Menu buka puasa Milenial

Hampir semua menu buka puasa selama bulan Ramadhan kali ini sama dengan tahun-tahun lalu, pasti ada kolak dan kurma plus gule atau semacamnya di acara takjil Masjid. Mulai minggu depan, aku mungkin akan mulai merasakan menu buka puasa milenial di Jogja, semua karena dapurku sudah bisa digunakan dan generasi milenial di rumahku sudah mulai gatal ingin segera memakainya. Sudah ada permintaan oven untuk tambahan perlengkapan kuliner di dapur dan aku dalam hati sudah menyetujuinya, kayaknya tinggal pelaksanaannya saja.
Menu buka puasaku biasanya hanya kolak, kurma dan air zam-zam, kemudian kalau habis tarwikh aku masih lapar langsung makan berat. Pengalaman puasa 1439 H, baru sekali aku makan setelah tarwikh, aku mampir di belakang kantor dan pesan 1 bungkus Ketoprak untuk dibawa pulang. Untuk minggu depan aku belum tahu apakah menu model milenial akan membuatku berubah dari kebiasaan seperti biasanya.
Anak paling tua demen masakan Jepang dan mungkin akan masak ikan tuna, salmon atau semacamnya. Fillet ikan tuna pasti akan sangat menarik untuk jadi camilan atau sebagai lauk bersama nasi, tapi untuk yang diet karbo pasti sangat cocok unjtuk camilan. Konsekwensinya bisa habis banyak dan biaya menu ini jadi besar, tapi memang kalau menu Jepang kok kayaknya mahal semua ya 🙂
Akan lebih mahal kalau pakai daging sapi kualitas unggul, misalnya wagyu atau apalagi Kobe 🙂 Secara garis besar, Kobe beef merupakan daging sapi berjenis wagyu. Namun, tidak semua wagyu berjenis Kobe beef. Aku pernah merasalkan wagyu dan merasakan juga mahalnya wagyu, belum lagi kalau kepingin daging kobe. Daging sapi Kobe di jual dengan harga 31.500 Yen per 870 gram kalau di rupiahkan Rp 3.700.000 per 870 gram, itu harga dulu entah kalau harga sekarang, bisa lebih murah bisa lebih mahal.
Sebaiknya lupakan daging untuk menu di rumah, cukup menu ikan saja yang juga bergizi dan masih terjangkau dompet. Sebenarnya menu unggulanku dan istri adalah “jangan ndeso”, apalagi dari Jogja bagian Wonosari Gunung Kidul, pasti nyamleng, tapi bagi genherasi milenial pasti tidak cocok dengan seleraku. Jadi aku cukup mengharap pada menu tuna crispy atau semacamnya.
Akan lebih baik aku membayangkan menu Tuna Suwir Bumbu Woku yang Segar dan Mantap, atau Onigiri Tuna Pedas yang Nikmat karena dua menu itu cukup terjangkau harganya dan rasanya jelas oke. Apalagi kalau anakku yang memasak, wuih sudah terbayang sedap dan nikmatnya. Mungkin anakku dapat bakat memasak dari ibunya atau dari mana aku tidak tahu, tiba-tiba dia jadi ahli masak di rumahku.
Menu buka puasa biasanya memang yang ringan-ringan, jadi model masakan jepang atau sejenisnya pasti cocok, sediikit dan tidak membuat kenyang, sehingga bisa lanjut tarwikh dengan nyaman. Untuk tahun ini, seorang teman menasehatiku untuk menambah menu buka puasa dengan air zam-zam, sehingga tidak langsung minuman yang kental tapi minuman yang langsung diserap oleh tubuh dan katanya air zam-zam sanagt cocok untuk menu buka puasa.
Coba kita simak hadits ini :
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka dengan beberapa biji ruthab (kurma masak yang belum jadi tamr) sebelum shalat Maghrib; jika tidak ada beberapa biji ruthab, maka cukup beberap biji tamr (kurma kering); jika itu tidak ada juga, maka beliau minum beberapa teguk air.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadits Hasan Shahih)
Jelas dari hadits ini kalau anjuran berbuka puasa dengan yang manis-manis adalah anjuran dokter atau iklan teh botol Sosro, maka aku tinggal menantikan Menu buka puasa Milenial dari para generasi milenial serta tidak usah mengharap selain iakn tuna atau menu semacamnya. Hari ini aku mulai bersepeda lagi dan menghabiskan waktu sore dengan olah raga sebelum berbuka puasa.
Catatan :
Bila ternyata hadits yang kupakai sebagai dasar aku berpendapat ini ada kekeliruannya, mohon masukannya dan aku mohon ampun pada Alah swt serta mohon maaf pada saudara pembaca ceritaku. Marhaban ya Ramadhan !