Gowes dan selfie

Hampir semua goweser pasti suka dengan sesi selfie saat melahap rute yang dinikmatinya. Dalam keluargaku hanya satu orang yang malas kalau diajak selfie, tetapi dalam komunitas sepedaku kayaknya semua suak selfie, meskipun ada yang terang-terangan dan ada yang sembunyi-sembunyi. Fotografi memang dunia yang sangat dekat dengan olah raga sepeda, sama juga dengan hobi kuliner biasanya juga sangat dekat dengan hobi gowes. Sudah jamak Gowes dan selfie menjadi satu paket dalam paket lengkap acara sepedaan.
Kadang temanku sampai rela memperkerjakan satu orang khusus untuk melengkapi kegiatan gowesnya dengan sesi fotografi. Bahkan terus meningkat sampai ke audio visual dengan memanfaatkan drone dan menyewa studio rekaman untuk membuat background musik pengiring gowes. Dalam event olah raga tingkat nasional juga sudah jadi keharusan dari panitia untuk melengkapi kegiatannya dengan menugaskan tim fotografi di tempat-tempat khusus, biasanya di spot menarik, baik di tikungan tajam dan terutana di tanjakan tajam.
Seringkali peserta diberhentikan sebelum sampai spot khusus tersebut dan kemudian bersama-sama melanjutkan bersepedanya sambil diiringi drone di atasnya. Bermacam cara dipakai untuk mendapatkan spot foto atau audio visual yang sesuai selera penggemar foto/video.
Gowes Suramadu tahun lalu, WSKT juga ikut memeriahkan acara dan mendirikan pos bayangan diluar rute panitia, tentunya agar panitia tidak terganggu dengan kerumunan pos bayangan. Memang cuaca yang amat sangat panas membuat pos bayanganb sangat perlu bagi mereka yang tidak siap menghadapi rute dengan cuaca ekstrem. Aku sendiri tidak ikut bergabung dengan pos bayangan ini, karena terbawa dalam peleton peserta dan baru lepas dari peleton ketika harus mampir di kamar mandi Masjid terdekat.
Bersepeda dalam kota Jakarta, ternyata banyak tempat yang menarik untuk diabadikan dalam foto. Temanku mempunyai berbagai macam cara untuk mengabadikannya. Yang paling sering adalah meletakkan camera atau ponsel di depan botol minuman dan kemudian bisa beraksi di depannya. Tentu saja yang paling enak kalau teman bersedia memotret kita, sehingga kita bisa mencoba berbagai macam gaya.
Halaman Facebook (FB) juga kulihat banyak yang mengeksplorasi dunia foto dalam kegiatan pemiliknya, ada yang bercerita ketika gowes di pagi hari dan memotret suasana matahari terbit dengan mengambil fokus tambahan sepeda masing-masing. Cara mengambil foto juga bermacam-macam, ada yang sampai tiarap di tanah atau memakai piranti foto khusus agar menghasilkan foto yang sesuai dengan keinginannya.
Gowes dan selfie memang susah untuk dipisahkan, apalagi ketika drone makin murah dan makin mudah dibawa. Bandung, Jogja maupun Jakarta, adalah kota yang paling sering kukunjungi selain Surabaya, di kota-kota tersebut banyak kujumpai para goweser mengeksplorasi gowes mereka bersama hobi memotret mereka. Ketika WSKT ke Palembang, juga lebih menarik foto-fotonya dibanding acara gowesnya sendiri. Gowes 17 Agustus 2017 di Palembang panitia tidak lagi mempersiapkan jarak yang jauh, tapi lebih mengarah pada tempat yang paling baik untuk dipakai sebagai ajang penyaluran hobi foto.
Ajang Gowes Ceria kali ini juga sudah tidak memperhatikan jarak lagi, tujuannya agar makin banyak yang bisa ikut dan bisa puas menyalurkan hobi gowes plus plus, baik plus foto atau plus kuliner. Seringkali dalam event gowes disebutkan 150 km, tetapi ketika ditempuh ternyata tidak sampai 150 km. Gowes Korlantas tahun lalu ditulis 100 km, ternyata jauh di bawah angka itu, yang dipentingkan adalah acara setelah Gowes, yang suka kuliner bisa lanjut menyantap kuliner yang beraneka macam. Begitu juga yang suka selfie bisa berkeliling mencari spot setelah finish.