Libur adalah kerja

Seli menuju Goa Jepang

Aku membaca salah satu pesan di sosmed, “sehabis pensiun langsung gencar bisnis….catering, travel agent, cleaning servis, loundry….sampai fashion kulakukan …”, langsung pesan itu menjadi salah satu topik di grupku. Bermacam-macam tanggapannya, padahal itu adalah status pensiunan yang kemudian menikmati hidupnya dengan pekerjaan di rumah, dimulai dari memasak, mengantar cucu sekolah sampai ngepel. Seperti juga makna hari libur bagi para goweser,”Libur adalah kerja!“.

Setiap ada tanggal merah di kalender, para goweser justru sudah merencanakan jauh hari untuk mengisinya dengan acara gowes. Jadwalpun disusun dan rute dibahas, dicari yang paling menarik. Ada yang suka tantangan baru, suka rute baru atau suka kuliner baru, tergantung type komunitas masing-masing atau minat individu masing-masing. Aku biasanya kalau sedang Gowes di Jogja lebih sering mengikuti jatuhnya kayuhan kaki tanpa tujuan, kecuali kalau ada “event” khusus. Minggu ini karena sudah lama tidak menginjak Warijo Pakem, akupun mengarahkan sepeda ke arah Jakal (Jalan Kaliurang).

Di KM 12, sebelum buk jembatan bengkong, aku mampir ke mini mart dan bertemu dengan teman TDA yang belum lama jadi goweser. Dia goweser yang lumayan nekad, karena sejak kukenal dia sudah memulai gowes dengan rute tanjakan Pakem, salah satunya ke Kopi Klothok Pakem. Perkembangan gowesnya kurasa biasa-biasa saja, jadi aku agak heran ketika dia ternyata mau ke Kaliurang sendirian. Ketika kutawarkan untuk menjadi pendamping gowesnya dia menolak dan aku berpisah dengannya di Warijo Pakem. Kami hanya sempat berfoto bersama goweser lain di Warijo.

Foto Gowes Nusantara.

Warijo Pakem yang selalu bikin kangen

Seorang dosen UGM yang aktif di komunitas Heister Jogja rupanya mengira aku ditinggal oleh kawanku ke Kaliurang dan langsung berduaan menyusul ke Kaliurang sampai ke tugu Udang. Rupanya godaan Goa Jepang membuat kami bertiga melanjutkan perjalanan sampai ke tujuan. Dari tugu Udang ke Goa Jepang memang sangat dekat (baca sangat menanjak), sehingga sampai di Goa Jepang, semua sisa-sisa minuman bawaan di sepeda habis untuk mencegah dehidrasi.

Warung Tugu Udang

Warung Tugu Udang

Pulang ke arah kota, sempat mampir di KM 12 lagi untuk merasakan warung kampung, letaknya di sebelah kiri jalan kalau kita dari arah Kaliurang, setelah buk bengkong. “Warung ini khasnya komunitasku, karena ada nasi merahnya dan nuansa jogjanya sangat kental!”, kata kawanku. Aku yang baru sekali datang langsung terkesan, karena lapar sudah melanda dan yang di hadapanku sudah tersedia, siap untuk berpindah ke kampung tengah. Akibatnya tidak banyak yang dapat kutulis tentang warung ini, kayaknya perlu kembali lagi ke warung ini.

Seusai makan, kamipun berpisah ke rumah masing-masing dan mulai sadar bahwa hari sudah siang dan adzan dhuhur kunikmati ketika aku masih belum sampai rumah. Kusadari sekarang kalau dulu aku sering memakai seli atau Heist, maka aku sekarang hanya bersepeda memakai seli doang, sepeda balapku (RB) sudah kukirim ke Jakarta dan demikian juga sepeda Heistku sudah tidak di rumah lagi. Di rumah hanya sepeda lipat dan MTB (bocor) anakku, tapi itupun sudah diambang pengiriman ke kota lain.

Seli menuju Goa Jepang

Seli menuju Goa Jepang

Perjalanan sepedaku yang bermacam-macam akan habis, yang tinggal hanya sepeda lipat BF (bike friday) kuning. Begitu juga dengan cerita sepeda teman-temanku, makin lama beberapa jenis sepedanya meski masih tetap, tetapi yang dipakai hanya satu atau dua jenis sepeda saja. Sama dengan usiaku yang makin lama makin berkurang, maka sepedakupun makin lama makin berkurang. Yang penting semangat bersepeda tetap menyala dan slogan “Libur adalah kerja” tetap jadi sloganku.

 

 

3 komentar

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.