Runner dan Goweser kota

Jumat sore aku berangkat bersama tim Defender WSKT untuk “Survey Gowes Solo”, beberapa pimpinan ikut berangkat bersamaan untuk ikut survey dan ikut merasakan aura sebelum acara Gowes Solo dilaksanakan. Sampai di Solo langsung menuju Cangkir Blirik untuk isi logistik sebelum merakit sepeda, tapi ternyata sudah ada yang membantu merakit sepeda, sehingga tinggal cek sepeda dan istirahat dengan nyenyak.

Acara “Survey Gowes Solo” dimulai sejak subuh, tetapi karena satu dan lain hal acara sarapan jadi molor, sehingga start dari Solo sudah agak kesiangan. Jalanan kota Solo sudah terasa padat, sehingga untuk catatan panitia saja, lebih baik berangkat lebih pagi dan ketika sudah lewat Palur bisa istirahat sejenak untuk “tap oli” di toilet SPBU terdekat. Toiletnya sangat bersih dan “rekomended” untuk rombongan goweser. Hari kedua survey juga berhenti di lokasi ini dan masih tetap terawat kebersihan dan kerapihannya.

tim-survey-gowes-solo

Selepas istirahat, tepatnya “regrouping”, langsung meluncur menuju arah Proyek Waduk Gondang. Hampir tidak ada yang merasakan beratnya rute awal ini, kecuali satu peserta tamu yang ikut survey. Beliau kukenal pernah mengayuh sepeda dari Cawang Semanggi dengan kondisi yang kecapekan, jadi tidak bisa dipakai standard gowes jarak jauh. Kutinggalkan Goweser ini bersama dua “defender” di belakang dan aku terus mengayuh sampai pada pos 1, di samping masjid.

Di lokasi masjid ini, kukumpulkan antara forwarder, kru Drone dan awak foto. Setelah disepakati beberapa sistim pengambilan gambar dan pengaturan peserta gowes, rombongan Survey Gowes Solo kembali melanjutkan kayuhannya. Peserta terakhir juga sudah masuk dengan dikawal defender semi pro dari Solo, sehingga gowesan selanjutnya hanya regrouping saja di Batu Jamus. Sampai di lokasi regrouping , semuanya minum teh hangat dan langsung mengayuh sepedanya kembali.

Selepas Batu Jamus, kondisi jalan mulai terasa di otot paha. Beberapa peserta survey mulai melambat dan beberapa mulai menuntun sepedanya. Kuperhatikan, meski menuntun tapi wajah goweser terlihat masih segar ceria dan tim “defender” tetap masih ada di posisinya. Akhirnya di dua tanjakan terakhir para goweser sudah menyerah, tapi pimpinan tetap anti loading dan tetap menyelesaikan kayuhannya sampai finish.

durian-unggulan-lokal

Memang cukup banyak juga goweser yang tetap selesai mengayuh sepedanya sampai finish. Sampai menjelang finish, semua peserta dikumpulkan lagi oleh “forwarder” untuk diberi aba-aba, setelah sebelumnya dilakukan diskusi pematangan skenario drone dan tim dokumentasi. Setelah semua berbaris rapi, maka tanjakan menjelang finish akhirnya dapat dikayuh dalam kebersamaan.

“Start together, ride together and finish together”

Semoga pada pelaksanaan Gowes Solo nantinya bisa diberlakukan seperti saat ini. Semua peserta senang dan panitia juga bisa lega menerima semua goweser. Pengalaman WSKT Gowes Toba, yang pesertanya membludak, sudah banyak diperbaiki dalam kepanitiaan Gowes Solo.

penyanyi-pilihan-cakilham

Keunggulan Duren yang tidak sampai ke lokasi Gowes Toba, sekarang sampai ke lokasi dan bisa disantap bersama, bagi yang menyukainya. Bagi yang tidak suka dengan buah durian, sudah disediakan aneka kuliner yang merupakan menu wajib. Model kuliner yang disajikan sudah memenuhi kebiasaan, baik suguhan kuliner model rebusan, minuman pengganti cairan tubuh yang hilang (bukan air putih) maupun makanan lokal yang bernuansa solo.

Hari ke dua Survey Gowes Solo, rute sedikit digeser menjadi rute tanpa tanjakan curam untuk gowes santai menuju Matesih. Bagi yang tidak punya acara langsung bisa gowes lagi menuju Tawangmangu, tapi aku langsung finish di Matesih untuk menghadiri acara Gutawa (Paguyuban Mantan Waskita).

Alhamdulillah semua acara selesai dengan baik, silaturahmi didapat, sehat didapat dan begitu juga kecderiaan selama gowes dua hari ini.

defender-dan-forwarder-asli