yang lainnya.
Berdasar itulah, maka diputuskan untuk aktif di kegiatan bersepeda secara rutin dan dengan jarak yang sedang-sedang saja. Pemasangan ring di tubuhnya telah memberi pelajaran, bahwa kesehatan itu adalah sesuatu yang utama dan yang harus dirawat dengan sebaik-baiknya.

Cawang sudah macet sejak pagi
Pagi ini, seusai sholat subuh aku sudah bersiap-siap sepedaan dalam kegiatan #RabuRutin, start dari Cawang dan bersepeda sampai Monas via Casablanca, finish di warung pak No Cawang. Namun begitu sampai di tikum (titik kumpul) gerimis mulai turun dan akhirnya kawanku memutuskan untuk jalan kaki saja di dalam ruangan.

Berteduh nunggu hujan reda
Dari lantai lobby, kita naik ke lantai 11 memakai emergency exit, sekalian inspeksi kondisi tangga darurat tersebut. Sampai di lantai 11, kita cek tangga belakang dan turun sampai ke basement paling bawah. Kegiatan itu kita lakukan sekitar 32 menit dan sudah cukup membuat badan basah oleh keringat.
Tanjakan pertama, kita istirahat di lantai 6 beberapa menit dan kemudian lanjut ke lantai 11. Pada tanjakan yang ke dua, kita ternyata sudah bisa melakukan proses naik tangga tanpa berhenti. Ternyata jalan kaki memang nikmat. Tidak kehujanan, dapat keringat dan selesai olah raga bisa langsung sarapan dengan gegap gempita. Semua makanan di meja tersantap habis oleh temanku yang badannya sebesar ‘buto” (raksasa).
Pagi ini kegiatan Gowes #RabuRutin diganti kegiatan olah raga jalan kaki, naik turun tangga 11 lantai plus 3 lantai basement. Setelah itu bonusnya adalah sarapan berbagai menu yang ada (yang warungnya sudah buka).

Naik turun tangga 11 lantai
“Jalan kaki itu olah raga bagus, murah dan sehat!”, kalimat itu benar adanya dan sudah kubuktikan pagi ini.
Ping-balik: Senyum Ramadhan | Runner dan Goweser Jogja
Ping-balik: 3 nilai positif CORONA | Runner dan Goweser Jogja
Ping-balik: Diskusi Subuh | Blogger Goweser Jogja
Ping-balik: Konsistensi olah raga | Blogger Goweser Jogja
Ping-balik: Bersepeda atau Jalan Kaki | Blogger Goweser Jogja
Ping-balik: Saatnya jalan kaki | Blogger Goweser Jogja
Ping-balik: Jalan sehat | Blogger Goweser Jogja
Ping-balik: Beda bersepeda dan jalan kaki | Blogger Goweser Jogja
mantap….
SukaDisukai oleh 1 orang
makasih
SukaSuka
pak eko, itu jalan kakinya harus begitu ya..? hehehee… pak novi kakinya panjang sih yaa… hahahaaa.. good.. sy setuju bgt, jalan kaki adalah olah raga terbaik, termurah dan sehat..!
SukaSuka
pak Novi panggilannya BUTO alias Raksasa 🙂
Jadi begitulah langkah kakinya….
SukaSuka
kenapa pakai yang mahal untuk sehat kalau yang gratis lebih efektif 😀
SukaSuka
hahahaha….
cocok 🙂
SukaSuka
Iya. OR itu yg penting niat, bukan sarana ya Mas…
SukaSuka
Yang penting sepedaannya bukan sepedanya 🙂
SukaSuka