Ibadah puncak

Puncak dari segala ibadah itu namanya ibadah haji dan aku sudah menuntaskannya dalam versiku. Rasanya masih segar dalam ingatanku, bagaimana seharusnya ibadah puncak itu dilakukan, ustadz Wijayanto pernah menceritakannya beberapa tahun lampau dan aku menikmati seluruh kisahnya sampai akhirnya aku membuktikannya saat ini bersamanya. Ibadah puncak itu namanya ibadah haji dan ibadah haji itu puncaknya di padang arafah ketika menikmati khotbah arafah dari ustadz Wijayanto. Penampilan Ustadz Wijayanto berubah 180 derajad ketika menyampaikan Khotbah Arofah.
Tak ada lagi canda khas ala ustadz Wijayanto yang membuat suasana selalu segar, yang ada cuma cerita khotbah yang menggetarkan jiwa raga, tanpa dapat ditahankan lagi air mata mengucur deras dari beberapa pasang mata. Semua tumpah pada getaran khotbah Arofah dalam balutan kehangatan suasana wukuf yang merasuk dalam jiwa raga ini. Allahu akbar, begitu besarnya kasih Allah dalam ruangan ini.
Perjalanan haji ini memang perjalanan yang tiada duanya dan pasti selalu dikenang karena besarnya usaha yang telah dilakukan, baik secara batin maupun secara fisik. Setiap hari hampir selalu merasakan nuansa acara yang berbeda, meskipun acaranya sama dari tahun ke tahun.
Kawanku mengabadikan cerita haji dengan cara menulisnya setiap ada waktu, selama melaksanakan ibadah haji, sedang aku hanya menuliskannya sebelum berangkat dan sesudah sampai di tganah air Indonesia tercinta. Aku memang tidak membawa laptop karena aku takut kalau ibadahku akan terbawa dalam keasyikan menulis di laptop, cukuplah tulisan status di FB yang kubatasi sebisaku. Dengan demikian ketika aku sampai di Indonesia aku mulai dapat fokus untuk menulis, ternyata kenyataan bicara lain, sesampainya di Indonesia nafas menulisku begitu pelan dan tidak sanggup menggerakkan tanganku untuk menulis.
Aku hanya tergerak untuk mengayunkan kaki di atas sepedaku dan bukan tangan di mesin ketikku, sampai akhirnya kubaca motivasi dalam menulis,”Jangan menunggu inspirasi menulis, tapi menulislah dan inspirasi akan mengikuti“. Akupun langsung menulis di papan ketik dan terhenti ketika tamu mulai muncul mengisi ruang tamuku. Suka tidak suka akupun memejet icon “save” dan baru bisa menulis lagi ketika sudah berada di Jakarta dan setelah jam kerja.
“Ustadz Wijayanto jadi datang pak Eko?”, kata kawanku ketika aku selesai sholat maghrib di masjid kantor.
“Yes !”, jawabku mantap, seperti biasanya kalau bertemu dengan sesama jamaah masjid kantor.
“Ustadz Wijayanti bisa menyempatkan waktu?”, tanya kawanku penasaran
“Kebetulan sepulang dari ibadah haji terus ditempel sampai ke Jogja”
“Alhamdulillah, sulit lho mengundang ustadz kondang pujaan ibu-ibu itu”
Memang anugerah Allah yang besar terus mengikutiku selama menjalanakan ibadah haji ini. Acara syukuran yang bersamaan dengan acara “ngunduh mantu” tetangga, dipindah ke masjid Murul Hikmah Cungkuk, alhasil semua tetanga, saudara, teman maupun kenalanku dapat hadir di ruang yang memadai. Berbeda ketika acara pamitan yang sangat berjubel ria, karena dilaksanakan di rumah.
Seperti biasanya ustadz Wijayanto bercerita tentang makna ibadah haji yang antyara lain adalah latihan mati sebelum meninggal. Guyon khas ustadz Wijayanto tentang kematian dengan 3 (tiga) misterinya selalu menarik untuk diikuti, biarpun sudah berkali-kali disampaikan.
Manusia tidak akan pernah tahu akan 3 (tiga) hal tentang mati :
1. Kapan dia mati
2. Dimana dia mati
3. Sebab apa dia mati
Yang diketahui manusia adalah mati itu pasti !
Dalam tauziahnya ustadz Wijayanto sempat juga membahas tentang aku yang tiba-tiba bisa pergi naik haji, padahal kalau ikut urutan masih entah kapan akan berangkat. Aku memang memilih Khalifah tour sebagai biaro jasa perjalananku dan sudah terbukti sangat terliti menyusun jadwal dan menyiasati jadwal yang harus berubah karena kebijakan di Arab Saudi memang bisa berubah tiba-tiba tanpa sosialisasi dan harus dijalankan saat itu juga.
“Pak Eko dan Bu Yeni ini berangkat haji dengan biaya 250 juta per orang sesuai paket haji Furoda yang dipilih. Bulan Mei daftar dan Agustus langsung berangkat.
Biaya yang besar, tapi tetap sangat sebanding dengan nilainya, karena uang sebesar itu kalau dibelikan rumah juga tidak akan bisa memuaskan, sementara dengan dibayarkan untuk ibadah haji menjadi sangat berarti !”
Aku memang ketika memutuskan berangkat haji tidak berpikir soal biaya, tapi lebih berpikir kalau tidak sekarang kapan lagi, mengingat usiaku tidak jelas sampai kapan berakhirnya, karena memang soal umur manusia akan selalu jadi misteri. Aku dan istriku hanya berkata “insya Allah aku datang ke Ka’bah !”
“Dalam ibadah haji yang pertama harus dilakukan adalah niat yang benar-benar, kemudian adalah sehat, karena kalau tidak sehat akan mengalami banyak kendala. Kemudian yang penting juga adalah nekad !”
Jamaah masjid Nurul Hikmah terpuaskan dengan ceramah ustadz Wijayanto yang begitu familiar, karena memang logat ustadz Wijayanto yang sangat fasih dengan budaya Jogja. Sungguh tak pernah kuberpikir bisa mendatangkan ustadz terkenal di dusun Cungkuk yang belum lama ini sudah berdiri masjid Nurul Hikmah yang indah.
Alhamdulillah, terima kasih ustadz Wijayanto, terima kasih juga pada Khalifah Tour yang membuat kami bisa menjalankan ibadah haji dengan baik danbenar. Subhanalllah, rasanya baru saja aku berangkat umroh tahu-tahu sekarang aku sudah menunaikan ibadah puncakku.