Gowes Lampung WSKT

Setelah Bali dan Surabaya, perjalananku Minggu ini ketemu dengan komunitas sepeda WSKT bagian Lampung. Selama ini goweser Lampung tidak pernah terdengar beritanya di Jakarta, sehingga kesempatan ini kumanfaatkan betul, bertemu dengan goweser lampung dengan mengajak goweser AGS dan “ibu Negara” pasti akan sangat berkesan. Gowes Lampung WSKT ini adalah event yang baru pertama kali diadakan di Divisi 5 WSKT, sehingga aku merasa perlu untuk survey rute Gowes agar peserta semua terpuaskan.
Waktu yang yang akhirnya harus menjadi “komandan” acara, kesibukanku membuat aku harus percaya saja dengan hasil survey teman-teman WSKT Lampung. Begitulah begitu melalui rute kota-kota yang dibuat oleh panitia, aku langsung “surprise”, rutenya benar-benar menantang dan memacu adrenalin, sehingga perlu lebih bijaksana mengatur irama bersepeda.
Pada pemberhentian pertama dan satu-satunya, kawanku yang melihat penampilanku langsung berkata,”… sebaiknya loading saja meski jaraknya tinggal beberapa km lagi dan jalan menurun terus …..”. Akupun langsung mempersilahkan semua peserta untuk meninggalkanku bersama sesepuh goweser yang kukawal sejak beberapa saat lalu.
Setelah semua peserta meninggalkan pos tersebut, akupun mencari mobil yang bisa kunaiki sampai lokasi finsih di Hotel Novotel. Ternyata sesepuh Goweser tidak mau diangkut ke finish, beliau tetap ingin menyelesaikan gowesnya sampai finish. Sebenarnya ini tidak cocok dengan nasehat beliau untuk Gowes sakmadyo wae dan yang penting untuk kesehatan dan kegembiraan. Sendirian di barisan paling belakang, aku tidak tega juga dengan peserta terakhir dan aku kembali turun ke jalan menyelesaikan rute yang tinggal satu turunan saja.
Seperti yang kualami di berbagai rute, maka rute turunan adalah rute yang harus diwaspadai, konsentrasi harus benar-benar fokus pada jalan dan sepeda, bukan pada yang lain. Pengalaman jatuh saat ketemu rute turunan terpapar lagi di otakku. Aku harus lebih hati-hati bersepeda dan selalu bersepeda dengan penuh semangat untuk membuat hidup yang cumja sekali ini menjadi lebih bermakna.
Menuju Lampung dan meninggalkan kemacetan Jakarta, membuatku merasa fresh dan makin fresh ketika sampai di Lampung yang ternyata kontur kotanya mirip kota Semarang. Jalan mulus dan hanya beberapa ruas yang belum sempurna, menjadikan acara “Gowes Lampung WSKT” terasa seperti di Jawa saja.
“Pak Eko, siapa ya yang membuat rute ini ?”
“Hahaha ….. saya tidak sempat ngecek rutenya pak. Percaya saja dengan goweser Lampung yang tentunya lebih paham kondisi medan dan kemampuan peserta.”
Rute yang dibuat panitia ini ternyata sangat jauh dari perkiraanku, pasti peserta akan banyak komplain seperti rute yang sering kubuat dalam berbagai event. Ternyata aku keliru besar, karena ternyata hampir sebagian peserta puas dengan rute ini. Yang tidak kuat menanjak, mereka lalui bersama-sama dengan canda dan tawa, sambil menuntun sepeda masing-masing.
Jadi ingat Gowes WSKT Lombok yang mirip dengan kegiatan ini. Peserta terdiri dari berbagai strata kemampuan bersepeda dan mereka semua menikmati acara gowes klas bukan pemula ini. Peserta dari Jakarta yang terbiasa jarak jauh dengan “hidangan” beberapa tanjakan, terlihat puas menikmati rute yang lengkap.
Sayangnya acara gowes kali ini tidak jatuh di musim durian (Januari-Februari), jadi peserta Gowes cukup menikmati patung durian saja dan ketika durian didatangkan oleh panitia, tidak banyak yang menikmatinya. Acara ini memang dibuat untuk acara perpisahan dengan salah satu pimpinan Gowes WSKT, sehingga suasana penuh dengan kegembiraan dan keakraban. Tidak ada “cuitan” kekecewaan dari semua peserta, yang ada adalah wajah-wajah ceria penuh kehangatan.
Rute semacam Gowes Lampung WSKT ini patut untuk diulang lagi, rute yang seberat apapun kalau dinikmati oleh semua peserta ternyata sukses jadinya. Salam Gowes !
Keren Pak Eko. Selanjutnya gowes di kota mana?
SukaSuka