Gowes Bekasi dalam hujan

Setelah selesai menyelenggarakan acara CHSET (Construction Healt Safety Environment Test) dan ikut menutup acara mewakili Pak Dopar (Dono Parwoto), malam harinya langsung dijamu pak Dopar dan menanyakan laporan hasil pelaksanaan CHSET. Setelah ngobrol kesana kemari, tidak hanya membahas K3 dan sekitarnya, maka obrolan sampai ke topik Gowes besok paginya. Prediksi kita, akan terjadi Gowes Bekasi dalam hujan, dasar pertimbangannya antara lain karena hari Sabtu murni tidak hujan, jadi ada kemungkinan akan turun hujan di hari Minggunya.
Minggu pagi rupanya cuaca cerah, baik menjelang start maupun memasuki pos 1. Cuaca baru mulai berubah mendung ketika sudah mulai mendekati GOR Bekasi. Cuaca cerah yang tadinya terlihat di Piramida terbalik Bekasi, akhirnya benar-benar berubah jadi hujan rintik-rintik. Sebenarnya memang menghadapi musim hujan ini, kita harus rajin-rajin membaca tips gowes dalam hujan.
Ramalan teman-teman mulai jadi kenyataan, ketika kurasakan hujan makin lama makin bertambah besar. Kita bukan komunitas yang takut kehujanan, tapi kalau tidak dipersiapkan segala sesuatu untuk menembus hujan, maka ketakutan itu banyak muncul di kalangan para goweser. Aku juga sama dengan teman-temanku yang berteduh di bawah pohon teduh, tapi aku berpikir lain.
Apabila hujan ini tidak kutembus dan tetap asyik ngobrol dalam keteduhan hujan, maka pertanyaannya adalah,”… sampai kapan kita berteduh dan apakah pohon teduh akan tahan menerima hujan yang mungkin akan bertambah lebat ?”
Akhirnya ketika Pak Dopar terlihat ikut gatal dengan hujan dan ingin terus bersepeda, aku ikut memberi dukungan untuk meninggalkan tempat berteduh dan mengayuh sepeda lagi menembus hujan yang makin lebat.
“Tua itu hanya masalah umur, masalah kegembiraan main hujan-hujanan itu tidak kenal umur! Ayuk gowes lagi, mumpung hujan !”
Panitia mungkin geleng-geleng kepala ketika melihat rombongan kita, justru berhenti di pintu air dan asyik berfoto ria dalam hujan. Yang ajaib lagi, selesai kita berfoto ria, hujan malah berhenti dan bersepeda selanjutnya tanpa hujan lebat mengiringi kita.
Rute yang ditempuh kembali terasa sejuk dan nyaman meskipun badan tetap masih basah kuyub. Rombongan tidak berani untuk mengayuh dengan kencang mengingat jalan masih becek dan seperti biasa tetap macet. Akupun harus mengatur irama gowesku, karena meskipun hujan sudah reda tapi jalan tetap becek, tergenang disana-sini dan peserta gowes yang lain mulai kembali turun ke jalan dan membuat rombongan makin sulit untuk tetap dalam satu peleton.
Bersepeda dalam suatu peleton memang sangat berbeda dengan bersepeda sendirian. Kecepatan akan sangat terpengaruh, dalam suatu peleton, anggota peletonnya akan bersepeda dengan tenaga yang lebih sedikit. Dengan makin sedikit mempergunakan tenaga akan makin cepat laju sepeda karena kayuhan dalam suatu peleton dengan tenaga yang sama akan menyebabkan laju sepeda lebih kencang.
Sama saja dengan seorang pesepeda yang menempel di belakang kendaraan roda empat, kelihatannya pesepeda tersebut jadi berubah menjadi pesepeda cepat, padahal angin yang ditimbulkan oleh kendaraan yang mendorong pesepeda menjadi dapat mengayuh sepeda lebih laju dari biasanya.
Prinsip angin mendorong pesepeda di belakang kendaraan roda empat inilah yang juga terjadi dalam sebuah peleton. Gerakan angin yang timbul akibat anggota peletonlah yang membuat anggota peleton dapat mengayuh laju sepeda lebih cepat dari biasanya.
Gowes Bekasi dalam hujan akhirnya selesai di rumah makan sambil merayakan ulang tahun salah satu anggotanya. Kalau tadi malam aku dijamu menu raja bebek, maka hari ini aku menikmati mie kesayanganku. Mie istimewa rasa gratis !