Tabayun

Saat ini kata Tabayun sedikit menggelitikku, tentu hal ini banyak berkaitan dengan perkara yang membatalkan ibadah puasaku. Ada lima perkara yang dapat membatalkan ibadah puasa, sehingga hanya lapar dan haus yang didapat, padahal pahala dari ibadah puasa benar-benar tak terukur nilainya. Allah sendiri yang akan memberi nilai pahala ibadah puasa dan pasti sangat besar.
Dalam status Facebook (FB) aku menulis,”Tabayun adalah metode yang digunakan untuk menelisik lebih dalam, memintai keterangan, menggali informasi sampai kepada sumber yang paling utama sehingga kita mendapat kebenaran yang bisa dipertanggungjawabkan.” Sebuah kalimat yang menggetarkan perasaanku, karena begitu banyaknya berita yang tidak jelas (hoax?), yang berputar-putar di sekelilingku dan sangat menarik dibaca serta sangat menarik untuk dibagikan dalam grup Whatsapps (WA).
Begitu “berita yang sangat menarik” itu kubagikan dalam WA Grup dan mendapat respon dari teman-temanku, sebagian mendukungku dan sebagian hanya diam membacanya dan ada sebagian kecil yang japri padaku tentang isi berita yang kusebarkan. Akupun tiba-tiba terhenyak dan ingat cerita tentang tabayun di internet, betapa sembrononya aku menyebarkan berita “menarik” tanpa lebih dahulu melakukan “tabayun“.
Surat Al Hujurat berbicara pada kita :
“Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian.”
[al-Hujurât/49:6]. Sumber: https://almanhaj.or.id/3445-mengapa-mesti-tabayyun.html
Salah satu perbuatan yang dapat membatalkan amalan ibadah puasa adalah berdusta, bagaimana jadinya kalau kita menyebarkan berita yang tidak jelas dan kemudian mempertanggung jawabkan tentang apa yang kita sampaikan ? Bukan tidak mungkin kita akan terjebak dalam dusta untuk menjelaskan hal yang sebenarnya belum jelas tersebut. Mulanya mungkin hanya dusta kecil, tapi bisa jadi akan berlanjut ke rentetan dusta yang lainnya dan akibat dusta awal tadi bisa kemudian berkembang menjadi dusta yang terkirakan dampaknya.
Nabi Muahammad SAW, rela berkorban harta benda demi tercapainya satu kata “tabayun”, tentu kita juga rela berkorban demi kata tabayun, dan akan lebih baik lagi kalau kita bisa mengajak lingkungan kita untuk lebih mengedepankan tabayun terhadap suatu berita yang masih perlu penjelasan, bahkan sebenarnya sebuah berita yang sudah jelaspun kadang masih perlu untuk melakukan tabayun dahulu.
Dalam beberapa ceramah ustadz di bulan Ramadhan ini, kebetulan mereka menjelaskan tentang 5 (lima) hal yang akan mempengaruhi pahala ibadah puasa, bahkan membatalkannya, yaitu :
1. Berbohong/berdusta
2. Menggunjing atau membicarakan orang
3. Mengadu domba antar sesama
4. Sumpah palsu
5. Melihat dengan syahwat
Mungkinkah ustadz itu sedang menyindirku atau menyindir semua jamaah masjid yang akhir-akhir ini banyak diombang-ambingkan dengan banyaknya berita HOAX seputar kasus bom dan juga kasus-kasus lain yang banyak menghiasi isi pembicacaraan dalam WA grup.
Pagi ini aku termenung membaca Al Quran yang sudah jarang kusentuh, betapa sudah lamanya aku tidak membolak-balik halaman Al Quran dan hanya memenuhi hidup ini dengan kesenangan dunia yang memabukkan (?). Hidupku hanya penuh dengan bayangan sepedaku, penuh dengan pernak-pernik seputar sepeda penuh dengan jadwal gowes dimana saja, betapa sempitnya hidupku ini.
Saatnya mengisi hidup dengan hal lain selain sepeda, mulai ingat kata “tabayun”, mulai melihat wajah Al Quran, merapikan hati dengan mengisi dengan santapan rohani selain sepeda. Bukan menjadi aku menjadi anti sepeda, tetapi mulai lebih berimbang pada hidup yang balance, seimbang, antara kegiatan bersepeda, olah raga lain dan kegiatan non olah raga. Memikirkan anak istri juga perlu sebagai pengimbang kegiatan sepeda kita.
Bismillah.!!!