Gowes kuliner Bekasi

Goweser biasanya memang identik dengan acara kuliner, setiap menyelesaikan suatu rute, maka ujung-ujungnya sering ditutup dengan menikmati kuliner yang kadang sudah direncanakan kadang terpikir begitu saja. Bila kuliner yang dipilih kelas berat, maka akan dinikmati saat sudah finish atau mendekati finish, sementara kuliner ringan bisa dinikmati saat pertengahan rute, sehingga tidak mengganggu goweser untuk menyelesaikan rute. Beberapa tahun lalu, aku sering diajak ikut acara kuliner di Bekasi, tapi aku selalu tidak sempat mengikutinya, sekarang aku jadi pingin gantian ngajak Gowes kuliner Bekasi.
Gara-garanya aku tak sengaja makan siang di Sop Janda Bekasi yang dulu hanya pernah kudengar dan belum pernah kunikmati. Ternyata sop janda ini memang pedas dan bisa super pedas kalau kurang puas dengan tingkat kepedasan yang sedang. Kalau di Jogja, ada juga sop janda ngamuk yang super pedas, tapi kayaknya aku tak akan pernah mencobanya karena testimoni yang sering kudengar menu janda ngamuk memang super pedas, sehingga hanya cocok buat yang bener-bener maniak pedes.
Lokasinya di sekitar Cibitung dan sudah sangat padat di jam makan, sehingga bagi yang tertarik dengan menu kuliner ini sebaiknya datang di jam sebelum makan siang atau setelahnya. Di jam sibuk suasana benar-benar “panas”, disamping memang ruangan tak berAC, juga ada efek pedas yang membuat keringat mengucur deras tanpa dapat ditahan.
Waktu acara Gowes Jogja Borobudur pp, WSKT pernah juga menikmati suguhan kuliner yang maknyus dan membuat keringat tambah mengucur deras. Sebagian besar goweser lupa bahwa suguhan di Borobudur hanya suguhan ala kadarnya, bukan suguhan final, sehingga ketika menyelesaikan rute, ketika matahari mulai menyengat banyak goweser yang terganggu dengan suasana perut kekenyangan. Alhasil perjalan menuju destinasi final jadi melambat dan sampai final dalam kondisi lelah dan capek. Kuliner final yang enak dan maknyus tidak terselesaikan dengan baik.
Bila sop janda Bekasi ini dijadikan suguhan final tentu akan sangat cocok, disamping porsinya yang jhoz juga tingkat kepedasan dan lezatnya memang luar biasa. Daging-daging yang menempel di tulang jadi kenikmatan tersendiri untuk membersihkannya, tangan kosongpun bertindak untuk membuat tulang bersih dari semua daging yang menempel. Menurut ilmu kuliner, memang yang namanya daging paling enak salah satunya adalah daging yang masih menempel di tulang. Untuk yang gemar cerita Winetou, pasti kenal dengan enaknya telapak tangan beruang grizly, itulah daging yang menempel di telapak kaki.
Sop Janda ini memang salah satu kuliner yang katanya perpaduan antara kuliner JAwa dan suNDA, sebagai variasinya adalah rasa pedes yang luar biasa dan disebut Sop Janda Ngamuk. Bagi yang suka pedas level tinggi pasti sangat suka menu Janda ngamuk, tapi untuk masyarakat umum mungkin lebih dominan yang suka sop janda biasa. Kalau yang di Jogja, diberi juga menu minuman yang mengugah selera, misalnya es belah duren dan beberapa minuman yang namanya mengundang selera.
Saat ini di Jogja makin banyak tujuan untuk gowes kuliner. Setelah kopi klothok yang terus meledak di tahun 2017 ini, sekarang warung model kopi klothok mulai dicari, misalnya Cengkir heritage Resto. Inilah Resto bergaya tradisional yang menyajikan masakan-masakan Khas Jawa dengan cara penyajian yang unik seperti tempo dulu (Jadul), sama dengan gaya Kopi Klothok. Mungkin karena kopi klothok sudah terlalu ramai dan mulai kurang nyaman sebagai tujuan kuliner gaya Jogja, maka alternatif resto model Kopi Klothok mulai jadi tujuan kuliner juga.
Bagi goweser sejati tentu saja tetap setia dengan model Warijo di Pakem yang hanya menyediakan makanan ringan dan minuman teh hangat atau minuman isotonik. Memang goweser identik dengan kuliner, bahkan gowes S3Gama dulu terbentuk antara lain karena sering jajan kuliner bersama dengan cara bersepeda.