Bubur Kwang Tung

Patung Ombak di Museum

Kalau di Jogja dikenal namanya sarapan bubur Bibis, murah dan selalu meriah, apalagi ketika banyak event gowes yang melibatkan lokasi Bibis, maka di Jakarta aku agak kesulitan mencari lokasi untuk sarapan pagi. Sementara orang berkata bahwa sarapan di seputaran Senayan jaraknya terlalu dekat, sedangkan sarapan di KM Nol Sentul perlu usaha yang lebih keras, maka ketika ada ajakan untuk sarapan gowes di Bubur Kwang Tung, maka ajakan itu langsung kusambut antusias.

Bertujuh kitapun menuju ke rute langganan, berangkat dari Cawang lanjut Fly Over baru Kuningan – Semanggi – Bunderan HI – Monas (museum gajah) – Pecenongan (bubur halal Kwang Tung) – Tugu Tani – Taman Suropati – Kuningan – Cawang finish.

Endomondo Bubur Kwangtung

Endomondo Bubur Kwangtung

Perjalanan sejauh 34.54 km ini ternyata memakan waktu 110 menit 18 detik atau rata-rata dengan kecepatan 18,79 km/jam. Untuk rute gowes di Jakarta kecepatan ini tidak bisa ditingkatkan lagi, karena macetnya jalan dan tujuan hari ini memang “full foto” plus kuliner.

Saat menanjak, baru aku bisa menggenjot sepeda dengan full power, tetapi kulihat prestasi kawan-kawan gowes Jakarta jauh di atasku. Jadi gowes Jakarta bagiku adalah gowes super santai. Kalau kata Marteen Nijland, ini adalah acara “fun bike”, jadi lebih banyak unsur “happy”-nya daripada unsur olah raganya.

 

Rasuna Said arah Mampang

Rasuna Said arah Mampang

Sampai di Pecenongan langsung menuju lokasi bubur “halal” Kwang Tung. Rasanya mirip dengan bubur Laota Bali, bedanya disini ada tulisan halal sedangkan di Bali waktu aku kesana tidak ada tulisan “halal” (entah kalau sekarang sudah ada tulisan “halal”). Jadi kulihat banyak keluarga muslim yang datang menikmati sarapan bubur Kwang Tung dengan lahap disertai dengan keceriaan semangat pagi.

Bubur Kwang Tung

Bubur Kwang Tung

Acara pagi ini memang kuliner dan foto narsis di beberapa tempat yang sering kita lewati, tapi selalu dalam kecepatan tinggi karena tuntutan Strava. Dengan kecepatan yang santai, maka beberapa tempat jadi sempat kita singgahi. Pak Didit DOP sebagai “tour leader” memang piawai memilih rute blusukan yang penuh dengan pohon rindang dan jalan yang sepi.

Jalan di depan Museum Gajah yang biasanya kita lalui dengan sepeda yang full power, hari ini malah kita masuki dan narsis bersama patung ombaknya. Inilah karya seniman patung Indonesia yang dinikmati oleh wisatawan yang berkunjung di seputaran Monas, tapi belum pernah kita nikmati sendiri.

Patung Ombak di Museum

Patung Ombak di Museum

Untuk kali ini sepeda yang kita pakai sangat beragam. Mulai dari Road Bike (RB) berkelas carbon, Bike Fiday sampai sepeda lipat Brompton yang baru digandrungi para eksekutif muda, karena sangat praktis model melipatnya dan cukup berkelas. Sepeda ini saat ini komunitasnya makin berkembang karena banyaknya promosi gratis dari para “public figure” yang sangat ramai akhir-akhir ini.

Aku sendiri sebagai pecinta sepeda Indonesia tetap setia dengan Polygon Heist 5, sebuah sepeda yang sudah banyak menemani kegiatan gowesku, “I’m Hester !” begitu kata orang yang gemar pakai sepeda Polygon Heist. Bagiku sepeda boleh beda, tapi tujuan gowes tetap sama, yaitu untuk kesenangan dan (menjaga) kesehatan.

Salam gowes !:-)

I am Heister

I am Heister

 

5 komentar

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.