Runner dan Goweser kota

Jogja sampai saat ini tetap jadi pilihan utamaku untuk acara Gowes. Rutenya yang beragam dan pesertanya yang selalu penuh dengan keramahan membuat acara Gowes di Jogja selalu penuh dengan keceriaan, lahir maupun batin. Siapa saja dari komunitas Gowes yang kita tanya tentang rute gowes Jogja, jawabannya pasti berbeda tapi semuanya sama, menawarkan gowes yang spesifik dan “full canda”.

Ada komunitas yang anggotanya etnis tertentu dengan jenis sepeda tertentu, atau komunitas yang terdiri dari multi etnis dan multi model sepeda, tapi begitu kita masuk di dalamnya, maka langsung terasa aura gowes gaya Jogja yang penuh canda dan penuh tawa. Memang masing-masing komunitas mempunyai model candaan yang berbeda, sehingga untuk mengikuti candaan mereka harus ikut melebur dulu dengan ruh komunitas agar suasananya “nyambung”.

Hutan Pinus Mangunan

Salah satu komunitas yang sering kuikuti adalah komunitas S3Gama, anggotanya beragam tapi didominasi oleh golongan pinisepuh yang pada masa jayanya adalah golongan pimpinan suatu instansi. Kemampuan bersepedanya juga sangat beragam, terlihat dari jenis sepeda yang mereka naiki dan model pakaian yang mereka kenakan. Soal rute gowes Jogja banyak ahlinya di S3Gama.

Saat perayaan Natal dan menjelang tahun baru ini, Jogja seperti halnya musim lebaran, bis dari luar kota masuk dan membuat warga Jogja yang biasanya di rumah makin malas keluar. Jalan yang biasanya tidak ramai menjadi sangat ramai, apalagi Malioboro yang sehari-hari sudah macet, semakin bertambah macet. Bila jalan tembus depan samsat sudah ditutup pertanda sudah mulai ada “warning” kemacetan sudah ada pada tahap “siaga”. Selanjutnya nanti akan ada pengalihan arus lalin yang menuju gereja kotabaru, pengalihan lalin menuju stasiun Tugu dan pengalihan lalin menuju Km Nol Jogja.

Kalau sudah seperti itu, maka yang paling nyaman memang mencari alternatif hiburan atau kuliner di luar daerah macet. Lalu lintas arah Pajangan Bantul yang masih nikmat untuk dilalui bisa jadi alternatif untuk mencari kuliner Ayam ingkung di seputaran Bantul. Mereka yang terbiasa Gowes Jogja arah Bantul pasti sudah hafal dengan jalan alternatif yang ada.

Gowes blusukan di Sungai

Memang Pajangan adalah rute Gowes Jogja yang dekat, kontur bervariasi dan masih bisa ditempuh memakai berbagai jenis sepeda “non ekstreem”. Mungkin memang tidak nyaman kalau memakai sepeda jenis downhill (DH), tapi untuk jenis sepeda RB (road bike) atau seli (sepeda lipas) masih memungkinkan untuk blusukan di seputaran Pajangan. Bagi pemilik sepeda MTB (mountain bike), tentu tidak ada masalah sedikitpun.

Bagi yang demen Gowes Jogja arah seputaran Kaliurang, harus lebih paham lalin yang mungkin jadi berubah dengan makin banyaknya wisatawan yang memilih destinasi wisata gunung. Kalau biasanya nongkrong di Warijo (warung ijo) mungkin tidak begitu terasa perbedaannya, tapi yang terbiasa jajan di kopi klotok akan terasa perbedaannya. Antrian yang muncul di jam makan sudah makin tidak masuk akal. Malioboro anehnya meski pasti macet, tapi tidak afdol ke Jogja kalau belum ke Malioboro.

Nanjak, berbatu dan licin di Hutan Wanagama

Paling nyaman memang pakai MTB, bisa blusukan kemana-mana, tidak harus jauh, tapi jauh juga masih oke. Penggemar MTB yang pernah kuikuti asal mengayuh saja, rute menjadi nomor sekian, yang penting mencari jalan yang tidak beraspal. Rute yang ditempuh memang pasti ketemu jalan aspal, tapi mereka selalu menghindari jalan aspal kalau ketemu jalan pedesaan. Alhasil kadang-kadang tersesat di kebun orang atau sampai di tanah pekuburan alias makam.

Acara gowes Jogja memang selalu menarik dan penuh hal baru meskipun orang-orangnya itu-itu saja. Selalu ada canda baru di setiap rute Gowes Jogja baru di sikon yang berbeda. Gowes Jogja pelengkap untuk gowes rutin Jakartaku. Apalagi gowes Jogja di akhir tahun, penuh suasana yang berbeda.

RB di jalur MTB