Runner dan Goweser kota

Acara Bike camp di Temanggung telah selesai dan telah dimuat di banyak medsos maupun di media cetak, tapi kenangan melihat peristiwa kecelakaan sepeda saat menuruni rute kledung kretek masih sangat berkesan. Posong Temanggung penuh kenangan jadinya. Untung yang mengalami insiden semuanya memakai alat pelindung diri yang memadai, tak bisa dibayangkan kalau tanpa memakai HELM, pasti akhir cerita menjadi lain.

Di spedometerku jarak tempuh mencapai tiga digit awal alias 103 km. Dari jarak itu hampir 80% berupa rute turunan, beberapa di antaranya turunan sangat tajam (curam) dan sedikit tanjakan (juga) sangat curam. Salah satu yang paling curam ada di jalan non aspal (cor beton), sayang aku tidak mengambil % data kemiringannya. Hampir semua pesepeda yang lewat bisa dipastikan menuntun sepedanya, hanya beberapa orang yang tetap di atas sepedanya. Mungkin sedikit lebih mirip dengan tanjakan arah Goa Kiskendo.

Posong

Pemandu jalan sudah memberi aba-aba supaya pesepeda menurunkan kecepatan saat melalui jalan yang menurun dan ramai (dekat pasar), tapi asyiknya bersepeda sambil melahap jalan turun memang melenakan. Salah satu pesepeda, entah karena apa, melakukan pengereman mendadak, sehingga berhenti seketika. Sayangnya dia lupa kalau terlalu mendadak dan di jalan menurun, melakukan pengereman dengan rem depan akan berakibat sepedanya terjungkal. Di belakang sepeda yang jatuh, seperti biasanya, ikut terjatuh. Masih untung karena pengendaranya cukup pengelaman, jadi jatuhnya pada posisi sepeda sudah berhenti, namun karena jalan barusan gerimis dan licin, sang pesepeda terpeleset masuk parit drainase jalan.

Pesepeda masuk parit

Pesepeda yang masuk parit meminta pesepeda yang lain untuk tetap tenang dan membiarkannya naik dari parit ke jalan. Sampai di atas dua pesepeda yang jatuh tetap dapat berkomunikasi dengan baik dan langsung diangkut menuju UGD rumah sakit. Kebetulan pesepeda yang jatuh adalah dokter senior, sehingga semua urusan rumah sakit langsung beres dan keduanya ditangani dengan benar.

Pelajaran hari ini kucatat sebagai memoriku :

1. Kejadian kecelakaan sepeda bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan pada siapa saja.
2. HELM adalah APD yang paling sederhana yang sangat bermanfaat melindungi kepala kita dari cedera serius.
3. Selalu fokus pada jalan, terutama saat melahap jalan turunan.
4. Biasakan bersepeda secara berombongan, sehingga bisa saling tolong menolong.

Posong Jogja Rute mendaki

Aku sendiri begitu melihat kondisi dan situasi jalan yang begitu curam dan licin, langsung membonceng sepeda motor sampai ke pos selanjutnya. Tangan rasanya “kebas” karena kebanyakan melakukan pengereman dan aku takut kalau ban jadi panas dan rem terganggu akan mengakibatkan kecelakaan yang lain. Gopwes Posong Jogja adalah kegiatan “fun”, jadi kunikmati saja dengan menghindari adegan yang bisa membahayakan diriku (dan sepedaku).

Sejak ikut acara j150k dengan seli (sepeda lipat), aku memang lebih sering memakai seli dibanding sepeda jenis lain, kecuali di Jakarta. Di Jakarta aku cenderung memakai Sepeda Polygon Heist sedang di Jogja seli BF. Pokoknya prinsipnya tetap sama, “sepeda hanya satu”. Satu jenis seli, satu RB dan satu untuk masing-masing jenis 🙂

Beberapa temanku yang punya pengalaman lain tapi sejenis, sudah mulai berpikir setiap akan melahap rute turunan. Lebih baik rute mendaki daripada rute menurun. Hanya rute menurun landai atau menanjak landai yang merupakan sorga bagi yang cinta kedamaian. Bagi yang cinta tantangan (dalam damai), cinta adrenalin dan cinta petualangan heroik, maka tanjakan maupun turunan curam justru jadi pilihan mereka.

Memang Posong Temanggung penuh kenangan dan akan diingat selamanya, terutama bagi yang mengalami peristiwa insiden dalam kegiatan itu. Selamat buat panitia “bluXpit”, yang sukses mengawal sampai acara tuntas. Semoga bisa bertemu lagi dalam acara sejenis yang lebih “fun”. Lokasi start memang lokasi wisata yang baru tetapi sangat menjanjikan. Dirgahayu HPTT 71 !

Finish Posong Jogja FT UGM