Bersepeda di Malioboro

Tertib berlalu lintas meski tidak ada polisi

Bagi warga Jogja maupun warga pendatang yang lewat Malioboro pasti terkesan kalau melihat wajah jalan itu kalau sedang ada kegiatan Car Free Day (CFD), sepeda berlalu-lalang tanpa hambatan sepanjang jalur lurus Tugu menuju Km Nol. Inilah saatnya bersepeda di Malioboro dengan nyaman. Bagi para goweser klas “banter” yang melintasi jalan Malioboro, kenikmatan itu pasti tidak bisa mereka rasakan di saat CFD, laju sepeda tidak bisa maksimal dan harus ekstra pelan kalau nekad menerobos Malioboro di saat CFD.

Para penggemar Strava akan melihat rekor pesepeda yang melewati Malioboro dilakukan pada hari biasa bukan pada hari Minggu, karena hampir tidak mungkin untuk memacu sepedanya pada kecepatan tinggi. Bagi mereka yang suka dengan sepeda kota (City Bike), justru hari Minggu akan menjadi kenikmatan bagi mereka untuk bercanda ria menelusuri warung lesehan di Malioboro. Warung pecel di depan Malioboro Mall selalu penuh sesak setiap pagi hari demikian juga di depan Pasar Beringharjo.

“Murah dan enak !”

Itu selalu menjadi komentar sebagian besar penikmat kuliner lesehan di Malioboro. Kalau kesan mereka terhadap lesehan di malam hari Malioboro, tidak semua setuju dengan komentar “murah dan enak”, karena ada juga beberapa warung lesehan yang tiba-tiba memasang harga yang dianggap tidak murah. Warung nakal seperti inilah yang dicari oleh polisi bersepeda di Malioboro. Polisi bersepeda ini dibantu oleh para anggota komunitas di Malioboro baik tukang parkir, pedagang kaki lima maupun komunitas lainnya, mereka juga memantau harga yang dibuat oleh pedagang di sepanjang Jalan Malioboro. Memang polisi bersepeda tidak setiap saat ada di Malioboro, hanya pada event tertentu saja polisi bersepeda turun ke Malioboro.

Seribu Sepeda Gowes di Dies UGM (Mangkubumi)

Seribu Sepeda Gowes di Dies UGM (Mangkubumi)

Kegiatan “Jumat Last Friday Ride (JLFR)” juga merupakan kegiatan yang menampung aspirasi kaum muda Jogja atau kaum pendatang yang tertarik dengan kegiatan ini. Mulai dari anak-anak ABG sampai mantan ABG, tumpah ruah memenuhi jalan-jalan di Jogja. Mungkin mereka masih terkenang dengan fenomena “Sego Segawe” yang begitu dicintai oleh warga Jogja.

Setelah “Sego Segawe” tidak lagi terlihat semangatnya yang menggetarkan semangat Jogja Kota Sepeda, terlihat sekarang fenomena yang lain. Komunitas sepeda di Jogja yang tetap eksis dengan komunitas masing-masing makin eksis dengan ciri masing-masing. Yang hobi sepeda cepat makin bersemangat dengan komunitasnya, memacu sepedanya di jalur Pantai Selatan, mulai dari Bantul menuju Wates pulang pergi. Kalau kita naik sepeda motor dengan kecepatan 30 km/jam pasti akan merasakan betapa cepatnya kayuhan komunitas ini melewati sepeda motor kita.

Di komunitas lainnya, makin asyik menikmati rute-rute ekstrem di seputaran lereng Merapi. Banyak sekali jalur yang ada di lereng Merapi dan makin sulit lereng didaki semakin tertantang adrenalin mereka. Beberapa pejabat yang ikut kegiatan sepeda gunung ini membuat komunitas penjelajah lereng Merapi makin eksis. Bagi mereka terjatuh saat bersepeda sudah tidak menakutkan lagi, sudah menjadi suatu hal yang biasa mereka lihat saat bersepeda.

Pesepeda tanpa batas umur

Pesepeda tanpa batas umur

Penggemar sepeda kota tentu tidak bisa mengikuti rute penggemar sepeda cepat atau sepeda gunung, akan riskan akibatnya kalau mencoba rute mereka. Pesepeda kota lebih memilih jalur Malioboro dan sekitarnya sebagai tujuan bersepeda atau mengisi waktu luangnya dengan bersepeda kuliner. Mereka bukan lagi bersepeda mencari rute yang nyaman, tetapi sudah berganti mencari kuliner yang “murah dan enak”.

Kemanapun rutenya asal tujuannya kuliner “murah dan enak”, maka sepeda akan terarah kesana. Syaratnya hanya satu, bersepedanya hanya seputaran Malioboro atau maksimal di dalam kota Jogja, intinya jarak sepedaanya tidak terlalu jauh. Mereka malah ada yang pernah bermimpi,”alangkah indahnya kalau yang lewat Malioboro hanya kendaraan tak bermotor saja”

Tentu itu hanya sebuah impian, rasanya bersepeda di Malioboro sudah cukup kalau bisa dilakukan dengan nyaman dan nyaman.

Sepedaan yuk

Sepedaan yuk

 

5 komentar

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.