Runner dan Goweser kota

Minggu pagi ini aku memilih rute yang melewati RM Pulau Dua, tempat akan diadakannya reuni terbatas SMPP X angkatan lulus tahun 29176/1977 dan dilanjutkan rute rutin melalui rute baru. Inilah rute “Gowes Pulau Dua” yang ternyata jadi rute blusukan karena salah jalan. Muter-muter asal genjot saja dan melewati beberapa pasar tradisional yang aromanya khas banget.

Jadi inget awal bulan depan akan ada Gowes Jakarta rute blusukan dari Museum ke Museum “Rally M2M” 1 Mei 2016, tapi hari ini nyoba rute “Market to Market” bukan Museum ke Museum. Ketika sampai di SCBD aku mampir di Seven Eleven dan bertemu kelompok panitia “Rally M2M” yang sedang akan menjajal rutenya.

“WSKT bakal dapat bocoran rute nih”, kataku guyon.

“Rute memang bisa bocor, tapi kan yang penting pertanyaan yang ada dalam rute tetap tidak bocor”, jawab seorang panitia.

Memang pelaksanaan “Rally M2M” ini akan ada pertanyaan yang harus dijawab dan harus benar jawabannya. Yang tidak menjawab otomatis akan gugur dan tidak mendapat kesempatan untuk menjadi juara. Sebuah acara gowes yang santai dan tidak mengejar tim yang paling cepat. Kecepatan diperkirakan hanya antara 15-20 km/jam bahkan mungkin kurang.

Aku sempatkan untuk berfoto narsis di depan resto Pulau Dua sambil “sharing location” dengan Whatsapp (WA) agar semua peserta reuni tahu dengan pasti lokasi yang dituju. Pada saat pelaksanaan reuni, baru aku tahu bahwa beberapa peserta tidak tahu caranya “sharing location” di perangkatnya. Memang ada bedanya antara WA under Android dan iOS, tapi keduanya sama mudahnya. Hanya perlu dua langkah untuk melakukannya.

Dalam catatan bersepeda dengan endomondo pagi ini, aku mencapai kecepatan maksimal 75.3 km/jam, sebuah angka yang fantastis bagiku. Bisa jadi karena sinyal GPS yang terganggu atau bisa jadi memang aku ngebut ketika bertemu jalan menurun. Yang jelas, aku merasa tidak akan mencapai kecepatan setinggi itu, biarpun jalan menurun.

Memang dalam bersepeda, saat menanjak dan saat menurun terasa lebih enak jalan menurun, tetapi kemungkinan mengalami kecelakaan saat jalan menurun jauh lebih banyak dibanding saat jalan menanjak. Kedua model jalan ini, menanjak maupun menurun, sama-sama bisa berakibat fatal. Bagi yang melahap jalan tanjakan dengan penuh emosi, tanpa memperhatikan batasan “heart rate (HR)”, bisa saja berhenti sebelum menanjak dan jantungnya langsung ikut berhenti.

Begitu juga saat bertemu jalan menurun, kenikmatan gowes tanpa dikayuh saat menuruni jalan bisa berakibat fatal. Banyak kejadian telah memberi pelajaran pada kita saat menurun, ada sepeda yang tidak terkendali dan akhirnya masuk bahu jalan dengan pengendaranya yang mengalami kecelakaan fatal. Beberapa kejadian jatuh saat jalan menurun ada yang sampai patah tulang bahkan bagi yang tidak memakai kelengkapan K3 dalam bersepeda bisa sampai meninggal.

Hari inipun kulalui dengan penuh ceria. Mulai dari narsis di Pulau Dua, gowes blusukan “Market to Market”, bertemu panitia “Rally M2M” di SCBD dan akhirnya sukses melakukan reuni bersama teman-teman SMPP X Jogja bagian Jakarta. Acara “Gowes Pulau Dua’ makin lengkap rasanya ketika bertemu teman lama, yang berpisah sejak tahun 1977 sampai dengan 2016, tepatnya 39 tahun tidak bertemu !

Lebih terasa lagi kegembiraan acara ini karena ternyata lulusan SMPP X atau Delayota dikomandoi oleh ketua baru angkatan 84, Kombes Polisi Sutrisno yang juga ketua Kagama cabang Jakarta. Klop dah !:-)

 

Pada jamanku, SMPP X tidak ngetop seperti saat ini yang merupakan SMA favorit di Jogja, jadi waktu itu aku yang paling pintar di sekolah ini tidak sebangga kalau jadi juara di SMA 1 atau SMA 3. Saat ini tentunya boleh berbangga kalau jadi siswa berprestasi di SMA 8 Jogja.