Persiapan final LTDJ

Tinggal 3 hari lagi menuju LTDJ 6 Mei 2018, mau tidak mau persiapan mengikutinya harus sudah final. Tidak perlu lagi latihan gowes menanjak yang justru akan membuat otot kelelahan dan tidak optimal untuk menjalani rute Jogja yang full tanjakan di dua tempat indah. Persiapan final LTDJ juga dilakukan oleh tim panitia inti maupun panitia cadangan atau sukarelawan. Banyak kerjaan yang harus difinalkan mulai hari ini sampai saatnya event digelar pada hari Minggu, 6 Mei 2018.
Lokasi start/finish di Jogja Expo Center (JEC) sudah bisa dipakai sebagai ajang persiapan apa saja yang bisa dilakukan. Maklum kegiatan ini meskipun memakai biaya administrasi dan mengandeng beberapa sponsor, tetap dikerjakan dengan biaya seoptimal mungkin. Selama ada yang bagus dan tidak memerlukan biaya panitia, pasti jadi pilihan utama. Yang penting semua peserta Gowes LTDJ puas mengikuti rute dan pulang membawa kenangan manis selama di Jogja.
Itu sebabnya event ini juga mendapat dukungan dari DinPar Jogja, karena dalam event ini semua keistimewaan Jogja akan dinikmati oleh para tamu dari seluruh Indonesia, bahkan ada kabar yang menyatakan bahwa goweser luar negeri juga ikut ambil bagian. Aku jadi ingat ketika mengikuti Granfondo Suramadu Madura, waktu itu juga ada peserta dari luar negeri yang meneriakkan “shut up LEGS!!!”, teriakan itu membakar semua peserta yang memang kemudian terbakar oleh panasnya pulau Madura.
Kali ini dengan suasana yang adem ayem gaya Jogja, peserta Gowes akan ditantang untuk menaklukkan dua tanjakan berat di Selopamioro Panggang dan di Gunung Api Purba Nglanggeran. Jika aku melihat peserta yang ikut, beberapa orang yang kukenal mempunyai jam terbang yang masih belum lama, tapi sebagian besar kulihat juga sudah mempunyai jam terbang yang tinggi. Apalagi ada atlit Asean Games, Fanny Gunawan, perak untuk klas pesepeda jalan raya, yang ikut jadi peserta, pasti jam terbangnya sangat tinggi.
Semua itu akan berkumpul menjadi peserta LTDJ, sesuai peleton masing-masing. Ada peleton yang khusus arena KOM/QOM dan ada peserta yang beraliran “waton gayeng akeh potone” (asal meriah dan banyak fotonya) dan ada juga yang ikut untuk memeriahkan acara saja dan mencoba nuansa baru di Gowes rute Jogja. Sebagai kota Gudeg memang Jogja adalah surganya para pecinta gowes sekaligus kuliner.
Ada berbagai rute Gowes yang terbagi menjadi strata-strata tertentu, ada yang suka bersepeda rute kota-kota dan ngobrol di warung kopi, ada yang suka balapan di jalan mulus pinggir pantai selatan, ada yang suka mencari turunan curam dengan sepeda DH (downhill) atau yang asal bersepeda tanpa tujuan asal tidak di jalan aspal. Berbagai macam rute itu semua ada di Jogja, boleh dikata dari sepeda kota (city bike), sepeda jalan raya (Road Bike), sepeda gunung (mountain bike) sampai sepeda listrik tersedia rutenya di Jogja.
Pernah seorang kawanku menyalip rombongan pesepeda muda usia dan muda pengalaman di rute tanjakan Kaliurang, yang disalip tentu kaget ketika disalip orang tua dengan kecepatan diatas rata-rata, dengan gaya yang terengah-engah dan nampak masih berwajah tanpa keringat. Mereka tidak tahu bahwa di as roda depan ada terpasang dinamo yang akan banyak membantu mengayuh sepeda, meskipun di jalur tanjakan. Apalagi temanku juga memang rajin bersepeda, sehingga badannya terlihat cukup atletis.
Persiapan final LTDJ terus dikejar panitia maupun peserta, terutama peserta luar kota sangat menginginkan data rute terkini, aku sendiri hanya punya sehari lagi untuk gowes rute datar di Monas. Meskipun monitor heart rate bisa berbunyi kalau dikebut, tapi aku akan memilih batas heart rate di angka 140 bpm, bukan di angka 160 bpm, karena angka itu adalah angka keramatku. Rumus umum dan “basic” bagiku seperti pada orang lain adalah 220 dikurangi umur, sehingga untuk usiaku akan sama dengan 160 bpm (beat per minutes).
Salam Gowes dan semoga persiapan final LTDJ sukses sampai hari pelaksanaan dan sesudahnya. Aaminn YRA.