Latihan Sesat 150K

Minggu-minggu terakhir ini beberapa status FB (facebook) kulihat mulai memasang foto “Latihan Sesat 150K”, tapi kalau kulihat yang “mengaku” berlatih betulan mungkin tidak samapi beberapa orang, kebanyakan yang memasang status sepeda lipatnya adalah mereka yang sudah lama malang melintang dengan sepeda lipatnya. Jadi mungkin status itu hanya pengingat bahwa Sesat 150K akan berlangsung dalam waktu dekat ini.
Pada waktu pendaftaran Sesat 150K, aku sempat gagal karena situsnya baru dibuka dan masih percobaan, tetapi ketika situsnya bener-benar dibuka, ternyata jumlah pendaftar sudah melebihi kuota, akibatnya aku harus puas sebagai peserta di “daftar tunggu”. Alhamdulillah, ternyata nasib masih berpihak pada kepesertaanku di Sesat 150K. Akupun akhirnya tercatat sebagai peserta Sesat 150K, menempuh rute di jalan-jalan Jogja sejauh 150K. Menurut survey yang sudah dilakukan rute Sesat 150K ini akan memakan waktu sekitar 9 jam.
Awal Januari 2017 dan akhir Desmber 2016, akupun mencoba mulai lagi menaiki seli, setelah bertahun-tahun banyak disimpan di garasi. Hanya menempuh jarak sekitar 30 km, tapi setidaknya sudah merasakan lagi nikmatnya memakai seli BF (bike friday) di beberapa pelosok kota Jogja.
Mengayuh sepeda lipat beratus-ratus kilometer sudah biasa bagi beberapa orang, mereka ikut gowes Bandung Jogja pada acara Dies UGM beberapa tahun lalu, sementara aku masih mengawal dengan memakai sepeda RB (roadbike). Kuperhatikan para pengayuh seli tetap stabil dalam melahap rute yang kita tempuh, sementara aku memang merasa nyaman karena memakai sepeda RB. Aku belum pernah mengayuh sepeda lipat sampai ratusan kilometer, paling jauh hanya menempuh Semarang Bawen pulang pergi saja, karena mencoba sepeda Bikefriday (BF) baru yang merupakan bentuk cinta kasih teman-temanku saat aku menerima SK Pensiun.
Tema Sesat J150K 2017 yang akan kuikuti ini adalah “NJAJAH DESA MILANG KORI”. Dalam situs FB-nya disebutkan bahwa tema ini berarti njajah desa (menjelajahi desa), milang kori (menghitung pintu). Terjemahan bebasnya, bepergian jauh menjelajahi desa, menghitung pintu. Maknanya, melakukan perjalanan mencari pengalaman hidup ke berbagai wilayah untuk mengenal kehidupan di sana, serta memahami watak perilaku penduduknya. Persis seperti yang ditulis dalam blog Nasihat Orang Jawa. Cuma dalam konteks sepedaan ini, kita tidak sampai keluar kota Jogja, cukup hanya berputar-putar di beberapa bagian dari pelosok Jogja. Kalau dalam acara City Tour Herbalife dulu, 100 km hanya berputar-putar di dalam kota Jakarta, maka kali ini kita akan dikenalkan dengan jalan-jalan di beberapa bagian Jogja yang mungkin belum pernah kita lewati.
Kendala yang mungkin tidak jadi kendala adalah pelaksanaan acara ini pada bulan Pebruari 2017. Saat itu, mungkin masih musim hujan dan pasti akan beda rasanya bersepeda di waktu hujan dan di waktu terang tanah dalam kondisi kering. Aku pernah merasakan jatuh di rute menurun, licin dan berbelok, semoga pengalaman itu tetap jadi pengingatku agar hari-hati dalam bersepeda. Adik kelasku baru saja meninggal dalam kecelakan di Jogja, akibat tabrakan (atau ditabrak?) di jalan Wates Jogja, tentu ini menjadi pengingat kita semua bahwa, naik sepeda tidak hanya harus hati-hati, tapi bagaimana mengajak pengguna jalan yang lain untuk hati-hati memakai jalan milik umum.
Semoga acara Latihan Sesat 150K ini berjalan sukses dan pada hari “H”-nya semua dapat menempuh perjalanan melalui semua rute dengan lancar tanpa kendala yang berarti dan semua mendapat hikmah dari “jajah desa milang kori”.