Runner dan Goweser kota

Pagi ini hujan sejak sebelum sahur. Makan jadi terasa lebih nikmat, tapi acara olah raga pagi, mau sepedaan atau mau jalan kaki jadi terkendala, akhirnya kuputuskan duduk saja di depan komputer. Beginilah enaknya jadi blogger goweser, seperti mas Bagus Gowes yang selalu eksis di dunia blogger maupun dunia goweser. Aku pernah memberi rekomendasi pada seorang panitia gowes ketika disuruh meliput acara goweser nasional, kusodorkan nama mas Bagus sebagai alternatif goweser yang bisa menulis.

Menulis memang perlu ketertarikan tertentu agar semangat menulis tidak kendor meskipun semangat gowes kadang naik kadang turun. Tulisanku tentang pertama kali aku gowes jauh, masih terasa baru kemarin kutulis dan aku jadi tertawa sendiri ketika membacanya. Itulah tulisan tentang gowes Belitung, jarak yang sebenarnya tidak jauh tapi sangat menguras staminaku. Jalan yang mulus tidak menolongku melahap etape Belitung dengan mudah. Panas cuaca benar-benar jadi momok waktu itu disamping ukuran sepeda Road Bike (RB) yang kebesaran.

Kalau kubandingkan dengan acara Gowes Lombok, maka gowes Belitung terasa tidak ada apa-apanya, tidak ada tanjakan yang menantang, semuanya relatif datar dan sama-sama mulus. Beda lagi kalau aku ikut Gowes Ceria, isi acaranya lebih banyak masalah kuliner. Kecepatan gowes dibawah 15 km/jam dan jarak tempuh sekitar 30 km, kecepatan akan turun drastis kalau rute Gowes ceria melewati CFD (Car free day) bisa lebih lambat dari jalan kaki. Pesertapun beragam model dandanannya maupun gaya bersepedanya.

“Ternyata berat ya rute ini, terutama di pantat dan di tangan. Olah raga kaki, tapi yang bermasalah justru pantat dan tangan”, kata salah satu peserta padaku.

Bagi peserta pemula, memang yang bermasalah adalah di daerah pantat atau selangkangan. Demikian juga bila ketemu jalan tidak mulus, maka justru tangan yang bermasalah. Untuk masalah ini aku biasanya menyarankan goweser untuk memakai celana sepeda dan memakai sarung tangan.

Enaknya blogger goweser adalah ketika dalam komunitas gowes dicari seorang goweser yang bisa menulis blog atau di komunitas blogger dicari seorang blogger yang suka naik sepeda. Rasanya jadi istimewa banget suasananya, syaratnya memang tulisan harus tidak jelek dan sanggup bersepeda berpuluh kilo meter. Suatu syarat yang gampang, tapi kalau dipadukan, maka tidak banyak blogger atau goweser yang bisa memenuhinya.

Di komunitas sepeda Jogja memang banyak yang memnuhi syarat, tapi di komunitas sepeda Jakarta, ternyata tidak banyak yang menekuni dua kegiatan ini bersama-sama. Hanya menjadi blogger atau hanya menjadi goweser handal.

Aku juga menulis blog yang berisi info seputar gadget, sehingga kalau tiga kegiatan ini dipadukan akan makin sedikit yang terjaring, padahal banyak sekali blogger handal, goweser handal, penulis info seputar gadget handal, tapi memadukannya dalam diri satu orang yang masih sulit dicari. Banyak blogger yang menulis tentang memilih power bank, begitu juga goweser yang membahasnya dalam saat-saat istirahat, tapi memadukannya dalam suatu tulisan rasanya belum begitu banyak.

Aku juga gemar sepeda gunung MTB maupun sepeda jalan aspal RB, sehingga aku juga diterima di kelompok blusukan maupun kelompok sepeda cepat. Hanya saja, aku ini cuma blogger goweser, jadi bukan goweser MTB yang kelas ekstrem, misalnya sampai naik turun gunung dengan sepeda downhill atau sepeda cepat yang cepat sekali. Dalam kelas sepeda cepat aku masih dalam taraf kecepatan di bawah 30 km/jam, kata Maarteen (peserta Tour D’Paris) masih sepeda cepat model “fun bike”.

Memang enak jadi goweser yang blogger, semua kenangan tentang gowes tersimpan rapi di album “online”, bisa dibaca dimana saja, kapan saja dan memakai ponsel apa saja.

Kawanku penah ngomong seperti ini,”Mas, kalau mau tahu hal-hal seputar gowes, baca saja blog mas Eko, beliau adalah blogger goweser yang aktip menulis tentang dunia gowes”. Wow, ….indahnya jadi Blogger goweser !