Safety is my life

Kutipan ucapan Menaker Tanggal 10 September 2015 ditayangkan dalam berita di situs Liputan 6,”Untuk itu kami mengajak seluruh stakeholder dan seluruh masyarakat bergerak dan bertindak menjadikan program Safety Is My Life menjadi salah satu upaya dalam mewujudkan budaya K3. Ikon tersebut hendaknya kita suarakan, kita dengungkan setiap hari agar memotivasi kita dalam berperilaku selamat,” dan tahun ini makin bergaung di Waskita Karya dengan adanya direktur QSHE yang baru.
“Safety is my life” merupakan program pemerintah pemerintah selain “Saya Pilih Selamat” yang lebih dahulu digaungkan. Kalau dilihat beberapa proyek Waskita saat ini, sudah makin terlihat iklim K3 yang lebih meningkat dibanding tahun-tahun lalu. Memang dalam dunia konstruksi hampir selalu ada kecelakaan kerja setiap tahun, dimanapun dan oleh kontraktor manapun, tapi dengan makin kuatnya iklim berK3 dengan benar, minimal bisa diperkecil kemungkinan terjadinya dan bisa ditangani dengan lebih baik.
Beberapa tahun lalu, aku pernah ke pelosok Sumatera dan memeriksa kecelakan kerja (KK) disana, waktu itu sarana kerja dan personil yang mumpuni dalam K3 masih sangat kurang, mengingat daerahnya sangat pelosok dan kemungkinan terjadinya KK sangat kecil. Namun KK memang tidak mengenal daerah dan bisa terjadi kapanpun, sehingga terjadilah KK di lokasi proyek tersebut dan meskipun KK yang terjadi sangat kecil tetapi karena sikon yang ada sangat tidak memungkinkan untuk menangani dengan benar, maka korban menjadi lebih parah akibatnya.
Safety is my life, harus terpatri dalam dada setiap insan, baik di proyek maupun di kantor manajemen puncak, sehingga aku ikut gembira ketika kudengar untuk syarat menjadi Kepala Proyek saat ini, harus sudah mengantongi minimal Ahli K3 Konstruksi (AK4). Dengan mempunyai Kepala Proyek yang bersertifikat AK4, maka kebutuhan mengenai K3 akan lebih mudah diadakan, karena sang pemegang pucuk pimpinan proyek menguasai K3.
Banyak alasan yang bisa ditunjukkan oleh pengendali biaya di proyek, bahwa K3 itu menyebabkan membengkaknya biaya. Namun dengan mempunyai Kepala Proyek (Kapro) yang ahli K3 Konstruksi (AK4), maka dialah pengendali biaya yang sesungguhnya. Semua biaya yang tadinya disetop oleh pengendali biaya, jika dilaporkan oleh petugas K3, pasti akan selesai dengan baik-baik.
Aku juga pernah ikut tim investigasi KK di Surabaya, saat itu beritanya hampir tiap jam muncul di berita online, sehingga perlu diterjunkan tim khusus dari auditor eksternal. Masalahnya juga sepele, tapi akibatnya tim proyek harus menyediakan juru selam sampai 3 hari, crane 50 ton selama seminggu dan biaya-biaya lain selama seminggu. Semua itu terjadi karena masalah yang sepele dan biaya yang (reletif) kecil, tapi akhirnya harus menyediakan biaya yang berlipat-lipat.
Orang Jawa bilang “sepele dadi gawe”, hal yang kecil tapi menjadi pekerjaan baru yang butuh biaya besar. Sama dengan kejadian aku jatuh dari sepeda beberapa waktu lalu, aku yang boleh dikata sudah cukup ahli bersepeda, tetapi jatuh di jalan karena roda sepeda masuk dalam celah kecil di jalan. Suatu hal yang mestinya tidak terjadi ternyata bisa terjadi juga, jadi apapun bisa menimpa kita kalau kita kurang fokus dengan pekerjaan kita.
Marilah kita mulai ikut menggaungkan “Safety is my life” dalam lingkungan hidup kita, tidak hanya di pekerjaan, ingatlah tujuan kita bekerja adalah untuk keluarga, jadi kita terapkan “Safety is my life” di keluarga kita, di komunitas kita dan dimanapun kita berada.