Bima Sakti di Bromo

Memotret Punthuk Setumbu

Melihat sunrise di Bromo adalah peristiwa yang sebaiknya kita alami, setidaknya sekali dalam hidup ini. Sama indahnya dengan melihat matahari terbit di Punthuk Setumbu Borobudur. Kebesaran iLLahi dan keagunganNya tanpa sadar muncul dari alam bawah sadar kita, kitapun mengucap syukur tanpa kita rasakan. Kalau di Punthuk Setumbu, aku memperingati ulang tahunku, maka di Penanjakan Bromo aku akan memperingati ulang tahun istri tercinta. Acaranya kuberi judul nonton Bima Sakti di Bromo.

Yang paling antusias mengikuti acara ini adalah anak bungsuku yang baru getol-getolnya main camera. Saat mas Lilo masih kecil, dia memang sangat suka memainkan camera, mengambil foto-foto yang bagiku tidak penting, hanya menghabiskan ruang kartu memori. Kini setelah Lilo mulai sedikit paham dunia fotography, minatnya untuk motret yang aneh-aneh makin nampak.

Ketika ajakan ke Bromo kusampaikan, maka dialah yang paling antusias. Dia langsung menunjukkan foto-foto milkyway di banyak daerah dan lensa yang paling cocok untuk pasangan Camera Canon 6D. Akupun langsung ikut mencari, baik di dunia online maupun offline. Salah satu yang menarik adalah kalimat ini,”set bukaan pada maksimal 30 detik saja, kalau lebih dari 30 detik, maka bintang akan ‘berjalan’ dan nampak seperti apa yang kita sebut sebagai light painting.”

Ini sama dengan ilmu dasar untuk mengetahui maksimum lama bukaan berdasar panjang lensa, jadi untuk panjang lensa 20 mm, waktu bukaan maksimalnya adalah 600:20=30 detik. Katanya itu rumus pendekatan saja, tapi umum dipakai beberapa tukang foto, mereka menyebutnya rule-600. Ada juga yang memakai angka 500, sehingga waktu bukaan maksimal jadi 20 detik. Rumus ini sebenarnya mengacu pada camera full frame, untuk camera crop tentu akan berbeda.

Memang memotret Bima Sakti di Bromo bukan sesuatu yang sulit, meski perlu banyak hal yang harus diperhatikan. Misalnya, harus tahan dingin cuaca Bromo yang cukup “aduhai”, apalagi kalau ditambah anginnya yang menusuk tulang. Harus disiapkan jaket yang nyaman untuk kondisi ini. Belum lagi kalau ada hujan datang, maka gagal sudah semua persiapan yang sudah ada. Sama seperti ketika mencari sunset dan sunrise di Wakatobi yang gagal karena mendung yang tebal.

Poster film 5 cm

Poster film 5 cm

Kita juga harus menyiapkan senter atau semacamnya yang bisa menerangi camera kita waktu diseting, karena saat mengambil gambar harus benar-benar jangan ada sinar yang ada di sekitar kita. Itu sebabnya mengambil foto Bima Sakti di Bromo sangat cocok untuk dinikmati, selain fenomena sunrise yang juga istimewa di Bromo. Wisatawan yang umum, biasanya hanya tertarik mengambil saat sunrise di Bromo, tetapi bagi wisatawan yang benar-benar maniak foto, maka belum puas rasanya kalau belum mengambil foto Bimasakti di Bromo. Senjata yang dibawa anakku rencananya Canon 6D dengan lensa superwide f/1.4.

Di brosur yang kubaca tertulis seperti ini,”Tour Wisata Milky Way on Mt Bromo, dimulai Jam 11.00 malam hari, Anda akan di jemput dengan menggunakan kendaraan jeep Hardtop dari penginapan/Hotel anda menginap untuk menuju ke Penanjakan 2, Lautan Pasir dan Bukit Cinta untuk melihat Milky Way setelah selesai menikmati pemandangan Milky Way siap kembali keparkiran jeep untuk menuju  view point sunrise di Puncak Mt Pananjakan 1 (lokasi terbaik untuk melihat sunrise). Dari sini anda bisa melihat matahari terbit yang sangat terkenal dengan keindahannya. Setelah puas menikmati sunrise di penanjakan kemudian tour di lanjutkan ke Lautan Pasir/Kaldera dengan tetap menggunakan kendaraan Jeep, tiba di centra parkir area (lokasinya sebelum Pura Poten) Anda bisa sewa kuda atau jalan kaki untuk mencapai kawah. Puas melihat fenomena Kawah, Tour dilanjutkan menuju padang Rumput Savanna, Bukit Teletubies dan Pasir Berbisik. Setelah puas explorasi segala pesona dan keindahan alamnya dan wisata sekitarnya kembali ke Penginapan / Hotel, Mandi, Makan pagi dan istirahat. Sehabis check out diantar kembali ke tempat yang anda inginkan.”

Benar-benar tour yang penuh sensasi, setara dengan Punthuk Setumbu 🙂

Borobudur dilihat dari Punthuk Setumbu

Borobudur dilihat dari Punthuk Setumbu

 

2 komentar

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.