Nitilaku UGM

Menteri PUPR bersantai ria di Balairung UGM

Tiap bulan Desember selalu ada acara di Jogja, itulah acara “Nitilaku UGM”. Sebuah acara jalan kaki mulai dari alun-alun utara sampai ke Balairung UGM. Acara ini diikuti oleh segenap masyarakat UGM, baik alumni yang sudah jauh merantau maupun karyawan UGM yang masih setia di Jogja. Tak pelak lagi acara ini menjadi acara nasional, karena secara otomatis melibatkan banyak suku di Indonesia. Kalau kita lihat di Jakarta, hampir semua media sosial (medsos) dipenuhi dengan kegiatan aksi bela Palestina, maka medsos di Jogja lebih didominasi dengan acara “Nitilaku UGM”.

njemput Gowes UGM

njemput Gowes UGM

Sebagai salah satu alumni UGM, aku juga selalu ikut memperingati Dies UGM yang jatuh pada bulan Desember. Bedanya aku ikut acara gowesnya dan belum pernah ikut acara jalan kaki Altar UGM, rasanya kayak ikut tour de Jogja, karena ketika masuk Gelanggang UGM, kita menyalami peserta “Nitilaku UGM” sambil tetap bersepeda.

Makin tahun acara jalan kaki ini makin bervariasi dan kian beragam pesertanya. Mungkin ada yang ikut sekali dan kemudian tidak ikut yang ke dua kali karena masalah tertentu, tapi yang tetap ikut dan yang tambah ikut juga banyak, sehingga acaranya tetap meriah dari tahun ke tahun.

NU (Non UGM) di musik Malioboro

NU (Non UGM) di musik Malioboro

Acara membawa patung masih tetap berlangsung dari tahun ke tahun dan ketika melewati Malioboro, speaker yang menyiarkan pengumuman di radio juga ikut memeriahkan acara dengan ucapan selamat plus lagu-lagu kenangan bagi mereka yang menikmati jaman “old” dulu. Sambil makan pecel atau kuliner unggulan yang lain, para pengguna jalan di Malioboro bisa menikmati suguhan pawai “Nitilaku UGM” yang beraneka ragam.

Dies Natalis UGM 2017

Dies Natalis UGM 2017

Ada salah satu rombongan peserta pawai mencoba beraksi layaknya “jathilan” yang sedang kesurupan, penonton dan anggota pawai lainnya tertawa terpingkal-pingkal malihat “action” yang jelas terlihat hanya berpura-pura. Rombongan pengantin juga terlihat di salah satu barisan, demikian juga dari masing-masing daerah menampilkan pakaian daerah masing-masing. Meskipun bukan parade pakaian daerah, tapi suasana yang ditampilkan oleh masing-masing peserta sangat berbeda dengan suasana parade pakaian daerah yang resmi.

Peserta Niti laku UGM di Malioboro

Peserta Niti laku UGM di Malioboro

Peserta bebas berhenti dimana saja dan duduk di tengah jalan, keluar sebentar dari barisan dan menikmati Malioboro yang berbeda dari biasanya. Pagi ini Malioboro memang berubah, yang biasanya padat lalu lintas, berubah menjadi lautan manusia yang erus mengalir sampai kampus UGM. Ketika aku memotret salah satu peserta yang menyolok dengan busana serba merah, aku melihat keesokan harinya rupanya yang kupotret jadi headline di koran. Dia memang layak jadi headline, dia memang selain goweser anggota bluXpit, penari, penyanyi, juga aktif di dunia Yoga, dunia batik dll.

Di ujung acara, terlihat beberapa menteri kabinet Jokowi beraksi, baik menteri PUPR maupun menhub ikut bermusik ria. Kabarnya bahkan menteri luar negeri ikut juga bernyanyi. Suasana santai bersama menteri memang suasana kerakyatan yang menjadi salah satu ciri kabinet RI jaman “now”. Akrab dan menghibur, semoga hasilnya juga tetap membangun mental dan phisik RI.

Menteri PUPR bersantai ria di Balairung UGM

Menteri PUPR bersantai ria di Balairung UGM

Beberapa foto yang kubidik tidak bisa banyak, aku lebih banyak membidik istriku yang NU (non UGM). Dia benar-benar menikmati kawanku yang ikut pawai dan menyalami lambaian mereka. Maklum di komunitas alumni UGM, aku selalu mangajak istriku untuk ikut kumpul dalam berbagai “kopdar”, baik dari grup yang satu maupun grup yang lain. Selama ada embel-embel UGM dan ada jadwal waktu yang bisa digeser, aku pasti ikut.

Jogja kotaku dan UGM adalah terakhir aku sekolah di Jogja, jadi meskipun aku sekarang tinggal di Jakarta, kenyataan tu tetap berlaku dan akan berlaku selamanya. Aku membebaskan anakku untuk memilih UGM atau NU, karena anak adalah milik Tuhan, kita hanya bisa mengarahkan tapi tidak bisa memaksanya menjadi sesuatu.

NU (Non UGM) di Malioboro

NU (Non UGM) di Malioboro

Nitilaku UGM sunah dilakukan, baik jika diikuti tapi tidak ikut juga tidak apa-apa. Untuk mereka yang NU (non UGM) lebih sunah lagi ! Akupun jadi ingat peristiwa beberapa tahun lalu ketika bermimpi 1000 sepeda napak tilas ke Balairung UGM 🙂

 

7 komentar

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.