Kecelakaan bersepeda

Pagi ini komunitas sepeda WSKT kembali akan mengikuti acara gowes ke Pantai Indah Kapuk (PIK), bedanya pesertanya hanya terbatas, tidak sampai sepuluh orang, jadi sangat jauh bedanya dengan acara yang sama, beberapa tahun lampau yang berbondong-bondong dan masih bercelana klowor. Aku tidak mengira bahwa ini adalah acara sepedaanku sebelum bulan puasa datang, karena aku mengalami kecelakaan bersepeda dan akan istirahat dari acara gowes sampai bulan puasa datang.
Sebab kecelakaan sepeda itu sendiri sangat sepele, menurutku, dan mungkin juga menurut teman-temanku, sehingga banyak yang bertanya-tanya,”kenapa pak Eko terus tidak ada berita setelah kecelakaan bersepeda minggu lalu ?”. Aku hanya bisa tersenyum menanggapi pertanyaan semacam itu, karena memang hanya itu yang bisa kulakukan. Aku tidak “ngantor” dan tidak ikut subuhan lagi sejak tyerjadinya peristiwa jatuh dari sepeda pas acara gowes PIK tersebut.
Aku juga tidak merespon semua komentar ang masuk dalam akun FB, hanya di IG @eshape aku masih rajin posting dan menjawab komentar dari teman-teman. Ada pertanyaan yang menggelitik sebenarnya dari temanku mengenai “akar permasalahan” dari terjadinya kecelakaan bersepeda waktu gowes PIK tersebut.
Pak Anang, yang mendampingi gowes PIK mencatat kronologis kecelakaan bersepedaku sebagai berikut :
“Pak eko shp kepleset pakai sepeda seli brompton ketika melintasi jembatan Semanggi, di depan hotel sultan.
Saat kejadian memang pak Anang yang merawatku sampai akhirnya paramedis menggantikannya, jadi kalau pak Anang menulis FAC, benar adanya, tetapi karena sampai dua hari setelah kecelakaan, aku masih dalam perawatan dokter, maka seharusnya sudah bukan FAC lagi.
Ketika kronologis kejadian aku jatuh dari sepeda ini kuunggah di FB, seorang ahli K3 langsung menanggapi,”…. apa root causenya pak Eko?”. Tanpa adanya root cause (akar permasalahan), pasti aku tidak akan dapat melakukan tindakan koreksi (corective action) dan tindakan pencegahan (preventive action) agar aku tidak jatuh lagi dengan penyebab yang sama atau mirip. CAPA memang rumus umum yang dipakai setiap terjadi suatu kecelakaan, tujuannya agar korban segera mendapat tindakan pertolongan yang tepat dan tindakan pencegahan yang tepat.
Dalam kasusku, aku merasa bahwa sebagai akar permasalahan adalah kondisi jalan yang ada beda tinggi dan roda sepeda yang kecil (sebagai kondisi tidak aman/unsafe condition) dan aku belum terbiasa memakai sepeda kecil untuk melewati jalan yang seperti itu (unsafe action). Jadi agar aku tidak mengulangi hal yang sama, aku mesti belajar naik seli ban 16″ dengan lebih serius agar menjadi lebih trampil dan lebih memperhatikan kondisi jalan yang kulewati. Plus aku lebih baik, sedikit menahan diri sehingga tidak perlu menyalip mobil dan membiarkan mobil agar menyalibku.
Masih untung dalam kejadian ini, aku memakai helm yang sesuai standard, sehingga cukup helmnya saja yang terkena kerasnya jalan beton dan bukan langsung ke pelipisku. Alhamdulilah, Allah masih menyayangiku, terima kasih kepada semua teman yanhg menemaniku pagi itu sampai aku dapat pulang ke rumah dengan perban yang rapi menyelimuti semua lukaku. Terima kasih juga buat mbak Paramedis yang meski pas hari libur dapat datang ke kantor dan merawat lukaku.
istilah dalam kecelakaan kerja :
Ping-balik: Olah raga saat bulan puasa | Blogger Goweser Jogja