Kenikmatan Gowes dengan becak

Kenikmatan Gowes dengan becak

Di kota Jogja, aku pernah ditabrak becak, padahal saat itu aku naik mobil yang baru saja kubeli. Rasanya kaget ketika aku sedang berhenti di lampu merah dalam keadaan hujan lebat dan tiba-tiba terdengar suara benda keras membentur mobilku. Dugaanku mobilku penyok, tapi aku tidak mungkin turun dari mobil dan melihat bekas tubrukan dalam kondisi hujan lebat. Akupun tidak mungkin memarahi tukang becak yang menabrakku, toh apapun yang kulakukan tidak mengubah kondisi penyok mobilku.

Peristiwa itu sudah sangat lama terjadi dan hari ini aku berdiskusi panjang lebar tentang becak di kilo meter NOL, tempat banyak wisatawan berkunjung di Jogja. Topiknya adalah BENTOR alias Becak Motor. Sebuah kendaraan model BBM bensin yang mengusik penarik becak tradisional.

Becaker KM Nol Jogja

Becaker KM Nol Jogja

“Dalam sehari, sebuah bentor bisa membawa beberapa penumpang ke beberapa tujuan di Jogja, sementara itu penarik becak tradisional perlu enerji ekstra untuk bersaing mendapatkan separuh dari pendapatan bentor”

“Sebenarnya tertarik juga membeli bentor, tapi jangan-jangan begitu membeli bentor, keputusan pemerintah tentang bentor menjadi tegas. Bentor dilarang beroperasi di Jogja ! Kan jadi bingung mengembalikan hutang untuk membeli bentor”

Banyak sekali uneg-uneg dari seorang pengemudi becak yang disampaikan ke padaku. Namun disamping uneg-uneg, ada juga beberapa pemikiran darinya untuk membuat Jogja menjadi lebih berhati nyaman, lebih ramah lingkungan dan lebih dijauhkan dari dunia miras.

“Kalau tidak ada miras di Jogja, maka mungkin tidak akan terjadi preman bercangkul beberapa waktu lalu. Orang yang tidak tahu apa-apa tersabet cangkul karena adanya peminum miras yang emosi dengan kondisi lingkungan”

“Mari kita contoh para goweser yang rajin membersihkan lokasi KM Nol ini dari sampah-sampah yang berserakan. Mereka tidak perlu pujian, tapi itu membuat pembuang sampah jadi malu hati dan ikut membuat suasana Jogja menjadi lebih ramah terhadap siapapun”

Onthelis Jogja tak kenal usia

Onthelis Jogja tak kenal usia

Goweser Jogja memang salah satu yang menarik dari kota Jogja. Itulah yang membuat Jogja tetap menjadi bermakna ketika para goweser, dengan berbagai jenis sepedanya, melaju santai di ruas-ruas jalan Jogja. Sego segawe yang begitu terkenal di jaman walikota lama, tetap menyisakan kenangan lama yang tidak mudah terhapus.

JLFR (Joga Last Friday Ride) yang isinya didominasi oleh anak muda, tetap menjadi sebuah acara yang menarik bagi masyarakat pendatang maupun bagi para goweser ABG. Beberapa goweser senior terlihat ikut aktip menertibkan para goweser yang sebagian besar masih berdarah muda. Tidak mudah memang menertibkan ABG yang sedang senang-senangnya bersepeda. Patut diacungin jempol buat para senior gowes yang tetap setia mengawal acara JLFR, meskipun ada juga dari beberapa goweser senior yang memutuskan untuk tidak mengikuti lagi acara gowes JLFR, dengan alasan masing-masing.

Tertib berlalu lintas meski tidak ada polisi

Tertib berlalu lintas meski tidak ada polisi

Jogja memang sorganya para Goweser, apapun jenis sepeda mereka. Bagi penggemar sepeda gunung, baik yang ekstreem maupun yang biasa-biasa saja, sangat menikmati beberapa rute yang sesuai dengan kondisi sepeda mereka. Begitu juga para pesepeda yang lebih memilih sepeda jalan aspal, mereka tetap mempunyai rute yang jarak tempuhnya bisa puluhan sampai lebih dari seratus kilo meter untuk menuntaskan kehausan mereka mengayuh sepeda.

“Mas Eko pingin memilih rute yang bagaimana? Saya siap mengawani. Mau yang aspal tapi nanjak pol-polan, tinggal ambil arah Goa Kiskendo Kulon Progo atau Tanjakan Cinomati Gunung Kidul. Mau blusukan ? Nanti saya kawani ke rumah mbah Marijan sampai ke lokasi yang sepeda harus ditenteng untuk melewatinya. Saya siap mengawani mas”

“Mas Eko, kalau sudah bosan rute yang sudah dijalani, bisa juga mencoba model sepeda yang lain, agar bisa merasakan rute yang penuh variasi”

“Coba saja dengan rute yang sama, tapi dengan mengayuh becak bukan dengan memakai sepeda biasa, pasti sensasinya akan berbeda”

“Mas Eko bisa merasakan Kenikmatan Gowes dengan becak. Coba saja dari tugu kembali ke tugu lagi sampai 10x, lewat Stadion Kridosono, pasti tanjakan manapun akan enteng dijalani, dengan sepeda yang biasanya dinaiki”

Pagi ini akupun tersenyum lebar ketika merasakan Kenikmatan Gowes dengan becak. Ternyata berat sekali kayuhannya 🙂

Kenikmatan Gowes dengan becak

Kenikmatan Gowes dengan becak

Salam semangat untuk goweser, dimanapun anda berada dan apapun model sepeda anda. Salam sehati !:-)

10 komentar

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.