Gowes dan Rokok

Sudah jamak kita melihat goweser yang sampai di pos pemberhentian mengisi kegiatannya dengan makan minum atau merokok sambil bersenda gurau atau melepas penat. Rasanya nikmat sekali melihat mereka menikmati suasana di pos pemberhentian, apalagi melihat mereka yang asyik menghisap rokok. Gowes dan Rokok ranya dua hal yang berbeda atau berlawanan tapi tetap saja ada yang sehidup semati memadukan Gowes dan Rokok.
Mereka tidak peduli betapa bahayanya merokok atau tulisan peringatan di bungkus rokok. Kenikmatan merokok adalah kenikmatan tiada tara yang sanggup meluruhkan peringatan “jangan merokok!”. Mereka juga terbukti handal pada berbagai type rute, mau yang menurun atau menanjak mereka kuasai dengan baik, sehingga tidak mempan juga anjuran untuk berhenti merokok agar bisa gowes dengan baik.
Dengan kebiasaan merokok yang dijalankan, mereka tetap bisa gowes dengan leluasa. Kalaulah ada berita goweser yang perokok meninggal dunia karena penyakit akibat rokok, mereka tetap cuek saja. Giliran dia masih lama, mungkin begitu yang ada dalam benak mereka. Sementara itu di sisi lain, goweser yang tidak suka merokok biasanya adalah goweser wanita. Hanya beberapa kali aku melihat goweser wanita yang merokok, tapi yang sering kulihat cara merokoknya dengan model sembunyi-sembunyi.
Bagi kaum lelaki, Gowes dan Rokok itu tidak perlu disembunyikan. Ada kalanya, mereka cukup bangga dengan kebiasaannya yang tetap merokok meskipun rajin gowes. Hanya beberapa bagian saja dari goweser yang merasa rokok tidak baik bagi kesehatan atau bagi komunitas mereka.
Ada kesaksian dari seorang goweser di internet, tentang kebiasaan merokoknya.
Saya mulai aktif merokok sejak tahun 2003 atau 2004 (lupa)
Menjadi perokok berat sejak 2008 (berat = minimal 1 bungkus sehari)
Berhenti merokok 31 Desember 2014. Mulai 2015 saya ga mau merokok lagi.
Alasan berhenti merokok: Saya belum mau mati. Dulu pas tanjakan, jantung saya sering berdebar-debar, keringat dingin dan sepertinya berhenti sebentar (skips a beat).
Efek berhenti merokok: 2 minggu pertama rasanya performa menurun. Semuanya terasa berat. Setelah lewat 2 minggu, rasanya kuat banget. Tanjakan yang dulu ditakuti sekarang biasa-biasa aja.
Saat masih merokok
————————
Takut banget diajak ke “Snake Hill”. Soalnya pas nanjak itu jantung rasanya mau meledak. Ga pernah nolak tiap diajakin “Ayo istirahat bentar di tengah tanjakan”.
Setelah berhenti merokok
——————————
Berani ngomong gini “Ayo hill repeat di Snake Hill yuk. Buat ngejar Strava climbing challenge”
Walopun belum pernah hill repeat disitu, tapi you got the point lah.
Banyak sumber bacaan di internet tentang Gowes dan rokok, antara lain dari Kupang Post.
Ketua Stikes CHMK drg. Jeffrey Jap, M.Kes, ketika ditemui menyebut tujuan dari komunitas ini untuk meningkatkan derajat kesehatan mahasiswa dan masyarakat. “Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa bersepeda merupakan cara terbaik mencegah timbulnya penyakit, menghilangkan stres dan memperkuat daya tahan tubuh,” jelasnya.
Meski demikian yang merokok tetap saja merokok yang tidak merokok juga tetap tidak merokok. Hanya beberapa di antara mereka yang berganti kebiasaan. Aku juga pernah berganti kebiasaan dari tidak aktif merokok menjadi aktip merokok pasif, padahal (katanya) merokok pasif lebih berbahaya dari merokok aktif.
Dari grup WA ada banyak petuah tentang rokok dari Aa Gym, ini adalah salah satunya. Yang model lain bisa search sendiri, pasti ketemu dan banyak 🙂
semangat pak, hidup sehat tanpa rokok..
SukaDisukai oleh 1 orang
semanagat !!!
SukaSuka