Gowes Lombok

Minggu ini aku kelarisan survey rute sepedaan. Setelah aku survey Cirebon Brebes, aku sudah harus bersiap-siap rute Gowes Lombok. Sebuah rencana yang tahun lalu kita canangkan tetapi baru tahun ini kemungkinan akan terwujud. Beberapa teman yang sudah mempunyai jersey untuk acara sepedaan di pulau Lombok tentu menyambut gembira berita kepergianku survey rute ke Lombok.
Pada awal survey aku merencanakan untuk bersepeda dari Hotel Novotel menuju Gili Trawangan pulang pergi. Ternyata teman yang akan menemaniku survey bukan Goweser murni, sehingga diputuskan untuk survey memakai kendaraan bermotor saja, persis seperti ketika aku survey Jogja-Imogiri-Panggang-Paris-Jogja, malam survey dan paginya Gowes 🙂
Setelah mengunjungi beberapa hotel yang nyaman untuk tempat start, akhirnya dipilih hotel D’Praya. Lokasinya dekat bandara, tempatnya representatif, ada kolam renang dan ada tempat khusus untuk menyimpan sepeda. Untuk menuju ke Gili Trawangan, aku memilih berangkatnya via pantai Senggigi dan pulangnya via hutan monyet Pusuk, maksudku biar berangkat melalui wisata pantai dan pulangnya melalui wisata gunung yang adem.
Untuk menghasilkan rute yang di atas 100 km, maka aku mencoba finish di Hotel Lombok Plaza, pas 109.9 km, sehingga para pengguna strava akan mencapai Granfondo GF 100. Sebagai post untuk regrouping pertama, minimal supaya mengetahui kemampuan para goweser, tim survey memilih patung sapi km 18:00 sebagai tempat berkumpul, saling selfie dan saling bergurau sebelum fokus bersepeda di jalur tanjakan dan turunan.
Rute selanjutnya kita pastikan taman Sangkareang Mataram sebagai tempat untuk menyantap makanan ringan. Bagi peserta rute Herbalife tahun lalu tentu masih belum keluar keringat, karena post gowes hanya sekali, yaitu di KM 63, jadi untuk jarak kurang dari 40 km dan jalan full datar tentu masih gatel untuk menggowes lagi, tapi peserta pemula yang modal semangat saja tentu sudah butuh pelepas dahaga.
Rute selanjutya langsung tancap gas ke Nipah menuju ke pulau Gili Trawangan. Pada daerah Nipah, para goweser akan ditantang dengan beberapa tanjakan yang cukup menggoyahkan bagi pemula dan juga akan menjumpai turunan yang harus fokus dalam mengayuh sepedanya. Banyak kejadian kecelakaan sepeda terjadi di jalan menurun, jadi pada daerah ini harus banyak berhenti untuk menghela nafas sambil berwisata pantai, berselfie ria.
Untuk menuju Gili Trawangan ada dua tempat yang terkenal, satu untuk kapal sewa dan satu lainnya untuk umum. Bagi goweser yang “selaw” naik kapal umum tentu lebih menantang, tapi bagi komunitas yang ingin agar grupnya tetap terjaga, disarankan memilih kapal sewa yang lebih privat. Konsekuensinya biaya jadi mahal untuk mengejar kenyamanan dan keamanan yang lebih.
Kembali menuju Mataram dipilih rute yang sejuk yaitu melalui wisata hutan monyet yang sepanjang jalan penuh naungan pohon rindang. Sangat berbeda dengan gowes Belitung yang panasnya luar biasa dan tanpa pohon peneduh. Di Lombok hambatannya adalah jalan yang terus naik dan terus turun, sehingga akan cukup melelahkan bagi yang terbiasa gowes naik turun. Meski landai, tapi jalan yang ditempuh cukup panjang dan begitu juga rute menurunnya, harus rajin mengerem.
Selesai survey aku laporkan hasilnya pada panitia Gowes Lombok dan ternyata aku keliru menterjemahkan perintah panitia. Cukup “one way” menuju Gili Trawangan, jadi tidak ada acara gowes via bukit monyet, yang ada hanya gowes wisata pantai Lombok saja. Wow tentu peserta gowes akan tersenyum ceria dengan rute yang tidak sampai 100 km, hanya sekitar 70 km dari hotel D’Praya sampai Gili Trawangan. Kalau tempat start dipindah ke bunderan patur Sapi, maka rute akan menjadi lebih pendek, terpotong 18 km, jadi totalnya anya sekitar 50 km lebih sedikit.
Gowes Lombok akan menjadi Gowes Wisata Lombok, tidak ada yang kebut-kebutan dan akan banyak perhentian di tanjakan. Panitia sudah memerintahkan agar logistik tersedia di titik-titik tanjakan atau daerah yang kemungkinan menjadi tempat “mengambil nafas”. Benar-benar gowes wisata, goweser WSKT harus meredam emosinya kalau ada goweser yang lebih lambat dari yang biasa dilihatnya 🙂
Ping-balik: Gowes Solo | Blogger Goweser Jogja
Ping-balik: Blogger Goweser | Blogger Goweser Jogja
100 km? saya belum pernah gowes sejauh itu…
SukaDisukai oleh 1 orang
Kelompok yang mau ikut memang dari berbagai klas goweser masbro, ada yang pakar dan ada pemula.
Yang disepakati akhirnya cukup 70 km saja.
Pokoknya semua senang, Gowes Wisata Lombok 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
haduh, bikin ngiler… kapan ya aku bisa gowes di lombok?
SukaDisukai oleh 1 orang
Semoga alam semesta mendukung mas 🙂
MestaKung !
Salam gowes …
SukaSuka